Join The Community

Banana split

Aku seorang cewek berumur 17 tahun dan masih kelas ii SLTA. Diantara teman-teman, aku mungkin paling pemalu. Aku sering naksir cowok tapi aku takut untuk memulai hubungan. Di dalam kamar, aku sering membayang-bayangkan wajah cowok yang kutaksir, membayangkan bagaimana kalau bercinta dengannya, berhubungan seks dengannya, sehingga hal ini sering membuatku sangat terangsang. Akhirnya aku sering beronani dengan mengusap-usap vaginaku yang mungil.

Pada awalnya sih aku hanya senang mengusap-usap clitorisku sambil melihatnya lewat cermin yang kuletakkan sedemikian rupa sehingga aku bisa memandangi vaginaku lewat kaca itu. Mungkin karena keseringanku beronani dengan cara mengusap-usap bagian luar vagina dan clitoris lama-kelamaan aku kurang puas jika hanya meraba clitoris, tanganku mulai merambah daerah di bawah clitoris, meraba-raba bibir vaginaku yang mungil kemerahan dan ternyata rasanya lebih nikmat meskipun geli sekali. Kadang-kadang bibir itu aku buka dengan tangan kiri dan jari tangan kananku masukkan pelan-pelan ke dalam lubangnya, pada awalnya sih terasa sakit tapi lama-kelamaan nikmat sekali, aku putar-putar jariku dalam lubang sambil sesekali aku memasukkan dalam-dalam berusaha meraih tonjolan yang berada di ujung lubang vagina dan rasanya selangit deh rasa-rasanya aku ingin memasukkan jari ini dan menggerakkan keluar masuk secara cepat, terpikir olehku bagaimana rasanya kalau yang ada di dalamnya adalah sebuah penis yang bergerak keluar masuk. Tak terbayang bagaimana rasanya. Tapi aku belum berani melakukan hubungan seks dengan lelaki aku takut kalau hamil dan aku juga belum punya pacar.

Karena keenakan hampir setiap hari aku beronani terkadang aku berpikir, aku hyperseks tapi biarin deh yang penting nikmat. Karena seringnya beronani maka pada saat di kamar terkadang aku sengaja tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan kaos dan rok atau hanya mengenakan daster sehingga aku bebas meraba vaginaku. Sewaktu mengganggur sendirian di kamar aku sering memandangi vaginaku lewat kaca cermin sambil membersihkannya dari cairan-cairan atau merapikan rambut-rambut kemaluanku yang mulai panjang, bahkan aku menyediakan waktu khusus untuk merawat vaginaku.

Suatu saat aku bangun pagi-pagi sekali dengan kondisi sangat bernafsu, memang nafsuku sangat tinggi pada hari-hari menjelang haidku datang atau pada beberapa hari setelah haid, padahal sebelum tidur aku telah beronani, pagi itu aku bingung mau bagaimana antara ingin memuaskan diriku sendirian atau berhubungan seks karena malam itu aku mimpi berhubungan seks dengan seseorang. Kemudian aku keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi ingin pipis dulu, saat lewat di ruang makan aku melihat pisang yang ada di atas meja makan sisa tadi malam. Tanpa pikir panjang aku mengambil pisang itu satu dan aku bawa masuk ke kamar. aku langsung rebahan di atas tempat tidur dan memulai beraksi. Aku meraba-raba vaginaku, sebentar saja vaginaku sudah sangat basah, dan aku melepas daster yang kukenakan sehingga aku langsung telanjang bulat karena aku hanya mengenakan daster. Pada saat itu aku tidak bisa menceritakan bagaimana rasanya nafsuku benar-benar tinggi. Jari-jariku dengan liar merambah seluruh bagian vaginaku, bahkan sampai clitorisnya aku pencet-pencet hingga nikmatnya luar biasa. Kalau biasanya hanya satu jari yang kumasukkan ke liang vagina maka sekarang dua jari aku masukkan bersamaan dan rasanya memang nikmat sekali sampai sampai seluruh badanku tergetar keenakan.

Kemudian kuambil pisang yang tadi aku ambil dari meja makan. Aku kupas dan kemudian kumasukkan ke dalam vagina sambil membayangkan bahwa itu sebuah penis, saat mulai masuk nikmat sekali kemudian setelah separuh lebih masuk dan dibiarkan di sana dalu sambil menikmati bagaimana rasanya. Kemudian pisang itu kugerakkan keluar masuk secara pelahan, rasanya nikmat sekali dan pisang itu aku gerakkan terus keluar masuk dengan tangan kanan sementara tangan kiriku mengusap-usap clitorisku yang menonjol kemerah-merahan. Sambil terus menggerakkan pisang itu aku berpikir kenapa tidak dari dulu kugunakan benda ini kalau rasanya sangat nikmat begini, beberapa saat kemudian terasa olehku seperti ingin pipis yang tertahan dan nikmat yang luar biasa itu tandanya aku segera akan orgasme dan benda itu aku gerakkan dalam-dalam, ya ampun nikmatnya dan akupun orgasme dengan pisang yang sepertiga masuk ke dalam vagina, aku sangat menikmati orgasme ini dan aku biarkan pisang itu ada di sana dan tanganku pelan-pelan meraba-raba kedua payudaraku yang tidak pernah terjamah saat aku onani karena aku lebih tertarik pada vaginaku, kuusap-usap putingku pelahan sambil menikmati kenikmatan yang tiada taranya ini.

Setelah puas kutarik pisang itu pelan-pelan tapi pisang itu patah separuh dan yang separuhnya masih ada di dalam vaginaku, setengah panik aku berusaha mengeluarkan separuh bagian pisang itu dengan tangan tapi tak berhasil malah pisang itu makin masuk ke dalam. Aku sangat bingung harus bagaimana, padahal hari ini aku juga harus ujian sekolah, aku langsung masuk ke kamar mandi dan dengan selang air aku berusaha menyemprot vaginaku dengan air biar pisang itu keluar, tapi tak berhasil juga malah bibir-bibir vaginaku menciut karena kedinginan, mau bilang pada Mama aku malu setengah mati. Akhirnya kuputuskan untuk ke rumah sakit setelah ujian nanti dan akupun bergegas berangkat ke sekolah. Setelah selesai berpakaian dan dandan, aku mencoba berjalan tapi ya ampun terasa ada sesuatu yang menganjal di dalam vaginaku, maka cara berjalankupun lucu aku tidak bisa berjalan dengan langkah biasa karena ada pisang dalam vaginaku.

Sesampai di sekolah aku takut kalau teman-temanku tahu ada sesuatu yang tidak beres dalam vaginaku, pelan-pelan aku jalan dengan langkah yang aneh. Sesampainya di depan kelas banyak teman yang memperhatikan langkahku bahkan ada yang bertanya kenapa Rien kok langkahnya kayak robot? aku diam saja sambil tersenyum kecut. "lecet ya kakinya?". Untung dia menebak dulu dan tinggal aku iyakan. Saat dudukpun aku bingung soalnya saat dipakai duduk pisang sialan ini sangat terasa kalau mengganjal dan aku juga khawatir bagaimana kalau nanti pisang ini keluar dan terjatuh saat aku sedang berjalan malu kan?

Akhirnya aku mengerjakan ujian dengan tidak konsen dan segera ingin pulang. Saat pulang karena sangat tidak enak saat dipakai berjalan aku naik becak, hatiku ragu-ragu untuk ke rumah sakit, Bagaimana nanti aku bilang pada dokter atau perawat? duh malunya! Akhirnya kuputuskan untuk pulang saja. Sesampai di rumah aku lepas semua pakaianku, aku coba lagi mengeluarkan pisang itu tapi ternyata sulit sekali akhirnya karena kelelahan aku tertidur dengan kondisi telanjang dan kaki yang mengangkang karena posisi itulah yang paling nikmat.

Sore hari, aku terbangun dan berusaha lagi mengeluarkannya setelah makan siang yang terlambat. Aku berdiri dengan setengah berjongkok sehingga vaginaku terbuka lebar dan jari tangan kananku mencoba mengeluarkannya sementara tangan kiriku berpegangan pada tempat tidur biar tidak jatuh. Tapi sia-sia saja usaha ini karena jari-jariku sulit menjangkaunya, akhirnya karena setengah putus asa aku gunakan sebuah sumpit mie ayam untuk mencoba mengeluarkannya. Dengan posisi yang sama pelan-pelan kumasukkan sumpit itu pelahan dan setelah terasa sampai di pisang aku songkel pelan-pelan pisang itu karena terasa agak sakit. Pelan-pelan terasa olehku kalau pisang itu akan keluar kemudian tangan kiri aku gunakan untuk membuka bibir vaginaku biar pisang itu mudah keluar. Dan akhirnya.., telepok.., pisang itu keluar dan terjatuh di antara kedua kakiku, lega sekali rasanya. Ketika aku melihat pisang yang sudah jatuh itu aku agak geli juga benda itu bentuknya sudah tak karuan dan baunya juga sudah tercampur dengan bau vaginaku, setengah hari dia berada di dalam vaginaku dan membuatku kebingungan setengah mati. Kemudian aku buang pisang itu dan aku ke kamar mandi untuk membersihkan vaginaku dari sisa-sisa pisang.

Akhirnya aku kapok menggunakan pisang untuk beronani dan kemudian aku berencana untuk membeli sebuah dildo (penis buatan) untuk beronani. Dan aku sarankan buat teman-teman cewek kalau kalian ingin beronani dan akan memasukkan sesuatu benda yang menyerupai penis ke dalam vagina kalian jangan menggunakan pisang. Kalaupun akan menggunakan pisang gunakan yang masih mentah (hijau) karena masih keras dan tidak mudah patah kemudian gunakanlah secara pelan-pelan dan hati-hati agar tidak patah. Dan kalau cairan vaginamu sangat banyak jangan menggunakan pisang meskipun pisang mentah karena cairan yang banyak akan melembekkan pisang itu dan membuatnya cepat patah.

TAMAT

Aku tidak ingin munafik

Hari Minggu ini aku libur, jadi aku bisa bangun agak siangan karena semalam aku memang tidur agak larut. Seperti biasa aku sibuk membuka email yang masuk dari para pembaca galaxsisex. Animo pembaca galaxsisex untuk kontak denganku memang luar biasa sekali hingga terus terang aku agak kewalahan untuk menyeleksinya. Ada beberapa pembaca yang penasaran dengan aktifitas dan kehidupan sex-ku, mereka menanyakan lewat emailnya hingga aku kesulitan juga kalau harus menjawabnya satu persatu. Mereka ada yang sepertinya peduli akan diriku, terima kasih deh!

Walau usiaku sudah beranjak 28 tahun, aku memang belum married. Sorry, bukannya aku tidak laku dan bukannya juga GR lho! Aku cukup cantik dan menarik, tinggiku 170 centimeter, bibirku tipis mungil menggairahkan. Bentuk buah dadaku indah, warna putingnya merah muda sedikit kecoklatan, hanya ukurannya yang aku sendiri tidak tahu, karena aku sejak kecil tidak pernah dan tidak suka menggenakan bra. Jadi hingga kini aku tidak pernah punya BH, karenanya seiali lagi aku tidak tahu ukuran payudaraku sendiri.

Cuaca kota Surabaya beberapa bulan belakangan ini memang sangat panas, terlebih di saat malam hari. Aku memang terbiasa tidur tanpa busana, terkadang paling hanya menggunakan celana pendek tipis yang bentuknya mini dan agak longgar, dengan tanpa menggunakan CD di dalamnya. Kupikir juga tidak ada gunanya aku tidur dengan memakai CD yang bentuknya juga sangat mini.

Aku memang memiliki banyak CD beraneka warna, tapi modelnya hanya ada dua macam saja, yang satu model G String yang bentuknya berupa seutas tali nylon yang melingkari pinggangku. Selebihnya tersambung seutas tali nylon lainnya yang melilit ke bawah melewati selangkanganku melalui belahan pantatku yang sintal, dan di ujungnya tersambung dengan secarik kain sutera tipis berbentuk segi tiga yang lebarnya tak lebih dari seukuran dua jari saja.

Aku bukanlah type wanita yang munafik, karenanya aku suka sekali dengan situs sumbercerita.com, di sini aku bisa mengekspresikan diriku yang sebenarnya tanpa perlu berpura-pura, yang menurutku adalah kemunafikan belaka. Sebenarnya kebutuhan sex antara pria dan wanita itu sama, hanya saja kaum pria lebih bebas menyalurkan hasratnya, apa lagi untuk membahasnya, namun ini sepertinya tidak berlaku bagi kaum wanita, sedangkan kebutuhan antara pria dan wanita itu sebenarnya sama saja, kenapa harus dijadikan sesuatu yang tabu? Ini tidak fair.

Semalam, walau sudah larut aku masih belum dapat memejamkan mata untuk tidur. Karena selain udara yang cukup panas sehingga AC seakan tidak mampu lagi memberi kesejukan dalam kamarku, juga karena guling yang kujepit di antara selangkanganku tiba-tiba memberikan rangsangan pada pangkal pahaku yang tanpa penutup itu.

Pelan-pelan gulingku kugesekkan naik turun di selangkanganku sehingga menambah kenikmatan. Kurang puas dengan apa yang kulakukan, gulingku kusingkirkan, kuubah posisi tidurku menjadi telentang, kutarik kakiku dan kutopangkan telapak kakiku di tempat tidur dalam posisi pahaku kukangkangkan selebar mungkin, sehingga posisi kemaluanku terbuka lebar dan vaginaku tampak jelas sekali dari arah depanku, namun sayangnya saat itu tidak ada orang yang memandanginya.

Tapi aku yakin bila ada lelaki siapapun dia, apabila saat itu memandangi pangkal pahaku yang terbuka lebar seperti itu pasti akan terangsang melihat vaginaku yang bersih. Bulu-bulu kemaluanku hanya tumbuh di bagian atasnya saja, bentuknya yang indah menempel menyeruak ke atas dengan rapi. Bila bibir vaginaku dikuakkan maka akan terlihat dinding vaginaku yang berwarna merah muda dan menggairahkan pria manapun untuk segera menjilatnya.

Kugosok klitorisku dengan menggunakan jari tangan kananku, sementara jari tangan kiriku kucoba untuk menyusup ke dalam liang vaginaku, kondisi liang vaginaku yang sudah basah oleh lendir birahi memudahkan jari-jariku masuk menembus ke dalamnya. Kukocok-kocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku sehingga cairan hangat berlendir yang keluar dari dalam rahimku semakin banyak saja membasahi liang senggamaku.

Aku merasakan akan mencapai orgasme, maka gesekan jari tanganku di ujung-ujung klitorisku pun semakin kupercepat. Demikian pula kocokan jari tangan kananku yang sejak tadi berada dalam liang vaginaku, kugesek-gesekkan ke dinding vagina bagian dalam, sesekali jari tengah dan telunjukku menggosok benjolan yang tumbuh di dalamnya. Aku merasa geli bercampur nikmat hingga rasanya seperti ingin kencing saja.

"Uu.. Uucch! Aa.. Aacch!"

Keringat dingin membasahi dahiku, badanku menggigil bagaikan orang kejang, pantatku kuangkat dan kugoyang-goyangkan berputar mengimbangi irama kocokan jari tangan kananku yang semakin cepat mengocok liang vaginaku. Dan vaginaku semakin basah oleh cairan bening yang mengalir semakin deras keluar hingga meleleh membasahi sprei tempat tidurku.

"Oo.. Oocch!"

Aku melenguh sambil melepaskan napas panjang melepaskan orgasmeku. Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Dapat kurasakan semburan di liang vaginaku hingga membasahi jari-jariku yang masih berada di dalamnya, cairan yang keluar sedikit agak kental, banyak sekali sehingga sprei di bawah pantatku lebih basah lagi.

Aku yakin kalau apa yang kuungkapkan selama ini di sumbercerita.com juga pernah dirasakan wanita lain, bahkan pernah juga dilakukan oleh wanita lain, hanya saja mereka tidak berani mengungkapkannya. Bisa dibayangkan bagaimana tersiksanya seorang wanita saat masa usia puber, dia juga butuh sentuhan dan belaian. Mereka juga butuh penyaluran atas libidonya, maka salahkah mereka bila melakukan masturbasi? Sedangkan mereka juga bisa terangsang, baik oleh pemandangan yang dia lihat maupun oleh tulisan erotis seperti yang ada di sumbercerita.com.

Namun selama ini rasanya jarang ada wanita yang berani berterus terang, itulah yang menjadi alasanku untuk bebas mengungkapkan keadaanku yang sebenarnya, dan aku bebas menentukan pasanganku untuk melampiaskan hasrat sex-ku. Namun bukan berarti aku begitu saja memilih pasanganku. Aku lebih suka memilih yang sudah berumah tangga, karena lebih yakin kalau mereka tidak membawa penyakit yang membahayakan. Selain itu aku lebih suka memilih mereka karena biasanya mereka sudah lebih matang dan dewasa. Yang jelas biasanya mereka sudah bisa lebih bertanggung jawab.

Tanggung jawab di sini yang kumaksud bukan kalau nantinya aku hamil akibat hubungan tersebut mereka harus bertanggung jawab, tapi tanggung jawab yang kumaksud adalah mereka melakukannya dengan tanpa banyak tuntutan seperti misalnya ingin menikahiku, ingin mengekangku dan sebagainya. Beda sekali dengan anak-anak muda yang masuh ingusan, biasanya ego mereka lebih tinggi, yang lebih pasti tuntutannya juga banyak sedangkan hak dan kewajiban orang lain sering mereka abaikan. Ini juga bisa kulihat dari email yang mereka kirim, maunya berkenalan tapi saat diminta memenuhi persyaratannya saja mereka langsung ngacir.

Banyak juga email yang datangnya dari kaumku, mereka curhat atas kehidupan sex-nya, mereka ingin tapi takut. Menurutku ini aneh, mengapa kita mesti takut? Yang penting kita melakukannya berdasarkan suka sama suka dan jangan ada tuntutan. Why Not? Seperti email yang datangnya dari Nina (nama samaran), Nina mengatakan kalau untuk mengatasi libidonya serta menyalurkan hasrat sex-nya, ia hanya melakukannya sebatas masturbasi saja. Pernah juga dia melakukan oral sex dengan mantan pacarnya, namun sampai hari ini dia masih merasa bersalah. Nina pernah meneleponku dan menceritakan pengalamannya saat dioral oleh pacarnya, Nina mengaku mendapatkan kenikmatan dan mencapai orgasme saat di oral tersebut.

Masih terbayang olehku cerita Nina saat bibir mulut pacarnya dengan penuh nafsu mengulum habis bibir vaginanya. Lidah pacarnya sengaja dijulurkan sepanjang mungkin saat mengulum bibir vaginanya. Lidahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginanya yang masih perawan itu. Pantat Nina terangkat seakan menyambut jilatan sang pacar, pahanya mengempit kepalanya sambil kedua tangan Nina menjambak rambut kepala sang pacar. Tarikan ini membuat kepala sang pacar lebih rapat lagi menempel di selangkangan Nina, sehingga muka sang pacar terbenam penuh di bagian luar vagina Nina.

Tangan kiri pacar Nina bergerilya di payudaranya yang berukuran 36, ujung puting susunya dipilin-pilin dengan jari hingga membuat Nina lebih menggelinjang lagi, pantatnya digesek-gesekkan sehingga bibir vaginanya lebih terasa digaruk oleh bibir mulut pacar Nina.

Tiba-tiba Nina merasakan ada sesuatu yang akan meledak dalam rahimnya, tak lama kemudian Nina merasakan seperti sedang kencing namun rasanya nikmat sekali. Inilah yang dinamakan orgasme. Akhirnya Nina pun mengalami orgasme yang pertama kali dalam seumur hidupnya, nikmatnya sungguh luar biasa kata Nina saat menceritakan pengalamannya padaku.

Kurasa masih banyak wanita di muka bumi ini yang mengalami hal yang sama dengan Nina, masih gadis dan masih malu-malu melakukan hubungan sex, walaupun berhubungan dengan metode yang paling aman sekalipun, seperti oral sex yang pernah dilakukan oleh Nina bersama pacarnya.

Terus terang aku merasa heran pada kaumku yang seperti ini, mengapa kita harus munafik? Di satu sisi kita mau bahkan merasakan sangat membutuhkan sebuah pelampiasan untuk melepas hasrat yang membelenggu, namun di sisi lain kita harus diliputi rasa takut dan was-was.

Memang harus diakui bahwa di negara ini hal-hal yang menyangkut masalah sex masih tabu dan dilarang dilakukan oleh wanita yang belum bersuami, namun tidak ada yang dapat memberikan solusi apa yang harus dilakukan oleh wanita yang belum bersuami untuk dapat menyalurkan hasratnya. Ini berbeda dengan kaum Hawa yang secara normatif seakan lebih bebas melakukan apa saja baik sebelum maupun setelah dia berumah tangga.

Terus terang bagiku ini tidak adil, karena sejujurnya kaum wanita juga memiliki hasrat yang sama tentang sex, mengapa mereka tidak boleh melakukan atau menikmatinya sebelum berumah tangga atau hanya boleh dilakukan dengan suaminya saja, sedangkan tak jarang kita ketahui banyak suami yang masih suka mencari yang lain di luar rumah. Sebagaimana pepatah mengatakan, rumput tetangga selalu lebih hijau daripada rumput di halaman rumah kita sendiri.


Tamat

Imajinasiku

Gila nggak! Yang mengirim email untukku ternyata kebanyakan usianya masih balita (bawah usia dua puluh lima tahun), berari [MA] kebanyakan memang dibaca oleh anak imut-imut seusia mereka.

Bagaimana aku tahu? Dari sebagian besar email yang masuk memang kubalas semua dengan mencantumkan persyaratannya, mereka bukannya memenuhi persyaratanku tapi malah mundur teratur. Mundur sich tidak masalah, namun rata-rata dari mereka tetap nekad mengontak saya walau tanpa memenuhi persyaratannya. Eeh, malah pada nekad ngajak ML segala, gila nich anak, pikirku, HP saja pulsa masih minta orang tua kok berani-beraninya ngajak ML? Emangnya kalau aku mau sungguhan apakah aku juga yang harus bayar hotelnya? Wah gawat, pikirku.

Tapi terus terang dalam benakku, aku sempat berpikir juga, bagaimana rasanya aku melakukan ML dengan anak yang usianya belasan tahun? Seandainya ada anak yang usianya belum 20 tahun dan ternyata mampu memenuhi syarat dariku untuk berkenalan, kemudian seandainya kami bertukar foto dst, dst, dst.

Saat ini kubayangkan hal itu sambil rebahan di tempat tidur. Malam belum terlalu larut, saat ini jam baru menunjukkan pukul 21.15. Aku memang sudah berada di atas tempat tidur, siap-siap untuk tidur, namun tiba-tiba terbayang di kepalaku ide seperti tadi. Jika benar-benar ada anak yang jauh lebih muda dariku yang saat ini berusia 28 tahun. Dalam emailnya, mereka ada yang memanggilku Tante, hi.. hi.. hi..! Bayangkan saja kalau aku yang masih berusia 28 tahun saja mereka panggil Tante, berarti jangan-jangan mereka ada yang masih berusia 10 tahun, tapi apa mungkin seusia itu sudah menjelajah ke situs [MA]?

Ah, persetan dengan usia mereka, yang penting bayanganku saat ini adalah seandainya memang benar ada anak yang berusia belasan tahun, pokoknya di bawah usia 20 tahun, tiba-tiba kami berkenalan dan dia mengajakku ML, bagaimana ya rasanya? Sambil membayangkan hal itu, aku yang saat ini sedang tiduran tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh, tiba-tiba jadi terangsang sendiri.

Kubayangkan Toni (misalnya) yang usianya saat ini masih berusia 19 tahun dan sebelumnya belum pernah melakukan ML, jangankan ML, melihat tubuh wanita yang sesungguhnya telanjang bulat di hadapannya saja ia belum pernah. Selama ini Toni hanya diam-diam curi-curi menonton BF di kamarnya dan setelah menonton BF yang dia beli di pinggir-pinggir jalan, dia rupanya sudah tidak tahan lagi hingga penisnya langsung ereksi dan satu-satunya jalan yang harus ditempuh apa lagi kalau bukan masturbasi?

Kubayangkan lagi, saat ini Toni sedang bersamaku berduaan saja di tempat tidur, dan kami berdua sama-sama dalam keadaan tanpa berbusana sama sekali. Tubuh kami sama-sama telah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Kulihat penis Toni sudah berdiri tegak, ukurannya sih tidak terlalu besar dan panjangnya sekitar 14 cm saja. Mata Toni terbelalak melihat tubuh bugilku, keringat dingin mulai mengucur di dahinya saat dia melihat pangkal pahaku yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Tinggiku yang 170 cm, sedikit lebih tinggi dari Toni yang tingginya hanya 165 cm. Di atas ranjang, perbedaan tinggi ini tidak menjadi masalah bagi kami. Kucium bibir Toni dan dia balas melumat bibirku dengan penuh nafsu. Walau mungkin juga baru kali ini Toni berciuman dengan lawan jenisnya, namun tampaknya dia punya bakat alami walau cukup hanya belajar dari BF yang pernah dia tonton di rumahnya.

Tangannya langsung sibuk menjamah payudaraku yang padat dan sintal, diremas-remasnya dengan sedikit kasar, mungkin karena Toni belum terbiasa meremas payudara seorang wanita, maka dia meremasnya dengan penuh nafsu. Sengaja kubiarkan saja apapun yang dia lakukan terhadap diriku, karena aku benar-benar ingin menikmati tindakan alami darinya.

Aku sedikit mengajari Toni dalam hal bercinta, terlebih dulu kujulurkan lidahku ke dalam rongga mulutnya, karena sejak tadi kami berciuman, Toni hanya melumat bibirku saja, sedangkan nafsuku sudah mulai merambah naik. Toni mulai mengerti maksudku, dia langsung menghisap lidahku yang memasuki rongga mulutnya, dan dia juga mulai membalas dengan menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku.

Uuff! Tangan Toni tiba-tiba menyentuh pangkal pahaku, jari-jarinya tanpa sengaja tepat menggesek klitorisku, sehingga membuat kakiku sedikit terangkat karena dikejutkan oleh sebuah rangsangan, yang tiba-tiba muncul di situ saat mendapat sentuhan jari Toni. Tangan Toni dengan kasarnya meraba seluruh bagian permukaan vaginaku hingga kakiku jadi terbuka lebih lebar dan vaginaku pun juga mulai basah oleh cairanku sendiri.

Kepala Toni kudorong sedikit agar turun ke payudaraku. Rupanya dia juga mengerti apa yang kuinginkan. Lidahnya tetap terjulur menelusuri leherku dan terus turun ke bawah tepat di gundukan payudaraku. Lidahnya tetap turun menjilat kulit tubuhku kesana kemari. Jilatannya sudah mengarah ke sasaran yang tepat dipayudaraku, puting susuku dimainkannya dengan lidahnya. Rupanya dalam hal yang satu ini Toni cukup piawai.

Sementara mulutnya menghisap dan menjilat payudaraku, tangannya terus digosokkan di area vaginaku, jari-jari tangannya memainkan bibir vaginaku, dikoreknya dari bawah ke atas terus menerus berulang-ulang. Akibatnya cairan yang keluar dari dalam liang vaginaku mengalir semakin deras, tumpah ruah membasahi bagian luar vaginaku sehingga vaginaku semakin licin saja.

Rupanya Toni belum berpengalaman betul akan seluk beluk vagina seorang wanita, terbukti G Spot yang paling rawan di bagian vagina sejak tadi tidak juga disentuhnya dengan sungguh-sungguh hingga karena memang sudah tidak tahan lagi, kuraih dan kutuntun tangannya menuju klitorisku. Kutunjukkan dengan tanganku dimana letak klitorisku, dan kubantu jari-jari tangannya untuk menggesek-gesek klitorisku.

Toni pun cepat tanggap rupanya karena kemudian jari-jarinya aktif bermain di klitorisku, kini jari tengah, jari manis dan jari kelingkingnya disusupkan melalui belahan bibir vaginaku. Jarinya memaksa masuk ke dalam liang vaginaku yang sudah basah kuyup oleh lendir yang mengalir keluar dari dalam liang vaginaku. Sementara itu jari telunjuknya dengan nakalnya mengorek-ngorek klitorisku, sehingga aku tidak tahan menahan geli yang bercampur nikmat di seputaran selangkanganku. Kepalaku hanya bisa menggeleng ke kanan dan ke kiri merasakan nikmat yang timbul dari permainan jari-jari tangan Toni.

Puas menjilati payudaraku, lidah Toni kini makin turun menjilati seluruh bagian perutku, lidahnya juga meliuk-liuk di pusarku, terus ke bawah ke bagian pangkal pahaku. Dengan tanpa merasa jijik sedikit pun, mulut Toni langsung saja menyambar vaginaku, bibirnya dengan rakus melumat habis bibir vaginaku.

Rupanya Toni sudah mengetahui dimana letak daerah erogen wanita yang paling sensitif, terbukti dengan lidahnya yang menjulur mengais-ngais klitorisku. Pantatku jadi terangkat oleh jilatan lidahnya di ujung klitorisku, Toni juga menghisap-hisap klitorisku dengan penuh gairah dan nafsu, sehingga tanpa sadar kujepit kepalanya dengan kedua pahaku.

Tanganku meremas rambut kepalanya dan sedikit menekan agar kepalanya lebih terbenam di pangkal selangkanganku. Rupanya Toni tahu bahwa nafsuku sudah mencapai puncaknya hingga kepalanya digeleng-gelengkannya ke kanan dan ke kiri sementara bibir mulutnya tetap menempel ketat di bibir vaginaku dan aku menjadi semakin menggelepar dibuatnya.

"Oo.. Ooh! Ton..! Aku sudah tidak kuat lagi, ayo masukin dong!", rengekku.

Dan Toni rupanya cukup berbaik hati. Dia merangkak naik kembali mencium bibirku. Bibirnya melumat bibirku, sementara batang kemaluannya yang sudah berdiri tegak sejak tadi sengaja disentuhkannya ke bibir vaginaku. Langsung saja kuarahkan sedikit dengan membetulkan posisi pantatku. Kini batang kemaluannya berada tepat di celah lipatan bibir vaginaku yang sudah menganga agak lebar.

"Masukin dong!", pintaku lirih.

Toni-pun mendorong batang kemaluannya maju, dan kugoyang sedikit pinggulku hingga akhirnya benar-benar pas, dan blee.. eess! Slee.. Eep! Slee.. Eep! Slee.. Eep! Batang kemaluan Toni langsung masuk dan memompa vaginaku.

"Uu.. Uucch! Oo.. Oocch! Aa.. Aacch!", hanya itu yang bisa keluar dari mulutku, sambil kugoyang-goyangkan pantatku mengimbangi pompaan batang kemaluan Toni yang keluar masuk di dalam liang vaginaku.

Pompaan batang kemaluan Toni semakin cepat dan akhirnya.. Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Muncrat sudah sperma Toni di dalam liang vaginaku. Banyak sekali sehingga liang vaginaku jadi sangat becek.

Sialan nich anak, gerutuku dalam hati, cepat benar sudah orgasme? Rupanya Toni mengalami ejakulasi dini, sementara aku masih belum apa-apa. Terus terang aku sangat kecewa, namun apa mau dikata, kenyataan memang beginilah resikonya kalau ML bersama anak ingusan, namun untungnya ini tadi semua hanya imajinasiku belaka.

Namun akibat imajinasiku tadi melakukan ML dengan seorang bocah yang masih ingusan, vaginaku menjadi benar-benar basah dan libidoku juga benar-benar naik ke puncaknya, sebab saat aku membayangkan ML tadi jari tangan kiriku asyik menggosok-gosok klitoris, sedangkan jari tangan kananku mengobok-obok liang vaginaku.

Gesekan jariku menggesek klitorisku semakin lama kubuat semakin cepat, demikian pula kocokan jari tangan kananku yang mengocok-ngocok liang vaginaku, semakin lama iramanya semakin kupercepat, sehingga terdengar bunyi berkecipak dari dalam liang vaginaku.

"Uu.. Uucch! Aa.. Aaff! Oo.. Oocch! Aa.. Aacch!", badanku tiba-tiba menggigil dan sedikit kejang, pantatku terangkat tinggi-tinggi. Sambil menggeliat aku akhirnya mengalami orgasme juga, ini adalah orgasme yang sesungguhnya dan orgasme yang benar-benar kuinginkan.

"Oo.. Ooh!", desahku dengan napas panjang mengiringi semburan terakhir pelumasku yang keluar banyak sekali dari dalam vaginaku.

Badanku mejadi lemas dan tergeletak begitu saja di tempat tidur, mataku terpejam sambil menikmati sisa-sisa orgasme yang baru saja terjadi. Tanpa kusadari akhirnya aku pun benar-benar pulas tertidur sampai pagi dengan dibuat rasa nikmat yang menyelimuti seluruh tubuh telanjangku.


Tamat

Nikmatnya mengintip

Sebelumnya, saya ingin bilang kalo ini benar-benar cerita nyata yang terjadi pada diri saya, bukan fiksi. Saya berharap pembaca akan ikut terangsang setelah membaca cerita saya ini.

Saya hidup di negara Amerika baru sekitar 4 tahun. Entah mengapa, ada suatu kebiasaan buruk yang benar-benar sulit sekali untuk saya hilangkan, yakni mengintip. Kebiasaan ini sudah ada sejak saya kelas SMP 1 di Jakarta. Saya senang sekali mengintip rok dan baju cewek. Biasanya saya akan berusaha setengah mati mencari cewek yang cantik dan sip banget. Terus saya dekati dan pura-pura bicara dengan sang cewek cantik dan merangsang, kadang malah belaga bodoh. Saya sangat puas kalau sudah berhasil mengintip di balik seragam sekolah (atau baju-baju lain) ataupun rok cewek, apalagi kalau cewek itu adalah cewek idola satu sekolah. Terutama kalau cewek itu tahu kalau dia diintip, terus mendadak nutup baju atau merapatkan kedua kakinya. Duhh.. nikmatnya kalau sudah berhasil, saya langsung lampiaskan nafsu setan saya dengan onani.

Sampai puas dan tuntas, di rumah ataupun di WC sambil membayangkan sang cewek cantik punya celana dalam maupun BH yang telah saya lihat ini. Mungkin saya ini memang sedikit tidak normal, mungkin juga ini karena saya tidak pernah dapat kesempatan bebas untuk nonton blue film maupun kencan dengan cewek (dari faktor orang tua, rumah yang tak pernah sepi, dan lain-lain). Tapi tak apalah, saya akan tetap menceritakan pengalaman saya ini.

Pengalaman pertama yang akan saya ceritakan adalah tentang mengintip di toko buku. Suatu siang yang bolong, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke toko buku, yang kebetulan dekat dengan rumah tempat tinggal saya (di Amerika). Saya naik ke tingkat dua, dan oohh.. saya melihat ada seorang cewek bule yang menurut perkiraan saya pasti masih SMA (high school) dengan seragam sekolahnya, dan dia ini boleh dibilang cantik aduhai dan alim. Kulitnya putih bersih (tak ada freckles dan jerawat lho), tinggi sedang. Dan wuaah.. apalagi dengan seragam sekolahnya, saya semakin nafsu tidak tahan kalau rasanya hari ini saya belum mengintip apa-apa dari dia. Untuk itu, sambil sudah terangsang membayangkannya, saya coba cari strategi untuk mengintip dia.

Saya akhirnya terus mengikuti dia, sampai akhirnya dia duduk di sebuah kursi, dengan beberapa buku bacaannya (kelihatannya sih buku novel, mungkin tugas sekolahnya, kelas Inggris, soalnya dia kelihatan serius sekali). Dia berbicara sebentar dengan cewek yang kelihatan tua, yang menurut dugaan saya pasti itu ibunya. Saya hanya berharap supaya ibunya itu pergi, supaya saya bisa dengan cepat melancarkan aksi mengintip saya terhadap cewek bule yang aduhai, cantik dan diam, dan mungkin kutu buku ini. Ooohh, tak tahan. Perlahan saya sembunyi di balik salah satu rak buku sambil mulai menggosok-gosok celana saya. Bayangkan, betapa nikmatnya kalau saya akhirnya benar-benar bisa mengintip dia.

Saya terus menggosok sambil mengerang, "Oh.. oh.. ahh.. cantik sekali.. ahh.."

Tiba-tiba muncul kesempatan itu. Ibunya kelihatannya berkata ke cewek ini, tanda dia mau jalan-jalan dulu ke sektor bacaan lain, atau kemana gitu. Aaah.. cuek, yang penting rintangan terbesar sudah lewat. Batang kemaluan saya sudah makin membesar membayangkan semua ini. Sambil terus mengocok, saya lihat dari jauh dimana saya bisa mengintip cewek amboi ini. Tiba-tiba, ahh.. saya melihat adanya suatu peluang besar. Cewek bule ini ternyata duduk di kursi yang di depannya adalah tempat anak-anak kecil (mungkin balita) biasa membaca buku. Jadi di depan kursi dia duduk, ada suatu petak yang lebih tinggi sedikit dari lantai, biasanya untuk para anak-anak kecil.

Jantung saya berdebar kencang sekali. Akhirnya saya maju pelan-pelan. Maju, maju, sambil dipenuhi pikiran yang sudah tidak karuan dengan nafsu mengintip. Akhirnya saya pura-pura mengambil satu buku dari rak buku terdekat, saya lalu lihat ke dia lagi. Aduuhh. semakin cantik saja kalau dilihat dari dekat cewek ini, terutama ketika dia baca, ooh serius sekali. Mana masih highschool lagi, ohh.. tak tahukah dia ada cowok jalang yang sebentar lagi akan mengintipnya.

Jantung saya berdebar semakin kencang, inilah penentuannya, saya jalan ke arah petak (ubin) pendek di depan dia. Saya menoleh kiri dan kanan, tidak ada orang yang akan mencurigai. Maklum, ini toko buku yang sepi. Saya menelan ludah dan tangan sudah tidak saya main-mainkan lagi, tapi saya merasa batang kemaluan saya sudah klimaks tegang sekali.

Akhirnya saya duduk di petak itu, tepat di depan kursi dia duduk. Dan, "Ooohh, ya ampuunn..!" saya benar-benar tegang sekali. Saya ternyata berhasil, sukses sekali. Dan tak sekedar berhasil saja, tapi ini mungkin salah satu pengalaman mengintip terbaik saya. Bayangkan saja, walaupun cewek cantik ini duduk dengan kaki merapat, sehingga rok sekolahnya juga tertutup rapat, dengan jarak kami yang sangat dekat (sedekat pembaca dengan layar monitor komputer lah), dan dengan posisi saya duduk terang-terangan di bawah dan di depan tempat dia duduk, saya merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Saya berhasil menerobos pandangan mata haram saya ini menembusi kedua rapat kakinya yang putih mulus, terus makin dalam. Dan yang membuat saya sangat terangsang, saya berhasil melihat celana dalamnya. Bayangkan, dengan jarak yang sangat dekat dengannya, saya seakan-akan seperti diperbolehkan untuk melihat keindahan pahanya yang putih dan mulus, juga celana dalamnya. Oooh.., dia ternyata tidak sadar, karena dia tetap serius membaca bukunya. Saya pun pura-pura buka dan baca buku yang saya sudah ambil, tapi untuk sedetik di buku, saya bisa habiskan semenit melihat pemandangan nan indah itu.

Saya mendesah pelan, "Aaah.. nikmat sekali perasaan ini."

Mungkin para pembaca tak tahu bagaimana perasaan saya saat itu, tapi satu kata yang bisa saya utarakan, "nikmat", merangsang dan yah.., kurang ajar memang.

Sekitar 5 menit setelah itu, dia ternyata mengganti posisi duduknya, dia mulai bergerak sedikit ketika membetulkan posisi duduknya, dengan mata tetap tertuju ke bukunya. Saya memang sudah dari tadi berharap dapat melihat pemandangan yang lebih indah dari dia ini, saya berharap dia bergerak, bergerak sedikit lagi supaya saya kali ini benar-benar bisa melihat tembus dari luar rok, sampai benar-benar ke celana dalamnya. Dan oohh.., setan kurang ajar memenuhi keinginan saya, dia bergerak membetulkan posisi duduknya, dan kali ini posisi duduknya lebih melebar sedikit agak ke kanan.

Saya hanya bisa merasakan batang kemaluan saya sudah berdetak kencang. Saya rasanya ingin sekali onani melihat semua ini. Saya langsung berdiri, lalu pergi ke rak buku terdekat. Kali ini saya benar-benar ingin melihat cewek macam apakah yang sudah saya intip ini, supaya ketika saya onani, saya dapat lebih nafsu. Ternyata, memang cewek bule ini cantik sekali dan alim, masih SMA lagi.

Saya pura-pura ganti buku, dan dengan terangsang berat, saya duduk kembali di petak tempat saya duduk, kali ini lebih ke kanan sedikit. Dan mungkin inilah puncak klimaks saya pembaca sekalian, karena posisi duduknya yang sudah agak mengangkang ini, maka sudutnya semakin melebar, sehingga seakan-akan jelas sekali celana dalamnya yang berwarna putih.

Dan ada sedikit bulu-bulu halus di pinggiran celana dalamnya. Pembaca harus tahu, dalam sejarah mengintip saya, sepertinya baru kali ini saya bisa melihat jelas celana dalam dan sedikit bulu-bulu halus kemaluan seorang cewek yang cantik dan pendiam dan alim dan mempesona ini. Saya mencoba menutupi kemaluan saya dengan buku bacaan saya.

Saya mulai berpikir, "Aaah.. oh.. cantik sekali perempuan ini. Terlambat, saya akan memuaskan nafsu saya nanti dengan onani sepuas-puasnya sambil membayangkan paha dan celana dalam dan sedikit bulu-bulu kemaluanmu, aahh.."

Apalagi setelah saya kembali melihat tepi-tepi rok sekolahnya, dan saya kemudian berpikir, "Biasanya saya ngintip hanya sejauh paha perempuan, tapi kali ini saya sampe berhasil menelusuri hampir bagian terdalamnya. Sampai keliatan jelas celana dalam cewek ini sekitar 10 menit, dan juga sedikit bulu-bulu kemaluannya di samping celana dalamnya. Ohh.. nikmatnyaa..!"

Setelah sekitar 2 menit kemudian, datanglah ibunya sambil menanyakan bacaannya. Lalu akhirnya sang cewek cantik ini sekali lagi bergerak untuk terakhir kalinya sebelum berdiri, hingga rok sekolahnya agak tersibak, memperlihatkan keindahan pahanya yang putih mulus dan celana dalamnya yang putih untuk terakhir kalinya. Akhirnya dia berdiri dan jalan bersama ibunya. Saya juga ikut berdiri, dalam hati berpikir, mungkin ada kesempatan lebih lagi untuk mengintip cewek ini lebih jauh, namun cewek ini ternyata sudah naik eskalator sambil tersenyum manis ke ibunya dengan buku-buku novel beliannya. Saya sudah tidak tahan lagi, apalagi melihat senyum dari bibirnya yang indah ini.

Kontan saya langsung berjalan cepat ke WC toko buku tersebut, dan mengeluarkan celana dan celana dalam saya.

Langsung, "Sreet.. sreet.. srreet.." saya onani sambil mendesah pelan.

"Oooh.. aah.. cewek cantik.. aah.. aku berhasil melihat.. aah.. sampai ke dalam-dalam.. aah.. engkau cantik sekali.. Dan pahamu.. putih.. aahh.. mulus.. dan celana dalammu.. kelihataan jelas sekali.. dan bulu-bulu kemaluanmuu.. aahh.." saya mencoba membayangkannya.

Sebelum habis perkataanku, keluarlah sudah spermaku bermuncratan dengan nikmat sekali. Benar-benar saya merasakan bahwa misi pengintipan saya terhadap cewek cantik kali ini benar-benar berhasil total.

"Crott.. croott.. aah.." sprema saya memancar keluar terus.

Saya terus berpikir, alangkah beruntungnya saya hari ini diikuti dengan keluarnya isi terakhir sperma saya yang nikmat ini, setelah membayangkan bagian dalam rok sekolah cewek SMA ini. Sulit saya lupakan.

Sejak saat itu, sekitar 1 atau 2 bulan ke depan, saya masih ingat wajahnya yang manis dan cantik, dan juga kejadian yang sangat mendebarkan jantung saya ini. Di rumah saya menyempatkan diri onani terus mengingat kejadian itu.

Demikianlah pengalaman pertama mengintip saya. Kalau pembaca puas, akan saya ceritakan pengalaman-pengalaman mengintip saya yang lain yang tak kalah menariknya. Namun pengalaman yang ini bisa dibilang "one of the best". Sungguh durhaka saya berani mengintip cewek-cewek cantik yang tidak saya kenal. Tapi sungguh sulit sekali menghilangkan dosa mengintip saya yang satu ini, biarpun saya sudah diajarkan oleh agama. Saya tak kuasa menahan godaan ini. Setan memang lihai. Sering saya merasa bersalah sekali setelah saya mengintip dan onani. Saya hanya berharap, kelak suatu saat, saya akan mendapatkan seorang perempuan yang sama seleranya dengan yang saya mau, sehingga saya bisa menghentikan perbuatan cabul ini.

TAMAT

Pijatan Mbak Sum

Kurasa hampir semua orang pasti pernah merasakan dipijat, apa lagi para laki-laki hidung belang seperti sebagian besar pembaca galaxsisex. Kurasa sebagian besar dari mereka pasti punya langganan pemijat di panti-panti pijat yang menjamur di mana-mana.

Itulah enaknya jadi kaum laki-laki, ibaratnya seperti iklan minuman ringan, bisa di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Ini berbeda sekali dengan kaumku, kalau badan pegal harus susah payah cari mbok pemijat yang belum tentu ada di setiap tempat, apa lagi di kota besar seperti Surabaya ini.

Biasanya kalau badanku terasa pegal-pegal, kuminta bantuan adikku untuk memijatnya. Kadang kami bergantian saling pijat. Tetapi hari ini rumahku sedang kosong. Adikku masih kuliah sedangkan orang tuaku belum pulang dari tugas rutinnya mencari nafkah.

Hari ini aku agak sedikit kurang enak badan. Terasa sekali badanku pegal-pegal, namun di rumah sedang tidak ada siapa-siapa. Kucoba bertanya kepada tetangga kanan kiri barangkali ada yang tahu kalau-kalau ada tetangga sekitar yang bisa memijat. Sebenarnya aku tahu bahwa di ujung gang sana ada seorang tukang pijat yang terkenal di sekitar rumahku, tapi laki-laki, namanya Pak Mat. Tidak bisa kubayangkan bahwa tubuh molekku ini bakal dipijat oleh seorang tukang pijat laki-laki, bisa-bisa yang dipijat nanti hanya di daerah-daerah tertentu saja.

Akhirnya aku dapatkan juga seorang tukang pijat wanita. Namanya Mbak Tun yang rumahnya juga tidak begitu jauh dari rumahku. Kucoba untuk mendatangi rumah Mbak Tun yang jaraknya hanya sekitar dua ratus meter dari rumahku. Kebetulan Mbak Tun ada di rumah dan bersedia datang ke rumah untuk memijatku. setelah berganti pakaian dan membawa sedikit perlengkapannya, Mbak Tun mengikutiku pulang.

Mbak Tun usianya masih relatif muda, hanya sedikit lebih tua dariku. Perkiraanku Mbak Tun saat ini berusia sekitar 35 tahun. Namun di usianya yang relatif masih muda itu Mbak Tun sudah menjanda. Ia hidup bersama ibunya, satu-satunya orang tuanya yang masih tersisa.

Mbak Tun sudah 6 tahun bercerai dengan suaminya yang telah kawin lagi dengan wanita lain karena perkawinannya dengan Mbak Tun tidak dikaruniai anak. Cerita tentang Mbak Tun ini kuperoleh dari Mbak Tun sendiri saat memijat tubuhku. Sambil memijat Mbak Tun bertutur tentang kehidupannya padaku.

Walau tinggal di Surabaya, Mbak Tun tetap seperti layaknya orang udik, pengalamannya masih sedikit sekali soal dunia modern, namun untuk urusan sex sepertinya Mbak Tun punya cerita tersendiri. Semuanya akan kukisahkan pada ceritaku kali ini.

Sesampai di rumahku, Mbak Tun kuajak langsung masuk ke kamarku yang sejuk ber-AC. Suhu udara di luar sana bukan main panasnya, beberapa bulan terakhir ini kota Surabaya memang sedang dilanda cuaca panas yang luar biasa, konon panasnya mencapai 37 derajat celcius.

Kubuka kancing hemku dan kutanggalkan hingga bagian atas tubuhku yang mulus terpampang dengan jelas sekali. Payudaraku tampak segar dan ranum dengan ujung puting susuku yang bersih berwarna merah muda sedikit kecoklatan. Rok miniku juga kutanggalkan.

Kini tubuhku sudah hampir telanjang bulat, hanya tersisa CD yang kukenakan. Mata Mbak Tun tampak terkagum-kagum pada bentuk tubuhku yang ramping dan sexy, terlebih saat melihat bentuk CD-ku yang mini itu. Aku saat itu memakai G String berenda yang ukuran rendanya tak lebih dari seukuran satu jari melingkari pinggangku, selebihnya sepotong rendah yang tersambung di belakang pinggangku, turun ke bawah melewati belahan pantatku, melingkari selangkanganku hingga ke depan. Tepat di bagian vaginaku, terdapat secarik kain berbentuk hati kecil yang keberadaannya hanya mampu menutupi bagian depan liang vaginaku.

Lalu aku tengkurap di tempat tidur dengan hanya memakan CD. Mbak Tun mulai memijat telapak kaki, mata kaki, betis, naik lagi ke pahaku. Awalnya aku biasa-biasa saja, pijatan tangannya juga terasa pas menurutku, tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu keras yang dapat menyebabkan terasa lebih sakit setelah dipijat. Menurutku, cara memijat Mbak Tun cukup baik. Setelah memijat kaki kanan, kini Mbak Tun berpindah memijat kaki kiriku, urutannya seperti tadi. Kini giliran pahaku bagian atas yang dipijat juga kedua belahan pantatku.

"Mbak! CD-nya kok modelnya lucu ya?" tanya Mbak Tun lugu mengomentari bentuk CD-ku.

"Emangnya kenapa Mbak Tun?" tanyaku padanya.

"Oh enggak Mbak! Kalau dipakai kok seperti tidak pakai CD aja ya? Bokong (pantat) Mbak tetap kelihatan, dan bagian depannya, jembut (bulu kemaluan) Mbak juga kelihatan, Hii.. Hii.. Hii..! Kalau aku sih tidak berani pakai CD yang model begitu", oceh Mbak Tun masih mengomentari bentuk CD yang kupakai saat itu.

Sambil mengngoceh dan bercerita, tangan Mbak Tun tetap memijat pahaku. Yang kini dapat giliran adalah pahaku bagian atas, tepatnya di daerah pangkal paha dan belahan pantatku. Aku sengaja tidak menjawab ocehannya karena aku ingin menikmati pijatannya. Sambil sedikit tiduran, mataku kupejamkan saat dipijat Mbak Tun.

Letak kedua kakiku dibentangkan terpisah agak lebar sehingga posisi pahaku terbuka. Mbak Tun memijat bagian dalam pahaku yang bagian atas dekat selangkanganku hingga aku merasakan sedikit geli, tapi enak sekali. Selain pegalku di bagian kaki dan paha mulai sedikit berkurang, aku juga mulai merasakan horny, apa lagi saat jari-jari Mbak Tun memijat bagian pangkal pahaku. Jarinya sempat menyentuh gundukan vaginaku hingga rasanya ujung CD-ku mulai lembab. Untungnya Mbak Tun sudah mulai pindah posisi memijat punggungku, naik ke leher dan berakhir di kepalaku.

Selesai memijat bagian belakang tubuhku, Mbak Tun mengambil body lotion dan dioleskannya ke kaki dan pahaku. Rasanya sedikit dingin saat mengenai kulitku. Kalau tadi memijat, kini Mbak Tun ganti mengurut tubuhku mulai dari telapak kaki, betis hingga pahaku. Kembali saat mulai mengurut pahaku bagian atas aku merasa geli, terlebih saat paha bagian dalamku yang diurut olehnya.

"Mbak! CD-nya dilepas aja ya, toh percuma pakai CD cuma sepotong begitu, lagian kita kan sama-sama wanita dan tidak ada orang lain di kamar ini, soalnya nanti kena hand body nyucinya susah", pinta Mbak Tun padaku.

Tanpa menjawab, kumiringkan sedikit tubuhku sambil sedikit membungkuk. Kubuka CD-ku dan kulepas dengan bantuan ujung kakiku. Kini aku telah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku. Posisiku kembali tengkurap menunggu tangan Mbak Tun kembali mengurut tubuhku.

Mbak Tun kembali ke tugasnya mengurut bagian bawah tubuhku yang sudah dilumuri body lotion tadi. Jarinya kembali bersarang di pangkal pahaku bagian dalam, sambil sekali-sekali mengurut kedua gundukan pantatku. Aku tidak hanya merasakan pegalku mulai berkurang, namun aku juga merasakan seperti ada suatu rangsangan tersendiri menyerang tubuhku bagian bawah.

Mulutku menggigit bantal yang kupakai untuk menopang daguku saat tengkurap karena menahan rasa geli di selangkanganku, manakala jari tangan Mbak Tun menyentuh bibir vaginaku. Terkada sentuhannya masuk lebih dalam lagi hingga menyentuh celah belahan bibir vaginaku.

Terus terang liang vaginaku mulai bawah hingga cairan bening tak terbendung mulai membasahi liang dan dinding dalam vaginaku. Saat mengurut gundukan pantatku, seakan dengan sengaja jari Mbak Tun disentuhkannya ke vaginaku kembali hingga ujung jarinya sempat menyenggol ujung klitorisku.

Aku jadi tersiksa sekali karena menahan hasrat birahi yang timbul akibat sentuhan tangan dan jari Mbak Tun saat memijat dan mengurut bagian bawah tubuhku. Untungnya urutan Mbak Tun segera pindah ke punggungku, terus naik ke leher dan kembali berakhir di kepalaku.

Kalau di bagian atas tubuhku, aku masih tidak merasakan suatu rangsangan seperti tadi. Namun rupanya setelah selesai memijat kepalaku, Mbak Tun kembali memijat dan mengurut kedua bongkahan pantatku, yang tentunya pangkal pahaku kembali menjadi sasarannya pula.

Aku tak kuasa menolak, karena selain kupikir Mbak Tun toh juga seorang wanita, dan juga normal karena pernah bersuami walau sudah lama bercerai. Aku toh akhirnya juga menikmati semua sentuhan tidak disengaja maupun mungkin disengaja saat jari-jari tangannya mengusap bagian luar vaginaku. Sampai akhirnya aku benar-benar tidak tahan lagi.

"Sudah! Cukup! Terima kasih ya Mbak", ujarku akhirnya.

"Kok sudah toh Mbak?", Tanya Mbak Tun padaku.

"Bagian depannya belum diurut lho! Ayo telentang Mbak, kuurut sebentar perutnya supaya ususnya tidak turun", tambah Mbak Tun dengan sedikit memerintah.

Herannya aku menurut juga. Dan lalu aku pun telentang di hadapan Mbak Tun. Mbak Tun mulai kembali mengolesi body lotion ke bagian dada dan perutku. Mbak Tun langsung mengelus bagian atas dadaku dekat leher sedang jarinya mengurut ke bawah ke arah payudaraku. Kemudian area sekitar payudaraku juga diurut lembut mirip elusan. Aku yang sudah horny sejak tadi jadi lebih blingsatan lagi hingga akhirnya aku tidak tahan untuk tidah mengaduh.

"Aduuh! Geli Mbak!" protesku, tapi Mbak Tun diam saja sambil terus mengurut pinggiran payudaraku.

Kemudian perutku diurut dari setiap penjuru mengarah ke pusar. Kini giliran pahaku diurut oleh Mbak Tun. Cara mengurutnya naik ke atas menuju pangkal paha, letak kakiku dipisahkan agak lebar sehingga posisiku lebih terkangkang lagi. Mbak Tun terus mengurut pahaku. Saat mengurut bagian dalam pahaku, aku menggeliat tak karuan.

Kemudian Mbak Tun mengurut mulai tepat di atas vagina menuju pusarku. Katanya ini adalah untuk menaikkan usus dalam perutku agar supaya tidak turun ke bawah. Aku diam saja tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, terus terang pijatannya memang enak hingga pegal yang ada di tubuhku sedah tidak terasa lagi. Namun selain itu aku juga mendapatkan rangsangan seksual dari cara Mbak Tun mengurutku.

"Sudah, sekarang yang terakhir" kata Mbak Tun sambil membuka lebar pahaku.

Mbak Tun berpindah posisi duduknya. Kini dia berjongkok tepat di hadapan selangkanganku yang terkangkang lebar. Kedua tangannya secara bersamaan mengurut kedua pahaku, dari arah lutut menuju selangkangan hingga aku jadi menggeliat tidak karuan menahan geli.

Kemudian kedua ibu jarinya mengurut-urut celah lipatan selangkangan dekat vaginaku dengan cara mengurutnya dari bawah ke atas terus berulang-ulang. Bibir vaginaku menjadi saling gesek karenanya hingga rangsangan dahsyat melanda bagian bawah tubuhku dan akhirnya aku tak kuasa lagi mengendalikan nafsu birahiku sendiri hingga tanpa perlu merasa malu lagi pada Mbak Tun, jariku kuarahkan ke klitorisku dan terus kugosok-gosokkan sambil mengangkat dan menggoyang-goyang pantatku.

Aku akhirnya orgasme di hadapan Mbak Tun. Persetan kalau mau dia tertawa, bathinku. Namun ternyata Mbak Tun tetap cuek saja sampai aku selesai melepaskan orgasme. Lalu kubayar ongkos Mbak Tun memijatku dan kuminta dia untuk pulang sendiri.

TAMAT

Pengalaman berswalayan

Saat kejadian ini aku masih kelas 3 SMP dan sedang mengalami masa-masa pubertas. Soal sex saat itu aku masih belum tahu apa-apa alias masih buta sekali, hal ini disebabkan terutama karena tidak ada yang kasih tahu aku tentang hal tersebut, tidak seperti anak-anak sekarang yang kebanyakan sudah tahu banyak tentang sex. Pada saat itu gairah sex-ku sedang tinggi-tingginya. Kalau melihat film atau membaca cerita yang sedikit erotis pasti aku langsung terangsang. Pertama kali mengalami mimpi basah aku pun sangat kaget dan sedikit malu karena aku kira aku ngompol, masa sudah gede masih ngompol. Aku masih tidak tahu itu air ompol atau apa soalnya waktu aku cium baunya tidak seperti ompol tapi baunya lain dan bentuknya tidak cair tapi seperti lendir. Jadi jika aku mengalami mimpi basah buru-buru aku lap pakai tissue dan pagi-pagi sebelum berangkat sekolah kucuci celanaku sehingga tidak ada yang tahu kalau aku ngompol. Aku juga merasa sangat senang kalau sudah mengalami mimpi basah, jadi aku sering menantikannya, tapi itu jarang-jarang terjadi paling-paling tiga minggu sekali, itu juga kalau aku mimpi bercumbu dengan seseorang yang aku suka.

Aku juga sering memegang dan meremas-remas penisku, tapi masih pakai celana, tidak sampai keluar dan hal ini juga kadang-kadang kulakukan. Aku masih belum tahu tentang mastrubasi atau onani dan cara-caranya. Anak-anak sebayaku pun masih belum terlalu sering membicarakan tentang mastrubasi karena pada waktu itu sex adalah hal yang tabu, tapi di antara aku dan teman-temanku sering sembunyi-sembunyi membaca dan membicarakan hal-hal yang berbau sex. Aku sering merasa kalau penisku tegang kalau sedang membicarakan atau membaca buku-buku tentang sex yang kebetulan aku dapatkan di kamar kakakku, tentu saja tanpa sepengetahuannya.

Suatu hari saat sedang mandi aku merasa terangsang karena habis membaca buku porno, kemudian sambil membaca buku itu aku meremas-remas penisku dan tahu-tahu penisku tambah besar dan jadi tegang, aku merasa aneh lalu aku diamkan lagi, eh ternyata penisku menyusut dan mulai tidak tegang lalu saat aku membaca buku itu lagi sambil meremas-remas penisku hal itupun terjadi lagi. Aku sedikit bingung tapi aku suka terutama saat meremas-remas penisku. Di sekolah aku terus memikirkan kenapa kejadian itu terjadi. Dan kadang aku bingung dengan gambar-gambar yang aku lihat sepertinya mereka sangat merasa nikmat sekali, sehingga kalau pulang sekolah aku mengusap-usap penisku sambil meniru gaya-gaya yang ada di gambar. Aku sering melakukannya tapi tidak pernah sampai keluar, soalnya aku sering merasa bosan dan sedikit aneh dengan perbuatan yang aku lakukan.

Suatu saat di sekolah temanku membawa buku porno dan kami membacanya di WC sekolah saat istirahat. Aku melihat gambar seorang laki-laki yang sedang memegang penisnya dan di salah satu gambar penisnya mengeluarkan cairan yang berwarna putih, aku sedikit bingung melihatnya tapi aku juga tertarik ingin melakukannya. Pulang sekolah aku langsung masuk ke kamar dan memegang serta mengusap-usap penisku, dan ternyata mulai tegang dan membesar. Aku mengusap-usapnya perlahan-lahan rasanya enak sekali, tapi lama-kelamaan penisku terasa sedikit sakit dan pegal lalu aku menghentikannya. Sampai beberapa waktu hal itu tidak kulakukan lagi dan aku mulai sedikit tidak tertarik dengan sex, tapi kalau melihat gambar porno aku masih suka.

Suatu hari saat aku pulang sekolah dan ingin meminjam buku porno milik kakakku, aku mengedap-endap masuk kamarnya melalui jendela. Tapi aku sedikit terkejut, soalnya aku melihat kakakku sedang mengusap-usap penisnya dan kadang-kadang diolesinya dengan cairan yang aku sendiri tidak tahu cairan apa itu. Diam-diam aku terus memperhatikan kakakku dan mulai terangsang, setelah beberapa saat aku lihat kakakku mulai bertingkah aneh, matanya terpejam sepertinya dia sedang merasakan sesuatu yang luar biasa dan dari penisnya aku lihat keluar cairan berwarna putih menyembur beberapa kali sama seperti yang aku lihat digambar.

Aku jadi penasaran lalu aku kembali ke kamarku dan terus memikirkan yang aku lihat di kamar kakakku. Saat kakakku pergi aku masuk ke kamarnya dan mencari botol yang kakakku pegang tadi dan aku menemukannya, ternyata cairan itu adalah hand body lalu aku ambil dan kembali ke kamarku. Sambil duduk di pinggir tempat tidur aku lalu mengolesi penisku yang sudah sejak dari tadi tegang dengan hand body, lalu aku mengusap-usap sambil meremas-remas penisku, rasanya enak sekali. Tanganku membelai penisku maju mundur persis seperti yang kakakku lakukan aku mulai mendesah keenakan, nafasku juga mulai tidak teratur menahan kenikmatan yang kurasakan. Setelah beberapa saat nafasku mulai memburu dan gerakan remasanku mulai tambah cepat, aku merasa tubuhku mulai tegang dan seperti ada yang mau keluar dari penisku seperti mau kencing tapi ini rasanya lebih nikmat, dan akhirnya aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, aku memejamkan mataku, meremas kuat-kuat penisku dan kemudian "Crot.. crot.. crot.." Rasanya nikmat sekali dan sepertinya aku melayang, sungguh aku merasa luar biasa.

Setelah beberapa saat nafasku mulai teratur dan penisku mulai mengecil lagi dan saat aku lihat di lantai kamarku ada cairan berwarna putih dan kental sama seperti kakakku dan saat aku pegang dan aku cium baunya sama seperti waktu aku mimpi basah. Kemudian aku kembalikan hand body tadi ke kamar kakakku. Di kamar aku tiduran dan memikirkan kejadian tadi, aku merasa baru kali ini mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Sore harinya saat aku mandi dan menyabuni tubuhku aku merasa mulai terangsang lagi. Terutama saat aku menyabuni penisku. Penisku mulai membesar dan bertambah keras. Aku lalu mulai meremas-remas sambil mengusap-usap penisku maju mundur, selang beberapa saat aku merasakan kenikmatan yang sama seperti tadi dan saat aku membuka mata dan nafasku sedikit teratur aku melihat cairan putih di lantai kamar mandi, tapi tidak sebanyak yang mengotori lantai kamarku.

Setiap aku melihat gambar-gambar porno aku pasti langsung mencobanya sendiri. Aku mulai melakukan berbagai variasi menirukan gambar-gambar porno yang aku lihat dan film-film BF yang aku tonton di rumah temanku. Kalau biasanya tanganku yang aktif bergerak maju mundur, aku mulai menggerakkan pantatku dan tanganku cuma diam dan meremas-remas penisku. Tanganku yang satunya berpegangan pada tembok kamar mandi dan tangan yang satunya lagi meremas-remas penisku sambil pantatku bergerak maju-mundur, rasanya lebih enak dibandingkan hanya mengusap-usap penisku. Saat aku merasa akan keluar remasanku bertambah kuat, tubuhku lalu menegang dan pantatku bertambah kuat menekan ke depan kemudian keluarlah cairan putih seperti biasanya.

Kadang saat melakukannya aku berusaha untuk menahan supaya cairan putih itu tidak cepat keluar, tapi hal ini sering gagal dan aku sukar sekali mengendalikannya. Kadang juga aku berusaha untuk dapat melihat cairan putih itu saat menyembur keluar dari penisku, rasanya aneh dan lucu. Aku juga pernah mencoba menelan cairan putih itu karena aku pernah melihat ada perempuan yang menelan cairan putih yang keluar dari penis laki-laki, rasanya aneh asin dan hangat tapi saat menelannya aku merasa mau muntah soalnya jijik.

Suatu hari saat aku akan meminjam hand body kakakku aku ketahuan dan kakakku mulai bertanya macam-macam. Karena takut aku pun langsung membeberkan apa yang aku lihat, waktu kakakku melakukannya dan kakakku yang sekarang sedikit ketakutan. Akhirnya kami berjanji untuk tidak menceritakannya kepada siapapun. Kami kadang melakukannya bersama-sama di kamar mandi. Kami melakukannya berhadap-hadapan dan sering bertanding siapa yang paling lama bertahan, kadang aku yang menang dan kadang kakakku, kalau sudah keluar cairan putih itu sering kami semburkan ke penis masing-masing jadi cairan putih itu sering menggumpal di bulu-bulu yang sudah tumbuh di sekitar penis kami, dan kami cukup sulit membersihkannya dengan air sehingga kami membersihkannya dengan sabun.

Saat teman akrabku main ke rumahku dan membawa buku-buku porno yang aku pesan di sekolah. Sambil membaca, aku menceritakan pengalaman yang aku alami. Dia mendengarkan aku dengan serius dan banyak bertanya macam-macam. Biar dia tidak penasaran aku ajak ke kamar mandi dan aku perlihatkan bagaimana caranya. Aku mulai mengolesi penisnya dan juga penisku dengan sabun, tentu saja penisnya yang sudah tegang bertambah keras. Lalu aku mulai mengusap-usap dan meremas-remas penisnya dan penisku. Dia kelihatan mendesah-desah keenakan sambil matanya terpejam mencoba meresapi kenikmatan usapan tanganku di penisnya. Setelah beberapa saat dia mulai mengejang dan dari penisnya menyembur cairan putih yang sangat banyak sekali dan sedikit mengenai tanganku, kemudian aku meneruskuan remasan tanganku dan gerakan pantatku dia cuma melihatku. Setelah beberapa saat aku pun keluar, dia kelihatannya terkagum-kagum melihatku dan dia bilang kalau hal ini luar biasa enaknya. Kami pun melanjutkan melihat-lihat buku porno dan mulai terangsang lagi. Aku dan dia mulai mengolesi penis kami kembali dengan sabun dan mulai membelai dan meremas penis masing-masing. Kami mendesah dan megerang meresapi kenikmatan yang kami dapatkan. Sampai beberapa saat aku lihat dia mulai menegang, matanya terpejam dan dari penisnya kembali keluar cairan berwarna putih dan selang beberapa saat aku juga keluar. Setelah kami mulai tenang kami tertawa bersamaan.

Di Sekolah kami menceritakannya kepada teman-teman kelompokku. Kami kadang berkumpul dan kami melakukannya bersama-sama. Kami kadang saling membandingkan ukuran penis masing-masing, daya tahan kami menahan supaya tidak cepat keluar dan semburan yang paling jauh. Siapa yang menang boleh ditraktir di kantin sekolah. Dan kadang kami saling menceritakan cara-cara baru melakukannya, salah satunya dengan menggunakan Labu Siem yang telah direbus saat sudah hangat Labu tadi dilubangi dan penis langsung dimasukkan ke dalamnya rasanya hangat dan sedikit kenyal, saat keluar juga terasa lebih nikmat.

Sejak saat itu aku mulai sering melakukannya, dan saat aku masuk SMA saat belajar biologi aku baru tahu kalau yang kulakukan itu disebut onani dan cairan putih yang keluar dari penisku adalah cairan sperma bercampur semen atau dengan nama lain cairan mani. Sampai saat ini aku masih sering melakukannya. Tapi aku juga sedikit berhati-hati dan menahan diri untuk tidak melakukannya dengan wanita setelah mendengar penjelasan akibat yang akan ditimbulkan melalui hubungan sex. Dan aku baca kalau onani adalah salah satu cara yang paling aman melampiaskan hasrat sex seseorang walaupun itu dianggap masih kurang baik. Jadi aku onani kalau sedang stress dan benar-benar terangsang. Untuk menguranginya aku sering menyibukkan diriku mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler di sekolahku.

Tamat

Asyiknya rame-rame

Lia sedang duduk menyelesaikan ceritanya di komputer waktu aku, Doni dan Ferry datang ke kamarnya. Tiba-tiba kami bertiga sudah ada di samping dan di belakangnya sambil ikut membaca ceritanya di monitor.

"Wah, ceritamu bikin horny loh..!" kataku yang diiyakan juga oleh Doni dan Ferry.
Yang membuat Lia kaget, Ferry dan Doni yang berdiri di samping kiri-kanannya membaca monitor sambil mengusap-usap celana bagian depannya yang nampak makin lama makin menonjol. Lia semakin kaget lagi sewaktu mereka secara bersamaan tiba-tiba membuka celana sekaligus CD-nya ke bawah, sehingga di kanan-kiri Lia muncul dua benda panjang menjulur ke depan. Rupanya mereka sudah tidak tahan membayangkan cerita di komputer Lia, apalagi melihat penampilan Lia malam itu yang hanya berdaster transparan.

"Tuh kan, jadi keras nih punyaku.., ayo pegang..!" kata Doni sambil menarik tangan Lia dan ditempelkannya di batang penisnya sekaligus penis Ferry.
"Eh, ngapain nih pada..?" tanya Lia sambil agak meronta.
"Udah deh, pegang aja..!" kata Doni yang tiba-tiba menyusupkan tangannya ke daster Lia bagian atas terus ke bawah hingga menyentuh gundukan buah dadanya yang tak ber-BH itu.

Lia langsung menggeliat merasakan usapan tangan Doni pada bagian sensitifnya yang menimbulkan sensasi tersendiri, sehingga Lia tidak lagi meronta dan malah menikmati genggaman tangannya pada batang penis Ferry dan Doni. Ferry pun tidak mau kalah, tangannya ikut masuk menggerayangi buah dada yang kiri sambil memilin-milin lembut puting Lia yang semakin mengeras.
"Aaah.., sshh..," desahnya merasakan kenikmatan sambil tangannya terus menggenggam dan sesekali mengocok batang penis mereka.

Mereka serentak menghentikan kegiatannya, dan menyuruh Lia berdiri dari kursi menuju ke ranjangnya. Daster Lia yang sudah tidak karuan menyangga tubuhnya langsung terlepas bersamaan dengan tangan Ferry yang menarik cepat tali dasternya. Sambil memegangi tangan Lia, kini mereka dapat bebas melihat kemulusan tubuhnya yang tinggal berbalut CD mini itu.

Lia disuruh berhenti di dekat ranjangnya, dimana aku sudah duduk menunggu, duduk di pinggir ranjangnya tanpa busana. Lia semakin pasrah sambil berdiri waktu Ferry dan Doni merentangkan kedua tangannya, dan mulai menciumi dari mulai ujung jari hingga ke lengan bagian atas. Bulu-bulu halus Lia langsung berdiri menerima perlakuan ini. Kecupan dan permainan lidah Ferry dan Doni di sepanjang kulit tangan Lia membuatnya seperti terbang melayang. Rintihannya semakin menggila sewaktu mereka menaikkan tangan Lia ke atas dan menyusupkan bibir-bibir mereka ke ketiaknya.

Jilatan-jilatan Ferry dan Doni yang belum pernah Lia rasakan sebelumnya itu, membuat Lia menggelinjang kegelian penuh rangsangan. Kepalanya yang menengadah ke atas langsung disambut dengan ciuman Doni di samping leher dan telinganya, sementara Ferry meneruskan jelajahan bibir dan lidahnya yang liar ke samping pinggang Lia. Sementara tangannya di atas memegang kepala Doni yang asyik menyusuri telinga dan tengkuknya, aku berdiri dari ranjang dan tak kusia-siakan buah dadanya yang membusung itu dengan kukecup lembut di sekitarnya. Putingnya yang mencuat kujilat, kukulum dan kuhisap bergantian yang membuat tubuhnya bergetar hebat menahan nikmat.

Desahan dan erangannya yang semakin mengeras tidak terdengar lagi, karena tiba-tiba Doni membungkam mulut Lia dengan mulutnya yang liar sambil memiringkan kepala Lia. Mau tidak mau Lia melayani permainan bibir dan lidah Doni yang menari-nari di dalam rongga mulutnya.
"Mmph.. mmph..," erangnya di tengah hebatnya serangan kami bertiga.

Sementara itu Ferry sudah berada di bawah tubuh Lia yang asyik menciumi belakang batang kakinya mulai dari paha, betis hingga tumit kakinya. Tangan Ferry yang tadinya meremas-remas pantat Lia, tiba-tiba begitu cepat turun ke bawah bersamaan dengan CD-nya, hingga akhirnya tak sehelai benang pun menempel di tubuh Lia. Pemandangan indah gundukan vagina Lia tidak kusia-siakan dengan bibirku yang sudah turun dari melumat buah dadanya menjadi ke perutnya.

Setelah puas memutar-mutarkan lidahku di seputar perut dan pusarnya, aku kembali duduk di pinggir ranjang dengan posisi wajahku berhadapan dengan vagina Lia. Tanganku kemudian menarik pinggulnya lebih mendekat ke arah wajahku, dan bibirku langsung mengecup gundukan vagina Lia dengan lembut yang membuatnya menggeliat merasakan sensasinya.

Tidak puas dengan itu, makin kuturunkan tubuhku ke bawah dengan posisi berlutut. Tanganku kemudian merenggangkan kakinya, hingga vagina Lia terbuka bebas menggantung di depan wajahku. Tidak lama kemudian kubenamkan wajahku ke selangkangan Lia yang kemudian diikuti oleh usapan lidah Ferry di seputar pipi pantatnya. Lia semakin hebat menggelinjang, apalagi sewaktu aku sudah mulai menjilat dan mengisap klitorisnya dari bawah yang membuat vaginanya semakin basah.

Lia sudah tidak tahan dan mencoba meronta, tapi kami malah semakin menggila. Tubuh Lia kami dorong ke ranjang, dan kusuruh menungging di pinggir ranjang dengan posisi kakinya menggantung. Doni naik ke ranjang dan berlutut di depannya dengan penisnya yang mengarah ke wajah Lia. Tangan Doni kemudian memegang rambut Lia dan menengadahkan kepalnya.
"Buka mulutmu..!" perintah Doni yang segera diikuti, karena memang Lia sudah horny sekali, dan ingin melakukan apa saja.

Begitu mulutnya terbuka, masuklah batang penis Doni yang tegang itu sedikit demi sedikit. Lia mulai merasakan nikmatnya mengemut penis Doni dengan memaju-mundurkan kepala sesuai gerakan tangan Doni di rambutnya.
"Ayo isep dan jilat sepuasmu..!" perintah Doni lagi yang segera diikuti Lia dengan menjilati sepanjang batang penisnya yang divariasi dengan mengemut kepala penisnya.

Sambil terus menghisap, Lia merasakan ada sesuatu di bawah selangkangannya. Ternyata kepala Ferry sudah menengadah di antara kedua paha Lia dengan posisi badannya berada di bawah ranjang. Bibir dan lidah Ferry mulai beraksi dengan buasnya di vagina Lia. Yang membuat Lia semakin histeris adalah ketika aku menyambut goyangan-goyangan pantatnya yang mencuat ke atas dengan menyapukan lidahku ke belahan pantat Lia dengan sesekali menusukkan ujung lidahku ke lubang pantatnya.

Tanganku pun tidak mau tinggal diam, maju ke depan meremas-remas buah dadanya yang menggantung. Lengkaplah sudah bagian-bagian sentra kenikmatannya diserang habis-habisan. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan indah ini. Kutarik kepalaku dari pantatnya, dan kugantikan dengan menusukkan penisku ke vaginanya dari belakang. Dan untuk mempermudah genjotanku, ferry memindahkan kepalanya dari selangkangan Lia ke bawah buah dadanya yang menggantung, dan mulai menggeluti puting Lia dengan mulutnya.

Bersamaan dengan semakin cepatnya gerakan maju-mundur penis Doni di mulut Lia, kupercepat juga sodokan penisku ke lubang vaginanya sambil mencengkeram keras pinggulnya. Sampailah pada erangan keras Lia diikuti dengan mengejangnya tubuhnya tanda mencapai puncak. Terasa hangatnya cairan di lubang vagina Lia yang diikuti dengan kencangnya otot-otot di situ yang menjepit penisku.

Tanpa istirahat, Doni yang lalu mencabut penisnya dari mulut Lia, membaringkan dirinya dan menarik tubuh mulus Lia ke atasnya, hingga posisinya jadi berjongkok dengan vaginanya yang tepat berada di atas penis Doni yang masih tegak berdiri. Sesaat kemudian, terbenamlah penis Doni bersamaan dengan diturunkannya tubuh Lia. Erangan Lia terdengar cukup keras merasakan nikmat, dan semakin memacunya untuk mempercepat pompaan pada penis Doni.

Sementara itu, Ferry yang menunggu giliran mengambil inisiatif dengan berdiri di samping Lia, dan memasukkan penisnya ke mulut Lia dengan memutar sedikit kepalanya. Vagina dan mulut Lia kembali bekerja keras memompa, sementara aku juga tidak tinggal diam dengan menarik kedua tangan Lia ke belakang, lalu menjilat-jilat puting di buah dada kirinya yang terguncang-guncang seirama naik-turunnya tubuhnya.

Rupanya Doni mencapai puncaknya lebih cepat. Ia menekan tubuhnya ke atas yang diimbangi Lia dengan menahan ke bawah. Ferry yang sudah tidak tahan penisnya dilumat, langsung mengambil inisiatif dengan mendorong tubuh Lia ke samping hingga merebah di ranjang. Kedua tangan Lia direntangkan ke atas, hingga berpegangan pada ujung tiang ranjang, lalu kedua kakinya direntangkan, dan Ferry ambil posisi di antara kedua paha Lia. Vagina Lia yang terbuka langsung dihujam oleh penis Ferry yang masih basah bekas lidah Lia. Ferry mulai menyodokkan penisnya dengan lembut yang membuat Lia mengerang dan berusaha mengimbangi dengan memutar-mutar pinggulnya.

Sementara itu, Doni yang berada di samping Ferry membantu merangsang Lia dengan menciumi, menjilat, dan mengulum jari-jari kaki Lia yang mulus itu. Bibir sensual Lia yang terus mengerang itu membuatku tidak tahan melihatnya. Aku bergerak maju dan kukangkangi wajahnya, hingga penisku yang masih tegang berada tepat di depan mulutnya. Kuangkat sedikit kepalanya dan kudorong masuk penisku. Lia pun menyambut dengan ganas perlakuanku ini. Dihisap dan dikulumnya penisku dengan bibir dan lidahnya.

Genjotan penis Ferry semakin cepat di bawah yang membuat Lia menggelinjang hebat.
"Mmmh.. mmph.. mmph..," teriak Lia tertahan penisku di mulutnya bersamaan dengan melengkungnya tubuh Lia ke atas.
Lia telah mencapai puncaknya bersamaan dengan Ferry.
"Tunggu, aku juga mau keluar..!" kataku lagi sambil melepas penisku dari mulutnya dan mengocok penisku di depan bibirnya yang sengaja dibukanya lebar.
"Aaagghh..!" erangku yang bersamaan dengan semprotan maniku ke wajah dan mulut Lia.

Tak hanya itu, waktu semprotanku berhenti, langsung dikulumnya penisku lagi dalam-dalam yang membuatku terasa ngilu tapi nikmat sekali. Akhirnya kami berempat merebah jadi satu di ranjang dengan perasaan puas yang mendalam. Yang jelas kami semua merasakan 'asyiknya rame-rame', mirip dengan slogan iklan rokok di TV.

TAMAT

Asyiknya jadi instruktur

Kejadian ini aku alami saat aku masih bekerja part-time di salah satu lembaga pendidikan komputer di Jakarta. Waktu itu salah seorang temanku ada yang menawarkan lowongan di tempat tersebut sebagai instruktur komputer part-time. Aku pikir boleh juga, toh mata kuliahku juga tinggal sedikit sehingga dalam seminggu paling cuma dua hari kuliah. Sisanya ya nongkrong di tempat kost atau jalan sama temen-temen.

Kira-kira di bulan ketiga aku menjadi instruktur, aku mendapat murid yang mengambil kelas privat untuk Microsoft Office for Beginner. Sebetulnya aku paling malas mengajar beginner di kelas privat. Toh kalo cuma pengenalan ngapain mesti privat. Kalo advanced sih ketauan. Hampir saja aku tolak kalau waktu itu aku tidak melihat calon muridku tersebut.

Namanya Felice, siswi kelas tiga SMU di salah satu sekolah swasta yang cukup borju di Jakarta. Secara tak sengaja aku melihatnya mendaftar diantar maminya, saat aku mau mengambil beberapa CD di ruang administrasi. Tubuh Felice terbilang tinggi untuk gadis seusianya, mungkin sekitar 168 cm (aku mengetahuinya karena saat dia berdiri tingginya kira-kira sedaguku, sementara tinggiku 182 cm) dengan berat mungkin 45-an kg. Kulitnya putih bersih, wajahnya oval dengan kedua mata yang cukup tajam, hidung yang mancung dan bibir yang mungil. Rambut coklatnya yang dihighlight kuning keemasan tergerai sebatas tali bra.

Felice cukup cepat menangkap materi yang kuberikan. Materi beginner yang sedianya diselesaikan 24 session, dituntaskan Felice hanya dengan 19 session. Apa boleh buat, sisa waktu yang ada hanya bisa kugunakan untuk memberinya latihan-latihan, karena kebijakan dari lembaga pendidikan tidak memperbolehkan murid mengakhiri term meskipun materi telah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan memberi materi yang lebih dari kurikulum yang diambil si murid. Ya sudah, aku hanya menjaga integritas saja.

Di sisa session, sambil latihan aku banyak mengobrol dengan Felice. Gadis manis itu sangat terbuka sekali denganku. Felice cerita mulai dari keinginannya kursus untuk persiapan kuliah di bidang kesekretarisan nanti, tentang pacarnya, keluarganya yang jarang memberinya perhatian karena kedua orang tuanya sangat sibuk, sampai urusan.. ehm seks. Aku cukup terkejut saat mengetahui bahwa Felice sudah mulai berhubungan seks semenjak kelas tiga SMP dengan pacarnya yang berusia 7 tahun lebih tua darinya. Semenjak itu Felice merasa ketagihan dan selalu mencari cara untuk memuaskan nafsunya. Dia pernah pacaran dengan 4 cowo sekaligus hanya untuk mendapatkan kepuasan seksnya.

Kami saling bertukar cerita. Dan Felice juga terkejut ketika mengetahui bahwa hubungan badanku yang pertama malah dengan ibu kost. Kami pun banyak bertukar pengalaman. Sampai akhirnya Felice telah menyelesaikan term kursusnya, kami tetap kontak lewat telephone.

Suatu ketika Felice memintaku untuk mengajar di rumahnya. Rupanya setelah mahir menggunakan Microsoft Office, banyak teman-teman sekolahnya yang tertarik ingin belajar juga. Felice pun menawarkan mereka untuk 'main belakang'. Karena biaya kursus di lembaga tempatku mengajar cukup mahal, Felice mengajak teman-temannya untuk membayarku mengajar di rumahnya dengan separuh harga. Sementara mereka minta kepada orang tua mereka harga kursus di lembaga.

Felice and the gank ada enam orang termasuk Felice sendiri. Dan aku baru tahu bahwa mereka korban kesibukan orang tuanya masing-masing. Yah, tipikal anak-anak metropolitan yang diberi kasih sayang hanya dengan uang. Angie, Vanya, Sisil, Lala dan Ike adalah teman-teman sekolah Felice. Seru juga ngajarin mereka. Kadang aku mesti meladeni candaan mereka, atau rela menjadi bahan ledekan (karena hanya aku yang cowo).

Hari itu baru jam 11 ketika Felice meneleponku. Dia memintaku untuk datang lebih cepat dari waktu belajar biasanya. Aku oke-oke saja karena waktunya memang cocok. Jam 2 aku sudah berada di rumah Felice.
"Tumben Fel, jam segini udah nyuruh gue dateng." tanyaku.
"Iya, lagi bete.." jawabnya dengan wajah agak kusut. Aku mengacak-acak rambutnya pelan, lalu mencubit hidungnya.
"Kenapa nih? Cerita dong.." Felice tersenyum sambil mencubit pinggangku. Tiba-tiba gadis itu menarik lenganku dan mengajak ke kamar tidurnya.
"Hei..hei.. apa-apaan nih.." seruku.
"Nggak apa-apa hihihi.." Felice terus menarikku hingga ke atas ranjangnya. Tanpa pikir panjang lagi aku segera merengkuh tubuh langsingnya yang terbungkus kaus ketat dan celana pendek. Aku lumat bibir mungilnya yang lembut.
"Mmmhh.. mm.." bibir kami saling melumat. Felice kelihatan asyik sekali menikmati bibirku. Kedua tangannya sampai meremas rambutku. Sementara kedua tanganku masuk dari bawah kaus untuk merengkuh payudaranya yang masih terbungkus bra. Ugh.. bulat sekali, bentuknya betul-betul sempurna. Aku meremas-remas payudara Felice. Gadis itu semakin bernafsu. Lidahnya semakin liar menjelajahi mulutku, dan remasan tangannya semakin erat.

Tanpa aku minta Felice melepas sendiri kaus yang 'mengganggunya' berikut dengan bra-nya. Hmm.. terlihat jelas sudah dua gundukan payudaranya yang bulat dan montok. Yang aku heran kenapa kedua puting susunya masih berwarna merah muda. Padahal Felice cerita bahwa dia sudah sering sekali berhubungan badan. Tanpa ampun aku langsung menyambar payudaranya dengan mulutku. Lidahku menari-nari lincah mengikuti lekukan payudaranya yang indah.

"Sshh.. Riioo.. aahh.." Felice mendesah keasyikkan. Kepalaku dipeluk erat ke dadanya. Upss.. hampir aku sesak nafas dibuatnya. Lidahku terus bermain di kedua payudaranya. Juga putingnya. Hhmm.. nikmat sekali, putingnya betul-betul kenyal. Aku menggigitinya pelan-pelan untuk memberikan sensasi di puting Felice.
"Aahh.. Yoo.." tubuh Felice menggelinjang menahan rasa nikmat. Kami saling berpelukan erat, dan tubuh kami bergulingan tak karuan di atas ranjang. Gairah Felice semakin memuncak. Dengan liar gadis itu mencopoti semua kancing bajuku dan menanggalkannya dari tubuhku.
"Uuhh.. awas ya, sekarang gantian.." katanya. Aku diam saja ketika Felice dengan penuh hasrat melepas celana panjang dan celana dalamku. Tubuhku sudah bugil tanpa busana.

Dengan penuh nafsu, Felice langsung menyambar batang penisku yang mulai mengeras, dan mengisapnya. Aku tersenyum melihat gayanya yang buas. Aku sedikit memiringkan tubuhku agar bisa mencapai celana pendeknya. Tanpa kesulitan aku melepas celana pendeknya dari tubuh Felice, sekaligus dengan celana dalamnya. Hmm.. paha gadis itu benar-benar putih dan mulus. Aku segera merangkul kedua pahanya untuk melumat kemaluan Felice yang tersembunyi di pangkal pahanya.

Kami 'terjebak' dalam posisi 69. Dengan liar lidahku menjelajahi permukaan vagina Felice. Jemari-jemariku membantu membeleknya. Aahh.. aroma khas itu langsung tercium. Aku langsung mengulum klitoris Felice yang seolah melambai padaku.
"Uughh.. aahh.. Yoo.. gila lo.. aahh.." Felice sampai menghentikan kulumannya di penisku untuk meresapi kenikmatan yang kuberikan di vaginanya. Aku tak mempedulikan desahan Felice yang keasyikan, lidahku semakin liar menjelajahi vaginanya. Klitoris Felice sampai basah mengkilat oleh air liurku.
Tak tahan oleh kenikmatan yang kuberikan lewat mulut, Felice segera bangkit dari posisinya dan memutar tubuhnya yang indah. Dalam sesaat saja tubuh putih mulus itu telah menindih tubuhku. Kedua tangannya bertumpu di ranjang mengapit leherku.
"Come on Yo.. give me the real one.. sshh.." desahnya penuh nafsu sambil mendekatkan vaginanya ke batang penisku. Aku membantunya dengan menuntun penisku untuk masuk ke dalam liang kenikmatan itu. Ssllpp.. bbleess..
"Sshh.. sshh.. oohh.. Yoo.." Felice merintih keasyikan seiring dengan tubuhnya yang naik turun. Sementara kedua tanganku asyik memainkan kedua puting susunya yang kenyal. Bibir mungil Felice yang terus mendesah kubungkam dengan bibirku. Lidahku bermain menjelajahi rongga mulutnya. Tubuh Felice mulai menggelinjang menahan kenikmatan yang kuberikan dari segala arah. Pantatnya semakin cepat naik-turun.

Dengan gemas aku memeluk tubuh indah itu, dan berguling ke arah yang berlawanan. Sekarang aku yang menguasai permainan. Felice merentangkan kedua belah kakinya yang putih mulus itu. Tanpa ampun aku kembali menghujamkan batang penisku yang sudah basah ke dalam vaginanya. Felice kembali merintih tak karuan. Sementara kedua tanganku bergerilnya menjelahai pahanya yang mulus. Dengan jemariku aku berikan sensasi di sekitar paha, pantat dan selangkangan Felice. Tubuh Felice semakin menggelinjang. Gadis itu tak kuasa lagi menahan nikmat yang dirasakannya. Dinding vaginanya mulai berdenyut.

"Rioo.. sshh.. aahh.." akhirnya Felice mencapai klimaksnya. Cairan kewanitaannya membanjiri penisku di dalam sana. Tubuhnya langsung tergolek pasrah. Aku tersenyum melihat ekspresinya. Tiba-tiba Felice merengkuh leherku dan mendekatkan ke wajahnya.
"Awas ya, bentar lagi tunggu pembalasan gue.." desahnya dengan nada menantang.
"Coba kalo bisa, gue mau liat.." jawabku balik menantang seraya mengecup bibirnya. Kemudian kami bersih-bersih bersama di kamar mandi. Aku dan Felice mengulangi lagi permainan tadi di kamar mandi, dan untuk kedua kalinya gadis manis itu mencapai klimaksnya.

Sekitar jam setengah empat sore sebenarnya waktu belajar akan dimulai, namun Felice memaksaku untuk melakukannya sekali lagi di ranjangnya. Gadis itu penasaran sekali karena aku belum mencapai klimaks. Semula aku menolak karena takut sebentar lagi yang lain datang. Namun Felice membungkam mulutku dengan puting susunya. Apa boleh buat, kami kembali melanjutkan permainan.

Benar saja, sepuluh menit sebelum jam empat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Rupanya kami baru sadar kalau pintu depan dari tadi tidak dikunci. Sisil dan Ike yang baru saja datang langsung nyelonong ke kamar setelah tidak mendapatkan Felice di ruangan lain.

"Hei.. gila lo berdua..!!" Sisil menjerit heboh. Aku dan Felice yang sedang dalam posisi doggie style terkejut dengan kedatangan mereka. Aku menatap Felice dengan bingung, tapi gadis itu tenang-tenang saja.
"Aduh Fel, lo kok gak bilang-bilang sih kalo mo barbequean.. ajak-ajak dong.." cetus Ike tak kalah hebohnya. Felice menanggapi dengan tenang.
"Udah nggak usah ribut, lo join aja langsung sini.." tanpa dikomando dua kali kedua gadis itu langsung melepas pakaiannya dan bergabung dengan aku dan Felice di ranjang. Hmm.. aroma sabun dan shampoo yang masih segar segera tercium karena mereka berdua baru saja mandi.

Entah kenapa hari itu Angie, Vanya dan Lala kebetulan tidak datang. Angie sempat menelpon untuk memberitahu bahwa dia harus mengantar kakaknya ke dokter. Vanya ada acara weekend dengan keluarganya, sehingga harus berangkat sore itu juga. Sedangkan Lala tidak ada kabar.

Hari itu otomatis tidak ada session. Kami berempat bersenang-senang di kamar Felice sampai menjelang malam. Aku sempat tiga kali mencapai klimaks. Yang pertama saat dengan Felice, tapi aku harus membuang spermaku di mulutnya karena Felice tidak mau ambil resiko. Klimaks yang kedua ketika Ike dan Felice melumat batang penisku berdua. Aku betul-betul tak tahan saat mulut mereka mengapit batang penisku dari sisi kiri dan kanan. Dan yang terakhir aku tuntaskan di dalam vagina Sisil. Semula aku akan mencabut penisku untuk mengeluarkan spermaku di luar. Namun Sisil yang sudah kepalang nafsu malah mempererat pelukannya di tubuhku, hingga akhirnya spermaku menyembur di dalam. Dan pada saat yang bersamaan Sisil juga mencapai klimaksnya.

Setelah makan malam, Sisil dan Ike menelpon ke rumah masing-masing untuk memberitahu bahwa mereka menginap. Dan kami pun mengulangi kenikmatan-kenikmatan itu semalam suntuk. Di rumah Felice betul-betul bebas, sehingga permainan kami berempat betul-betul variatif. Kadang di ranjang, di ruang tamu, di sofa, di meja makan, di kamar mandi, di kolam renang. Yang paling gila waktu Ike mengajakku bermain di gazebo kecil yang dibangun di halaman belakang rumah Felice. Waktu itu sudah jam 1 pagi. Asyik sekali ditemani hawa dingin kami saling menghangatkan.

Malam itu aku betul-betul akrab dengan Sisil dan Ike. Tak seperti sebelumnya, meskipun akrab namun mereka masih menganggapku seperti guru mereka, jadi masih ada rasa segan. Dari obrolan kami, aku mengetahui bahwa sebetulnya mereka berenam sama-sama pecandu seks. Felice cerita bahwa mereka sering sekali ngerjain anak-anak kelas satu yang baru di sekolah mereka. Rumah Felice ini sering sekali dijadikan ajang pesta seks mereka. Aku sampai geleng-geleng mendengar kegilaan mereka.

Hari-hari berikutnya aku jadi akrab dengan mereka berenam. Di kesempatan lain aku berhasil menikmati tubuh keenam abg itu pada hari yang sama. Hubungan aku dan mereka sempat berlangsung lama, hingga akhirnya setelah mereka lulus sekolah dan mereka saling berpencar. Vanya, Sisil dan Lala melanjutkan studi mereka ke Aussie, sedangkan Ike memilih belajar di USA, Angie dan Felice sama-sama ke Singapore. Tapi kami masih kontak via chat dan email. Beberapa bulan lagi rencananya mereka akan sama-sama pulang ke Indonesia, dan kami sudah mempersiapkan rencana pesta yang luar biasa. Tunggu aja ceritanya..

TAMAT

Tugas Kenikmatan

Halo, perkenalkan namaku Dana usia 27 tahun berasal dari Sumatra Utara. Aku sudah berkeluarga dengan 1 anak yang masih berusia 3 tahun. Aku dan R suamiku hidup sangat romantis dan sebenarnya keharmonisan kami sudah terbentuk sejak kami masih berteman (R adalah rekan kerja satu kantor sampai sekarang) yang seiring berjalannya waktu kamipun berpacaran.

Ternyata keasikan pertemanan kami setelah memasuki masa pacaran tidak mengalami perubahan malah semakin kompak karena untuk pulang kerumah aku tidak perlu kuatir jam berapapun karena R dengan setia siap mengantarku pulang atau kalau aku yang lembur maka R akan pulang duluan lalu kembali ke kantor untuk menjemput. Maklumlah sekalipun posisiku dikantor masih tergolong pegawai biasa tetapi kesibukan seolah tidak pernah berhenti dan aku sangat menikmati pekerjaan itu.

Oh ya aku saat ini aku bekerja di bagian keuangan salah satu NGO asing yang menangani perpajakan sehingga banyak sekali tugasku menuntut aku harus banyak menghabiskan waktu untuk berhubungan dengan orang-orang pajak yang sudah menjadi rahasia umum sangat banyak tuntutan. Akupun jadi terbiasa menghadapi mereka dan tak jarang untuk dapat "melunakkan" hati mereka aku harus bersikap seluwes bahkan cenderung berpura-pura genit termasuk tampil agak seronok dengan tujuan supaya tugasku dapat selesai dengan mudah. Untungnya suamiku cukup bijaksana dan dapat memahami keberadaanku dengan memberikan kepercayaan 100% kepadaku. Ternyata keleluasaan ini justru membawa aku kedalam situasi yang sulit hingga akhirnya aku memasuki satu dunia yang belum pernah kukenal tapi gilanya aku jadi sulit untuk keluar dari dunia tersebut yaitu threesome sex.

Awalnya ketika itu kantorku menjelang tutup buku dan seperti biasanya kesibukan kami di keuangan menjadi luar biasa tingginya sampai-sampai ada beberapa rekanku yang harus pulang kantor menjelang pagi. Aku sendiri tetap pada tugas utama yaitu merapihkan laporan-laporan pajak dengan dibantu oleh petugas-petugas pajak. Syukurlah kali ini yang ditugasi untuk konsolidasi ada 2 orang yang sudah tidak asing bagiku yaitu Heru (26) dan Dimas (25) sehingga aku tidak perlu buang-buang waktu untuk beradoptasi dan menjelaskan kondisi kantorku.

Kami janjian ketemu di Hertz Chicken untuk makan siang sekaligus berdiskusi awal menyepakati hal-hal apa yang harus dilakukan dan pembagian tugasnya. Karena sudah akrab kamipun menyelingi diskusi dengan senda gurau dan setelah itu kami lanjutkan pekerjaan inti di kantor mereka yang letaknya cukup jauh yaitu di Tanggerang. 3 hari pertama semua berlangsung normal, ketika memasuki hari ke 4 volume pekerjaan semakin serius sehingga tidak terasa sudah jam 8 malam. Sedangkan target selesai kerjaan kami hari ke 6 sudah harus dilaporkan. Akupun jadi gelisah sendiri dan rupanya Heru menangkap gelagat itu dan mencoba membantuku mencari solusinya.

"Bukan apa-apa Her, rumahku kan jauh sekali di Bogor sedangkan jam segini aku masih di Tanggerang"
"Ya udah begini saja, bagaimana kalau Mbak Muti bermalam saja di cottage dekat kantor lalu besok pagi minta tolong suami Mbak Dana membawakan pakaian ke kantor. Tapi sekarang harus kasih tahu dulu sama suami supaya dia tidak gelisah nungguin," usul Heru
"Boleh juga, usul diterima" sambutku gembira dan mengangkat tangan untuk TOSH dengan Heru.

Segera kutelpon suamiku R yang sedang berada di luar kota untuk minta ijin dan R menyetujui bahkan menyuruhku supaya mentuntaskan. Setelah makan malam nasi goreng di kantor akupun minta tolong Heru mengantarku ke cottage yang dimaksud. Setiba disana ternyata tempatnya cukup menyenangkan karena tersedia ruang tamu dan 2 kamar ditambah lagi hari itu ada rate khusus berkenaan dengan ulang tahun cottage tersebut. Melihat itu spontan aku langsung setuju bahkan menyesali.

"Tahu begitu kita kerja disini saja lebih enak"
Rupanya reaksiku ini disambut oleh Heru, "kalau begitu bagaimana kalau kita melanjutkan tugas kita disini supaya aku dan Dimas enggak perlu repot-repot karena disini kan bisa sekalian mandi lalu tidur, mumpung kamarnya dua.. gimana Mbak?"
"Boleh saja," jawabku pendek tapi dalam hati menyesali spontanitasku tadi karena berarti malam ini aku akan berada bersama 2 laki-laki dalam satu atap rumah.

Namun keraguanku pupus karena aku berusaha berpikir positif, toh kita nggak akan macam-macam karena kamar kami terpisah, kalaupun terjadi apa-apa atas diriku aku bisa berteriak. Ah, jahatnya hati ini.. kalau dilihat dari sikap dan penampilan mereka yang intelek mana mungkinlah mereka mau berbuat macam-macam.

Tak lama kemudian Dimaspun datang dengan membawa beberapa tumpuk order dan meletakkan di meja makan yang rencananya akan kami jadikan meja kerja. Untuk menghilangkan rasa lelah aku memutuskan untuk berendam di kamarku yang juga dilengkapi dengan kamar mandi. Tapi baru kusadar aku tidak membawa pakaian, untunglah aku membawa kaos mirip singlet dan kebetulan dibalik celana panjang yang kupakai aku juga mengenakan celana sport stretch hitam sebatas diatas lutut. Masalah lain adalah aku hanya membawa CD yang menempel.. Duh bagaimana ya..

Akhirnya aku dapat ide untuk mencuci CD itu dan menjemur di kamar mandi dengan harapan besok pagi sudah kering. Sebagai pengganti CD aku melapisi kemaluanku dengan panty liner yang kutempelkan langsung di celana. Beress.. Kan?? Lalu mandilah aku dengan air panas yang sudah kuatur sesuai selera. Usai mandi akupun berbusana seperti yang sudah aku pikirkan dan ketika keluar kamar kulihat Heru dan Dimas sudah segar karena mereka juga sudah mandi dan seolah sudah janjian mereka sama-sama mengenakan celana pendek, tapi bagian atasnya hanya Heru yang mengenakan kaos singlet sedangkan Dimas bertelanjang dada saja membiarkan dadanya yang bidang berotot dan berbulu itu terpampang membuat darahku sedikit berdesir.

"Maaf Mbak Dana aku terpaksa tidak pakai apa-apa karena tadi waktu mau mandi bajuku jatuh dari kapstok sehingga basah"

Dimas berusaha menjelaskan dan menutupi rasa saltingnya karena mataku menatap tajam.

"O ya, tapi sudah dijemur kan?" tanyaku basa basi.
"Sudah sih," jawab Dimas sambil pura-pura sibuk dengan kerjaannya lagi.
"Ah, bilang aja mau pamer bulu sama Mbak Dana.. ck, ck, ck.. Di kampungnya aja segitu banyak apalagi di kotanya.. ha, ha, ha" ganggu Heru sambil melirik ke aku dan kulihat Dimas semakin malu.

Rupanya introduksinya Heru tidak berhenti disitu karena akhirnya kami kembali bersenda gurau yang selanjutnya topikpun beralih serius menjadi diskusi tukar pikiran seputar hal-hal yang sangat pribadi dan kamipun tenggelam asik dalam pembicaraan tentang teknik-teknik ML. Dari situ baru kuketahui dari kisah-kisah mereka ternyata Heru sangat piawai dalam teknik sex. Heru terus bercerita tentang pengalamannya dengan beberapa teman gadisnya yang menurut pengakuannya cewek-cewek itu sangat tergila-tergila dengan permainannya.

Lain halnya dengan Dimas yang lebih banyak mendengarkan tapi tanpa sadar Dimas sudah menutupi bagian auratnya dengan bantal, mungkin malu kalau ketahuan "adik"nya sudah meronta-ronta. Semula aku bertahan untuk tidak menceritakan pengalamanku, tapi karena Heru pandai memanfaatkan suasana akhirnya kuceritakan juga apa saja yang aku dan suamiku pernah lakukan tapi masih dalam batas yang sopan karena itu hal yang tabu untuk disampaikan kepada orang lain apalagi lawan jenis dan bukan suami sendiri.

Lama kelamaan level cerita kamipun meningkat, aku sudah semakin berani menyampaikan hal yang sekecil-kecilnya tentang apa saja yang masing aku dan suamiku sukai. Begitu juga dengan Dimas yang berhasil dibuat mengaku kalau ternyata selama ini mengalami minder akibat bawaan lahir karena memiliki penis yang sangat besar. Dengan tetap berusaha keras mengendalikan hormon wanitaku aku berusaha untuk menghibur Dimas.

"Ah, kenapa harus minder.. Justru seharusnya bangga dong. Seperti aku, maaf kata nih, aku suka minder karena memiliki rambut yang berlebihan. kalau laki-laki seperti kamu sih nggak apa-apa, tapi aku suka kuatir suamiku tidak menyukainya. Buktinya setiap aku memintanya untuk mengoral selalu ditolak halus, tapi jangan salah.. Dia selalu puas dengan coitus kami"

Hari semakin malam dan topik diskusi kami semakin panas dan kamipun sudah berpindah ke sofa. Ketika kami membahas threesome sex dan entah sadar atau tidak sambil bercerita posisi duduk sudah tak karuan.. Aku bersandar di pegangan sofa dengan kaki diatas pangkuan Heru dan kaki sebelah berjuntai ke karpet dimana Dimas duduk dilantai sambil menikmati Heru yang memijat betis indahku dengan bulu-bulu halus yang tumbuh rapih disitu dan Dimas memijit telapak kakiku yang putih bersih dengan kuku dilapisi kutex transparan.

Begitu nikmat sensasi pijatan yang mereka berdua lakukan akhirnya aku merasa melayang apalagi pijitan Heru sudah naik ke arah pahaku dan aku ingat aku hanya mengangguk dengan mata terpejam ketika Heru dan Dimas melepaskan celana sportku dengan alasan untuk memudahkan pemijitan dan lupa kalau itulah pertahananku terakhir. Ketika kubuka mata untuk mencegah upaya mereka tapi ternyata terlambat karena celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku.

"Duh.. Kalian ini.. Aku jadi malu"

Tapi mereka tidak menggubris sebab mereka sudah asik masing-masing dengan kakiku.. Dan aku semakin bergumul dengan diri ini antara menolak dan sebaliknya.. Yang kesimpulannya aku dengan perlahan dan sambil menggoyang-goyangkan pinggul akibat sensasi yang begitu hebat membuka kakiku terbuka lebar-lebar dan melupakan rasa malu karena telah memamerkan bagian dari wanita yang mestinya aku tutupi dan hanya dapat dibuka didepan suamiku. Tapi peraturan itu seolah tidak berlaku karena dibawah selangkanganku sana dua lelaki muda sedang menggeluti pahaku dan.. Oow mereka tiba-tiba berubah seperti hewan lapar sedang rebutan makanan dan begitulah mereka sedang saling dorong untuk bisa melahap kemaluanku..


Dan akhirnya Dimas mengalah membiarkan Heru melahap kemaluanku dengan rakusnya, selanjutnya giliran Dimas yang berbeda dari Heru.. Lebih lembut tapi oougghh seluruh permukaan kemaluanku terasa dikunyah, penasaran mau tahu apa yang sedang Dimas lakukan, kubuka mata dan kulihat mulutnya yang ditumbuhi janggut dan kumis tebal itu telah menutupi kemaluanku membuat aku kegelian hebat serta tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang mendesak dari bagian bawahku yang ternyata cairan kewanitaanku mengalir deras memenuhi rongga kemaluanku..

Setelah puas menggeluti kemaluanku Heru mengambil handuk dan menyeka kemaluanku.. Dan mengambil sesuatu yang ternyata krim cukur jenggot dan shaver.. Aku tahu apa yang akan Heru lakukan tapi akibat kenikmatan oral sex itu aku seperti tidak berdaya dan tetap telentang dengan posisi mengangkang..

"Heru apa yang mau kamu lakukan??"

Tapi pertanyaanku tidak digubris malah Heru memberi kode kepada Dimas yang kemudian Dimas menghampiriku dan didepan mataku dia menurunkan celana pendeknya.. Dan wow.. Batang kemaluan Dimas ternyata sudah memuai sampai sebesar tangan bayi.. Dengan tetap lembut Dimas menyodorkan Super Dicknya ke mulutku sehingga mulutku sekarang penuh sesak dengan penis milik Dimas sementara dibawah sana Heru rupanya asik mencukuri kemaluanku.. Semua proses itu berlangsung kira-kira 15 menit dan ketika "pekerjaan" Heru selesai Dimaspun mencabut penisnya dari mulutku.

Ketika kutengok kemaluanku sudah licin memerah.. Setelah membersihkan sofa dari bulu-buluku Heru memulai tugas lainnya, penisnya yang tidak kalah besarnya dari milik Dimas segera melompat dari celana pendeknya.. Sehingga yang terlihat sekarang 3 insan berlawanan jenis sudah polos tidak mengenakan apa-apa terlebih aku sudah seperti bayi karena kemaluanku sudah tidak ditumbuhi bulu lagi dan sedang digosok-gosok oleh batang kemaluan Heru sampai cairanku keluar seolah menyatakan siap untuk menyambut penis Heru yang besar dan penuh urat..

"Sshh.."

Hanya desisan itu yang keluar dari mulutku ketika kepala cendawan itu menerobos perlahan kewanitaanku yang selama ini hanya digunakan oleh suamiku R. Secara naluri mulutku terbuka lebar ketika kurasakan batang kemaluan Heru sudah tertanam seluruhnya di dalam liang senggamaku.. Setelah beberapa saat didiamkan yang ada dibenakku adalah betapa sesaknya kemaluanku dan gatalnya minta ampun sehingga tanpa sadar pinggulku bergoyang yang disambut dengan genjotan Heru..

Selang beberapa lama Heru tiba-tiba membalikkan tubuh kami dengan penis masih tetap tertanam sehingga sekarang aku berada diatas Heru memberiku kesempatan untuk mencari sensasi sendiri.. Hal ini berlangsung cukup lama entah sudah berapa kali aku orgasme.. Tak lama kurasakan bokongku ada memukul-mukul pelan, ketika kutengok ternyata Dimas sedang dalam posisi tegak dibelakangku dan mengoleskan baby oil ke anusku.. Selanjutnya yang terjadi adalah kenyataan 2 penis besar mereka sudah tertanam dalam tubuhku.. Luar biasa nikmatnya sampai akhirnya merekapun ejakulasi dan menumpahkan di wajahku..

Setelah itu kami bertiga tertidur pulas dan pagi-pagi kami bangun melanjutkan pekerjaan yang tersisa. Bedanya dengan kemarin-kemarin adalah sekarang kami bekerja tanpa sehelai benangpun dan bila sudah mulai bosan kami selingi dengan persetubuhan.. Kadang aku melayani sekaligus berdua, kadang satu-satu dan sementara salah satu dari mereka tetap bekerja.

Lucu memang.. Tapi itulah pengalaman dahsyat yang aku alami dan membuat aku jadi sekarang jadi ketagihan.. Malah aku pernah melayani Heru dan Dimas ditambah 3 orang temannya yang lain.. Luar biasa.. Benar-benar aku sudah punya dunia sendiri diluar ijin suamiku R.

TAMAT