Join The Community

Pengalaman Seks Saat Bekerja Jadi Petugas Asuransi

Nama saya adalah Joe Chan berada di Singapore sekarang dan saya bekerja sebagai seorang petugas asuransi. Saya sudah 1 tahun di Singapore dan bekerja di bagian asuransi. Hingga suatu ketika, saya menerima "assignment" dari atasan saya untuk mengunjungi seorang client yang berada di daerah Ang Mo Kio.

Selesai sarapan siang, saya berkemas sambil membawa semua dokumen policy yang saya butuhkan untuk client saya. Saya langsung berangkat ke alamat yang dimaksud dengan menggunakan MRT. Akhirnya saya tiba di alamat yang dimaksud dan mengetuk pintu. Tak lama kemudian, keluarlah 3 orang gadis berumuran sekitar 20 tahun membukakan pintu.

Setelah saya masuk dan bercakap-cakap dengan mereka mengenai alasan mereka ikut asuransi. Mereka adalah Mei Ling (seorang gadis keturunan chinese), Yunita(seorang gadis Melayu yang berasal dari Johor Bahru) dan Cindy (seorang gadis bule yang berasal dari Perancis). Ternyata mereka adalah istri-istri simpanan boss dan suami mereka sedang tugas di USA untuk jangka waktu yang cukup lama.

Ketika saya sedang mewancarai mereka, Yunita tersenyum sambil melirik saya, sementara Mei Ling tangannya mulai bermain-main mengelus paha saya dan membuat saya menjadi gugup ketika menanyai mereka karena penis saya sudah tegang sekali. Melihat kejadian itu, keringat saya keluar banyak sekali. Terus terang, saya senang sekali seandainya bisa bersetubuh dengan mereka, tetapi bagaimanapun mereka adalah client saya dan saya mesti menghormati mereka. Karena terlalu menghormati mereka, saya menjadi takut untuk menolak dan setelah saya pikir-pikir kenapa tidak enjoy saja dengan mereka.. toh tidak ada yang tahu. Akhirnya melihat response saya yang malu-malu mau itu, mereka mengajak saya ke kamar mereka di atas. Setelah saya menaruh dokumen policy dan tas saya di meja, saya mengikuti ajakan mereka ke lantai atas.

Kamar mereka cukup besar. Setelah memasuki kamar, mereka langsung menyerbu saya dan menelanjangi saya seperti orang yang tidak pernah melakukan hubungan seks. Mereka menyuruh saya berebah, dan dengan buasnya mereka menjilati tubuh saya. Mei Ling mulai memainkan lidahnya di mulutku dan tentu saja kubalas ciumannya karena saya adalah laki-laki normal, sementara Yunita dan Cindy mulai dengan ganasnya menjilati bagian penis saya seperti sedang menjilati sebuah ice cream. Saya benar-benar menikmati permainan ini. Supaya tidak mendapatkan gangguan dari boss saya atau kenalan saya di kantor, saya minta izin kepada mereka untuk mematikan handphone saya.

Setelah mematikan telepon, saya langsung gantian mencium bibir Yunita sementara tangan kiri saya sudah bermain main di klitoris Cindy, sementara Mei Ling dengan asyiknya mengemut batang penisku dengan mesranya. Karena tidak tahan menahan nafsu saya yang di ubun-ubun, saya menyuruh Mei Ling untuk berbaring sementara saya menyuruh Yunita dan Cindy untuk menunggu saya sambil bermasturbasi. Tetapi ternyata Yunita dan Cindy sedang asyik berciuman (Yunita memainkan lidah di klitoris Cindy dan Cindy sedang asyik menjilatin vagina Yunita). Melihat ini saya sangat terangsang, dan saya langsung menancapkan penis saya ke dalam vagina Mei Ling yang sudah sangat basah sambil tangan saya memainkan puting dan memilinnya dengan mesra. Hal ini membuat Mei Ling mendesah dengan hebat, "Joee, you are the perfect insurance agent.. So Nicee", tetapi saya terus memainkan penis saya di dalam vagina Mei Ling karena terus terang saya termasuk Hiperseks, jadinya saya bisa memuaskan cewek selama berjam-jam.

Setelah saya memainkan penis saya di dalam vagina Mei Ling, 1 jam kemudian, Mei Ling memeluk erat tubuh saya dan berteriak sekeras kerasnya dan tubuhnya bergetar hebat, saya tahu kalau dia sudah klimaks, tetapi saya terus memainkan penis saya di dalam vaginanya.

Setelah dia klimaks, dia sepertinya sudah kelelahan karena dia mengaku dia sudah klimaks 5 kali sewaktu bercinta dengan saya. Mei Ling beristirahat di ranjang, di saat itu juga, Yunita datang mendekati saya sementara Cindy sedang asyik memainkan dildo karet di vaginanya sambil matanya merem melek karena keasyikan. Dengan penuh nafsu, Yunita menciumi bibir saya dan saya meminta dia untuk membentuk posisi anjing yang sedang berdiri. Kemudian, saya memasukkan penis saya yang masih tegang ke anusnya, saya mainkan penis saya di anusnya dan membuat dia berteriak-teriak "Argghh, so good.."

Setelah 15 menit permainan, saya merasa bosan dan saya menyuruh dia menghadapku dan dengan sigap, saya memasukkan penis yang masih berdiri ke dalam vaginanya yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya. "Bless", masuklah penis berukuran 20 cm ke dalam vagina cewek Malaysia ini. Kemudian, saya menggoyang-goyangkan penis saya sambil menciumi bibir Yunita sementara tangan saya sedang memilin-milin puting di dada Yunita dan setelah saya berhenti menciumnya, dia menggoyang-goyangkan tubuhnya dan rambutnya ke kiri dan ke kanan dan saya merasa nikmat sekali.

Saya terus memainkan penis saya di dalam liang kenikmatan yunita dan tiba-tiba Cindy menaruh dildonya dan mendekati Yunita yang sedang merem melek. Melihat kedatangan Cindy, Yunita langsung meminta izin untuk menjilati vagina Cindy. Akhirnya Yunita menjilatin vagina Cindy yang sedang berdiri sementara saya sedang memainkan penis saya di dalam liang kewanitaan dia. Setelah 1 jam bermain-main, saya melihat bahwa Yunita akan klimaks terlihat dari suaranya yang seperti orang menangis dan dia terus berteriak-teriak.

Akhirnya dengan getaran badannya yang hebat dia memeluk saya sambil terus menggoyang goyangkan badannya, sementara penis saya yang masih di liang vaginanya seperti dipijit-pijit dan saya dapat merasakan ada cairan kewanitaan yang membanjiri senjata saya. Akhirnya seperti Mei Ling yang sudah ketiduran, Yunita juga jatuh tertidur, dan sekarang tinggal Cindy yang sudah mendekatin saya. Dengan mesranya, saya menarik tangan Cindy dan memainkan lidah saya di dalam mulut Cindy. Setelah beberapa menit, saya meminta dia untuk melakukan posisi 69. Dia setuju dan saya langsung berbaring mendekati vaginanya dan menjilati vagina Cindy sementara dia sedang mengulum penis saya yang masih mengeras. Dia mengulum penis saya sambil berkata, "Kamu sungguh pria yang hebat, saya senang bisa bermain denganmu", dan kembali melanjutkan mengulum penis saya.

Setelah 10 menit kemudian, saya menyuruh dia untuk menghentikan permainan hisap-menghisap dan saya mulai bersiaga memasukkan penis saya ke dalam liang kenikmatan Cindy. Karena aku sudah menaklukkan 2 wanita, saya menyuruh Cindy untuk memasukkan penis saya dengan posisi dia di atas. Saya merebahkan diri dan Cindy mulai menunggangi saya seperti naik kuda dan mengarahkan penis saya yang masih tegak ke dalam vaginanya. "Bless", masuklah penis saya ke dalam vaginanya dan aku tahu kalau dia sangat terangsang karena terlihat dia sudah menggoyang-goyangkan badannya tanpa komando dari saya. Saya menikmati permainan ini dengan tangan saya meremas-remas dada Cindy yang kira-kira berukuran 36B itu.

Dengan penuh nafsu, Cindy menggoyang-goyangkan penis saya yang masih menancap di dalam liang kenikmatannya, akhirnya 1 jam kemudian, saya sudah tidak tahan lagi karena terlalu enak dan itulah kelemahan saya kalau cewek berada di atas, makanya saya merasakan bahwa saya ingin menumpahkan benih saya ke dalam vagina Cindy. "Cindy, saya sudah nggak kuat lagi.., mau keluar.., augghh". Akhirnya saya dan Cindy sama-sama mencapai klimaks dan saya mencium bibir Cindy dengan penuh nafsu. Akhirnya saya jatuh kecapaian dalam kenikmatan pelukan Cindy.

Kami berempat tidur sampai jam 5 sore dan setelah saya merapikan diri dan mencium mereka bertiga. Saya kembali ke lantai bawah untuk mengajukan dokumen policy yang mereka belum tandatangani. Setelah mereka bertiga menandatangani policy yang mereka ingin beli, saya pamit ke mereka untuk pergi karena masih ada tugas yang menunggu di kantor. Sebelum keluar rumah mereka, saya mencium bibir mereka satu persatu dan saya kembali ke kantor saya. Sesampainya di kantor, atasan saya menanyakan kepada saya kenapa saya lama sekali pergi menemani client padahal cuma 1 case (sebutan client di dalam asuransi term). Saya menerangkan kepada atasan saya bahwa saya sedang memberikan "extra" coverage untuk mendapatkan customer satisfaction dan atasan saya hanya tertawa sambil memegang kepala saya dan mengajak saya makan malam bersama. Itulah kisahku menjadi petugas Asuransi.

TAMAT

Pengalaman Menjadi Model Majalah Porno di Singapura

Saya adalah seorang model sebuah majalah porno di Singapore. Yah, seperti yang kedengarannya, bekerja di majalah porno sebagai model tidak membutuhkan baju yang bagus dan make-up yang tebal. Yang penting adalah menjaga tubuh agar tetap seksi juga perawatan wajah. Aku tidak perlu ke Singapore untuk difoto, karena di Jakarta juga terdapat studio foto untuk mengambil gambar model-model dari Indonesia yang kemudian dikirimkan dan diterbitkan di Singapore.

Mungkin anda heran, bagaimana saya dapat terjun dalam dunia seperti itu. Baiklah, akan saya ceritakan masa lalu saya. Pada saat usia saya menginjak 16 tahun, kedua orangtua saya meninggal dalam kecelakaan. Saya sangat terpukul dengan kejadian itu. Pada saat itu saya sangat bingung dengan keadaan ini, karena saya tidak tahu harus kemana. Saya tidak punya keluarga lain selain keluarga saya sendiri, sementara saya adalah anak tunggal.

Namun tidak lama kemudian, teman bisnis ayah saya, anggap namanya Pak Mori, berusia sekitar 50 tahun, datang menawarkan saya untuk tinggal di apartemennya dan beliau berjanji akan membiayai sekolah saya sampai saya lulus SMA. Dalam keadaan bingung, akhirnya saya menerima tawaran beliau. Saya lalu tinggal di apartemen beliau, hanya berdua dengannya.

Beberapa bulan kemudian saya tinggal dengannya, tiba-tiba pada suatu malam, Pak Mori masuk ke dalam kamar saya. Saat itu saya baru saja masuk kamar dan belum sempat menguncinya. Saya kaget karena beliau tidak mengetuk kamar saya dulu, dan pada saat itu saya hanya mengenakan daster kuning polos yang tipis. Di dalamnya saya tidak mengenakan BH dan hanya mengenakan CD saja. Sejenak Pak Mori terkesiap melihat saya, namun beliau kemudian mendekati saya. Spontan saya memeluk bantal untuk menutupi dada saya.

Pak Mori lalu berkata kepada saya, "Sally, tolong Bapak, Nak, istri Bapak sudah lama meninggal, Bapak sudah lama tidak dilayani. Bapak tidak minta macam-macam. Bapak hanya minta agar Sally bersedia melayani Bapak."
Wajahnya terlihat sayu dengan keringat di dahinya. Saya tidak tega melihatnya. Saya pikir beliau telah baik mau membiayai sekolah saya. Lagipula keperawanan saya telah hilang sejak saya masih kecil ketika jatuh dari sepeda.

Pak Mori terus memandang dan menunggu jawaban saya, sedangkan saya tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian Pak Mori meraih bantal yang saya peluk untuk menutupi dada saya dan meletakkannya di tempat tidur. Kemudian beliau diam dan memandang saya.
Melihat saya diam, beliau lalu berkata, "Kalau Nak Sally diam, Bapak rasa jawaban Sally 'iya'."
Beliau masih memandangi saya. Tiba-tiba beliau meraih dan memeluk tubuh saya dan mengusap-usap punggung saya.
"Terima kasih, Nak." beliau berkata sambil menatap hangat pada saya.

Setelah itu beliau mulai menciumi kening saya dan kedua pipi. Lalu menjulurkan lidah sambil mencium telinga dan bibir saya. Kubalas ciumannya, lidahnya bermain liar di dalam mulut saya, begitupun saya. Tangannya yang dari tadi memeluk punggung saya mulai turun mengelus-elus pantat dan meremasnya. Kemudian kepalanya turun ke leher saya, menciumi dada saya yang masih tertutup daster kuning. Saya mulai terangsang. Apalagi ketika mulutnya berhenti di puting saya yang hanya ditutupi daster kuning polos yang tipis itu. Beliau mengulum dan menggigit puting saya itu.

"Uuh.. aahh.. Pak.. Uh..!" saya sudah tidak kuat lagi.
Geli rasanya dada ini dipermainkan seperti itu oleh Pak Mori. Spontan saya membuka 4 kancing daster yang terletak di depan itu, dan terlihatlah kedua bukit kembar saya yang montok itu, berukuran 36B dengan puting berwarna pink gelap dan mencuat menantang ke wajah Pak Mori. Beliau langsung melumatnya, menggigit kecil, kemudian memasukkan semua ke dalam mulutnya. Ternyata mulut Pak Mori lebar juga, buktinya bukit dada saya yang 36B masuk semua ke dalam mulutnya.
"Aduuh.. Pak, geli ah.. enaa..gh..!" saya meraung-raung keenakan.

Pak Mori menurunkan daster terus ke bawah dan sambil menciumi perut saya yang rata karena sering sit-up itu. Tangan kirinya bergerak menurunkan daster, dan tangan kanannya mengelus-elus pantat dan paha saya yang mulus. Setelah daster turun semua, tangan kirinya mengangkat kaki kanan saya dan melipatnya ke atas tempat tidur. Lalu beliau berjongkok dan tangan kirinya membuka sebagian kain CD yang menutupi bukit kemaluan saya. Seketika itu langsung terlihatlah bukit kemaluan saya yang bulu-bulunya sedikit itu, sehingga beliau tidak perlu susah-susah menjilati kelentit saya.

"Oohh.. Pak.. enaakk..!" kata saya sambil memegangi kepalanya.
Saya tidak perduli lagi siapa dia. Pak Mori terus menjilati kelentit saya dan memasuki satu jari tangan kanannya ke dalam vagina, dan menggerakkannya keluar masuk. Saya betul-betul keenakkan. Saya menggerakkan pantat turun naik mengikuti gerakan jarinya itu. Tiba-tiba sesuatu meledak dalam diri saya.
"Aaa..gh.. aku mau kelua.. ar..!" air kenikmatan saya membasahi jari dan mulutnya. Beliau menghisapnya habis.

Kemudian yang tidak disangka, beliau merobek sebagian kain celana dalam saya yang menutupi bukit kemaluan saya dan kemudian membuka CD-nya. Terlihatlah senjatanya yang besar ditumbuhi bulu-bulu yang sangat tebal. Saya sudah tidak tahan lagi melihatnya.
"Ooh.. masukkan, Pak, cepat Pak..!" kata saya sambil mengelus-elus bukit kemaluan saya yang telah basah itu.
Ternyata Pak Mori pun sudah tidak kuat. Beliau langsung menghujamkan penisnya masuk ke dalam vagina saya.
"Aaah.. sakiit..! Enaaggh..!" kata saya yang mulai merasa nyeri tapi sangat enak di bagian bawah itu.

Pak Mori menaik-turunkan penisnya dengan cepat. Ternyata melakukan sambil berdiri enak juga. Kedua tangannya meremas-remas kedua payudara saya. Tangan saya pun tidak mau kalah dan meremas-remas kedua pantatnya. Tidak lama saya mendapat orgasme yang kedua, dan tidak lama kemudian beliau pun juga. Akhirnya kami tertidur berpelukan di tempat tidur. Keesokkan harinya, kami melakukannya lagi di kamar mandi. Kami masing-masing orgasme dua kali. Setelah itu saya pergi ke sekolah dan beliau pun pergi ke kantor.

Sejak itu hidup saya berubah. Kami seperti selayaknya suami istri di dalam apartemen kami. Ternyata untuk orang seusianya, beliau masih sangat kuat melakukannya berjam-jam. Bahkan saya dilarangnya mengenakan baju bila di dalam apartemennya itu. Tapi saya selalu menggodanya dengan hanya mengenakan sehelai kain di tubuh. Misalnya, hari ini saya hanya memakai BH saja, sedangkan bagian tubuh yang lain polos mengoda. Lalu kemudian saya duduk di depannya dengan membuka lebar-lebar selangkangan, sehingga kemaluan saya menantang dirinya. Beliau selalu tidak tahan dan mengajak bermain lagi.

Besok harinya saya hanya mengenakan CD saja yang berwarna hitam dan bahannya bolong-bolong, sehingga bulu kemaluan yang sedikit itu keluar dan klitoris yang berwarna pink itu juga terlihat bila saya mengangkang, sedangkan payudara saya bergelantungan dengan indahnya di dada. Bila seperti itu, beliau lalu memeluk dan menggendong saya ke tempat tidur sambil mulutnya mengulum payudara dan menarik-narik putingnya. Ini kami lakukan hampir tiap hari seperti selayaknya pengantin baru sampai saya lulus SMA. Namun Pak Mori ini seperti tidak pernah mati kekuatannya untuk melakukan hubungan seks dengan seorang gadis belia seperti saya, dan saya selalu dibuat puas olehnya.

Suatu hari ketika saya baru selesai mandi, seperti biasa saya keluar dari kamar tanpa menggunakan busana, dan sambil mengeringkan rambut yang masih basah, saya pergi ke dapur untuk mengambil minum. Tanpa saya sadari, ternyata ada dua orang teman Pak Mori yang bertamu. Mereka berdua terlihat kaget melihat saya yang telanjang bulat itu. Begitu pun saya. Tapi rasa kaget saya tidak saya perlihatkan dan langsung saya pergi ke dapur cepat-cepat.

Malam harinya ketika hendak tidur, Pak Mori berkata pada saya, "Sally, mau gak jadi model..?" tangannya mengelus-elus puting saya.
"Model..? Model seperti di majalah-majalah itu..?" tanya saya.
"Yah, tapi ini berbeda. Begini, teman-teman Bapak yang tadi itu berasal dari Singapore. Yang satu namanya Pak Ramen, yang satu lagi Pak Davis. Pak Ramen sebenarnya orang Indonesia, tapi tinggal di Singapore. Beliau adalah editor majalahnya, sedangkan Pak Davis adalah direkturnya."

"Jadi maksudnya majalah Singapore..?"
"Yah begitu. Mereka berdua setelah melihatmu menjadi tertarik dan menawarimu menjadi model. Tapi kamu tidak perlu ke Singapore. Kamu cukup tinggal di Indonesia, karena studio fotonya ada di Indonesia."
"Tapi Sally malu, tadi Sally telanjang di depan mereka."
"Em.., begini Sally tidak perlu malu, karena.. eh.. majalah mereka adalah majalah porno.. eh tapi itu terserah Sally, mereka hanya menawari karena tertarik dengan Sally. Kalau Sally tidak mau, itu juga tidak apa-apa."
Saya mengerti. Mereka telah melihat tubuh saya dan mereka tertarik. Saya bingung sekali.

"Honornya lumayan gede lho, Sal. Bapak tidak akan minta kok. Kalau Sally nanti mau, honornya tetap buat Sally, karena kan Sally yang bekerja. Makanya Bapak terserah Sally saja. Kalau mau dicoba saja." lanjutnya.
Saya mulai tertarik.
"Sally harus datang kemana, Pak..?" beliau tersenyum dan memberitahu alamatnya.

Keesokkan harinya saya datang ke studio foto itu. Tempatnya seperti rumah biasa, cukup besar dengan pagar tinggi yang menutupi rumah tersebut. Seperti bukan kantor atau studio foto. Lalu saya masuk dan bertanya pada resepsionist hendak bertemu dengan Pak Davis. Seseorang mengantar saya ke kantor Pak Davis. Pak Davis terseyum menyambut saya. Ternyata beliau seorang pemuda berusia 30 tahunan. Tidak begitu ganteng tapi di tubuhnya yang putih ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Terlihat dari tangan dan dadanya yang bidang. Namun senyumnya terlihat menarik.

"Selamat siang, Sally, silakan duduk..!"
Saya duduk di depan mejanya. Ia pun duduk.
"Singkat saja, jadi kamu tertarik..?"
"Iya, Pak."
"Jangan memanggilku Pak. Panggil aku Abang saja. Aku sebenarnya berasal dari Indonesia juga. Semua orang memanggilku Bang Davis." saya tersenyum.
"Oke, kita kembali ke pokok semula. Begini Sally, untuk menjadi model ada beberapa syarat. Yang pertama, kami harus mengedit tubuhmu dulu."
"Mengedit tubuhku..?"
"Yah, kami harus tahu bagaimana tubuhmu, apa kekurangannya dan kelebihannya. Kekurangannya akan ditutupi, kelebihannya akan ditonjolkan. Jadi nanti bila difoto akan baik jadinya. Mengerti..?"
Saya mengangguk.

"Sekarang buka seluruh pakaianmu, aku akan memanggil editor kami, Bang Ramen." Ia keluar dari ruangannya.
Saya merasa kikuk. Tapi akhirnya saya buka baju satu persatu sampai tinggal BH dan CD. Tiba-tiba mesuklah Bang Ramen dan Bang Davis.
"Lho, kok, CD dan BH-nya tidak dibuka..? Tidak perlu malu. Pekerjaanmu nanti tidak memerlukan baju. Kurasa, Pak Mori sudah menjelaskannya bukan..?"
Saya mengangguk seperti orang bodoh. Lalu membuka CD dan BH saya. Saya memang tidak perlu malu, toh mereka pun sudah melihat saya telanjang bulat di apartemen Pak Mori.

Setelah telanjang bulat, saya berdiri menantang. Mereka melihat saya tanpa berkedip. Saya tahu 'adek-adek' mereka sudah berdiri melihat saya. Tiba-tiba saya merasa percaya diri. Ini merupakan permainan yang menyenangkan. Lagipula saya senang menggoda Pak Mori. Mengapa saya tidak bisa menggoda mereka juga? Saya lalu melepas jepitan rambut dan terurailah rambut saya yang sangat lebat dan indah. Saya berdiri menggoda di depan mereka sambil memainkan sedikit rambut saya di dalam mulut. Bang Ramen mulai mendekat. Ia mengelus tangan saya, lalu pipi. Lalu ia memutari tubuh saya dan mengelus punggung dan pantat saya. Lalu tangannya mulai memegang payudara saya yang 36B itu beserta puting yang mencuat ke depan itu. Lalu ia berjongkok dan mengelus paha dan membuka selangkangan saya. Lalu ia berdiri lagi, tiba-tiba ia mencium leher saya.

Tangannya meremas-remas kedua payudara saya. Saya mulai terangsang. Lalu tangan kirinya beralih ke selangkangan saya yang sudah mulai basah itu dan berhenti pada klitoris. Ia mengelus-elus klitoris saya. Tangan kanannya mengelus anus saya.
"Uuhh.. eehh.. ahh..!" tidak sengaja saya meraung-raung, tanpa saya sadari ternyata Bang Davis telah ikutan menghisap puting saya dan tangan kanannya memegang puting yang satu lagi.
Tangan kiri Bang Ramen dimasukkan ke dalam vagina saya dan bergerak keluar masuk. Kami melakukannya sambil berdiri seperti ketika pertama kali saya melakukannya dengan Pak Mori. Saya benar-benar terangsang.

Bang Ramen mencium bibir saya dan memainkan lidahnya di mulut saya. Erangan saya tertahan di dalam mulutnya. Lalu Bang Ramen berjongkok dan mencium klitoris dan memainkan lidahnya di sana, namun jarinya masih bermain di vagina. Posisi Bang Ramen digantikan oleh Bang Davis yang mencium dan melumat-lumat bibir saya. Tiba-tiba saya merasa ada yang keluar. Walaupun erangan saya tertahan oleh bibir Bang Davis, tapi mereka tahu bahwa saya orgasme pertama kali dari getaran tubuh saya.

Lalu Bang Ramen membuka celananya, juga Bang Davis. Penis Bang Ramen sangat besar dan hitam. Bang Davis pun juga besar tapi putih. Masih dalam posisi berdiri, Bang Ramen memasukkan penisnya ke dalam anus saya. Rasanya sakit sekali. Saya mengerang kesakitan, namun tiba-tiba Bang Davis memasukkan penisnya ke vagina. Rintih saya berubah menjadi keenakan. Mereka berdua memainkan penis mereka keluar masuk anus dan vagina saya. Rasanya enak sekali disetubuhi dua pria sekaligus. Permainan kami cukup lama.

Saya sudah orgasme tiga kali ketika mereka berdua orgasme untuk pertama kalinya. Akhirnya mereka mencabut penis mereka dan merebahkan tubuh mereka di bangku sofa. Sedangkan saya bersenderan pada tembok dan memejamkan mata. Saya merasa lemas sekali melayani dua pria sekaligus. Tiba-tiba Bang Davis memegang bahu saya.
"Kamu diterima, Sally..!"
Saya tadinya hampir marah karena untuk diterima saya harus melayani mereka berdua terlebih dahulu. Tapi ketika mengingat kenikmatan yang baru saja saya terima, saya dapat menahan amarah.

Lalu hanya dengan mengenakan BH saja, saya dibawa Bang Ramen ke sebuah ruangan yang berisi semacam bar di situ. Di dalamnya terlihat banyak wanita yang tidak menggunakan baju sama sekali. Ruangan itu ternyata jadi satu dengan studio fotonya, sehingga model-model yang merasa haus dapat langsung memesan minum di situ. Saya disuruh duduk di bangku bar yang tinggi dan disuruh mengisi lembaran formulir dan lembaran kerjasama. Lalu Bang Ramen meninggalkan saya sendiri di situ.

Ketika saya sedang mengisinya, seseorang mencolek saya dari belakang. Ketika saya menoleh, terlihat seorang pemuda memandang saya sambil tersenyum. Tanpa basa basi lagi, pemuda tadi mendekatkan wajahnya ke vagina saya dan menjilat klitoris saya. Saya kaget dan ingin menghindar. Tapi bangku bar yang tinggi yang membuat saya kesulitan menapakkan kaki saya ke lantai, sehingga membuat selangkangan saya yang tanpa CD itu terbuka lebar membuat saya kesusahan untuk turun. Pemuda itu tetap menjilati selangkangan saya. Vagina saya yang masih merasa geli akibat serangan Bang Ramen tadi akhirnya basah lagi dan saya mulai merasa keenakan.

Tidak lama saya orgasme lagi di tempat duduk bar itu, sehingga tempat duduk yang terbuat dari kulit itu menjadi basah oleh cairan kenikmatan saya itu.
"Salam kenal, Mbak. Saya Roy, model pria di sini. Mbak namanya siapa?" tanyanya kemudian.
"Sally" kata saya lemas.
"Nanti kita akan selalu ketemu, dan kita pasti akan melakukannya lagi."
Saya tidak sanggup berkata apa-apa lagi dan mulai mengisi formulir itu lagi.

Tidak lama Bang Ramen datang dan mengambil formulir yang telah saya isi itu. Ia menunjukkan honor saya dan pekerjaan saya. Untuk pertama kali pada hari pertama itu saya difoto bugil di depan banyak orang. Ternyata inilah pekerjaan baru saya. Menyenangkan sih, asal tidak hamil saja. Karena ketika difoto berpasangan, tidak jarang kami menyatukan alat kelamin kami, sehingga fotonya lebih bagus dan tidak terlihat kaku.

Kadang-kadang saya juga main dengan Bang Ramen atau Bang Davis atau kedua-duanya. Namun di rumah saya tetap menjadi 'istri' Pak Mori. Itulah pengalaman saya. Foto-foto saya banyak dipampang di majalah porno di Singapore, dan tentu saja tidak dijual bebas. Hanya golongan tertentu yang menerimanya.
 

Kisah Bercinta Masa SMA dengan Cewek Cina

Waktu aku masih sekolah di sebuah SMU di Bantul aku mempunyai seorang teman. Bisa dikatakan teman dekat. Namanya Evi. Usianya 17 tahun. Dia keturunan Cina sehingga kulitnya kuning langsat. Tingginya sekitar 156 cm dan beratnya sekitar 48 kg. Rambutnya lurus panjang dan berwarna kecoklatan. Dia pindahan dari kota lain waktu permulaan kelas tiga. Aku dan dia saling menyukai. Meskipun ada perbedaan warna kulit. Kulitku sendiri sawo matang.

Suatu hari menjelang EBTA lokal dia minta sesuatu yang juga ada dipikiranku. Dia minta dicium. Akhirnya kami berdua sepakat melakukannya setelah pulang sekolah. Di salah satu kamar mandi sekolah. Setelah keadaan sekolah sepi kami berdua segera masuk ke kamar mandi. Kebetulan kamar mandi di sekolahku tidak membedakan antara cowok dan cewek.

Kami berdua berhadap-hadapan. Kami sama-sama ragu untuk memulai. Entah siapa yang memulai, tahu-tahu kami berdua sudah berciuman. Lidah kami berdua saling menjilat. Matanya terpejam.

Tanganku mencoba meremas payudaranya yang berukuran 38 yang masih tertutup pakaian seragam sekolah. Kuremas payudara kanannya. Ciuman kami terlepas.
"Ooohh.." Desah Evi.
Tangannya turun ke bawah mau membuka retsluiting celanaku. Kami berdua tersenyum. Tiba-tiba.
"Apa-apaan kalian." Bentak seseorang.
Kami berdua terkejut. Di pintu yang terbuka terdapat salah seorang guru BP yang sangat ditakuti. Namanya Bu Heydi. Tanganku menghentikan remasan pada payudara kanan Evi. Sementara tangan Evi masih di celanaku.
"Kalian berdua ikut aku ke kantor." Kata Bu Heydi sambil berjalan keluar kamar mandi.
Kami berdua mengikutinya. Tangan Evi memegang tanganku. Dia kelihatan ketakutan. Aku sendiri juga takut. Takut hal ini akan disebarluaskan.

Kami bertiga telah sampai di ruang BP. Dikuncinya pintu ruangan itu. Kami berdua disuruh duduk di kursi sofa. Begitu duduk Evi dengan setengah menangis berkata.
"Tolong bu. Jangan bilang siapa-siapa."
"Baiklah. Kamu jangan menangis. Aku akan tutup mulut. Tapi ada syaratnya." Kata Bu Heydi yang duduk di depan meja kerjanya.
"Apa syaratnya, bu?" tanyaku.
"Saya bersedia memberi uang kepada ibu." Kata Evi sebelum Bu Heydi menjawab pertanyaanku.
"Aku nggak butuh uang."
Bu Heydi diam sejenak. Kemudian lanjutnya.
"Aku butuh kamu." Katanya sambil menunjukku. Kali ini suaranya agak lembut.
"Apa yang bisa saya bantu?"
"Aku butuh tubuhmu."
"Maksudnya?"
"Aku minta dilayani."

Aku dan juga Evi setengah kaget. Aku tidak mengira Bu Heydi mengajukan syarat yang sangat tidak mungkin kulakukan. Aku hanya diam. Aku tahu Bu Heydi yang berusia 47 tahun adalah seorang janda. Jadi wajar saja dia minta dilayani.

"Bagaimana?" Kata Bu Heydi sambil melepas kemejanya. Sehingga dia tinggal memakai baju dalam yang putih tipis memperlihatkan branya yang berwarna hitam. Tampak juga sebagian kulit sawo matangnya pada tubuh dengan tinggi sekitar 156 cm dan berat sekitar 53 kg.
"Jangan, bu. Syarat yang lain saja." Tolakku sambil tetap memegang tangan Evi.
"Ibu nggak punya syarat lain selain itu."
"Jangan, bu." Tolakku sekali lagi.
"Kalau begitu, ibu akan umumkan perbuatan kalian besok." Kata Bu Heydi agak marah.

Aku dan Evi berpandangan. Kembali Bu Heydi berkata.
"Daripada bercinta dengan orang yang lain warna kulitnya, lebih baik dengan.."
Belum selesai Bu Heydi selesai bicara sudah disela oleh Evi.
"Tolong, bu. Jangan sebut-sebut warna kulit. Aku rela. Terserah ibu mau lakukan apa terhadapnya. Tapi. Sekali lagi. Jangan sebut-sebut warna kulit." Kata Evi dengan nada keras dan melepaskan pegangan tanganku.

Bu Heydi tertawa sambil berdiri menghampiriku. Dia jongkok di depan tempat aku duduk. Dia meremas penisku yang masih tidur. Remasan itu membuat penisku setengah tegang. Sementara Evi berdiri. Dia berjalan mau keluar dari ruangan itu.
"Eh. Jangan pergi dulu." Cegah Bu Heydi sambil tetap memegang penisku. Kemudian sambungnya lagi.
"Setelah aku menikmati tubuh pacarmu ini, kamu boleh melakukannya sepuasnya."
Kelihatannya Evi setuju. Dia kembali duduk. Tetapi duduk di kursi sofa yang berada di depanku yang dibatasi oleh meja. Sementara meja itu telah digeser Bu Heydi untuk berjongkok.

Setelah melihat Evi duduk, kembali Bu Heydi meremas penisku. Kali ini penisku sudah hampir tegang. Dibukanya celanaku. Diturunkan ke bawah sedikit termasuk celana dalamku. Penisku sudah muncul dihadapan Bu Heydi dengan keadaan tegang sepenuhnya. Dipegangnya penisku dan langsung dimasukkan ke mulutnya. Dikeluarmasukkan penisku yang panjangnya 15 cm. Tanganku hanya memegang rambut hitamnya yang lurus potong pendek sebahu ciri khas BP. Mataku setengah terpejam menikmati kuluman Bu Heydi terhadap penisku.

Sekarang kepala penisku dijilatinya sambil melepas baju dalam yang masih dipakainya. Kemudian dipegangnya lagi penisku dan dimasukkan kembali ke mulutnya. Tangannya juga membelai buah pelirku. Penisku dikeluarkan dari mulutnya dan disentuhkan ke lehernya sementara lidahnya menjilati pinggangku. Aku beranikan membuka ikatan bra yang dipakai Bu Heydi. Perlahan-lahan kulepas bra itu. Sedangkan Bu Heydi menjilati buah pelirku.
Beberapa saat kemudian digesek-gesekkan diantara kedua payudara Bu Heydi yang berukuran 34. Pada saat itu kulihat Evi sedang melakukan masturbasi. Baju seragam sekolahnya setengah terbuka dan dia meremas payudara kanannya yang masih ditutupi kaos dalam dan bra. Bu Heydi kembali menjilati kepala penisku. Kudorong kepalanya supaya penisku masuk ke mulutnya. Kembali penisku keluarmasuk masuk mulut Bu Heydi. Sambil kedua tangannya membelai-belai buah pelirku.

Setelah puas menikmati penisku, dia berdiri menyorongkan payudara kirinya ke mulutku. Kujilati payudara kirinya itu. Bu Heydi rupanya juga melihat Evi bermasturbasi. Dia meninggalkanku dan menghampiri Evi yang masih asyik dengan remasan pada payudara kanannya.
"Boleh ibu bantu." Tawar Bu Heydi.
Evi menghentikan remasannya dan hanya diam. Dan tanpa persetujuan Evi dibukanya dengan cepat seluruh pakaian seragam sekolah yang dipakai Evi termasuk kaos dalam dan bra. Mereka berdua sama-sama setengah telanjang.
Dibimbingnya Evi untuk berdiri untuk menempelkan kedua payudaranya ke kedua payudara Evi.

"Ooouhh.." Mereka berdua sama-sama mendesah.
Bu Heydi lalu memegang kedua payudara Evi sedangkan Evi mendorong tubuh Bu Heydi pada kedua lengannya. Aku kira Evi yang mempunyai tato bergambar bunga mawar kecil di atas pusarnya akan menolak ajakan Bu Heydi. Ternyata tidak. Evi bahkan melepas semua pakaian yang tersisa di tubuhnya yang diikuti oleh Bu Heydi yang juga dengan cepat melepas semua pakaiannya. Keduanya berdiri berhadap-hadapan dan saling tersenyum. Aku sendiri ketika mereka melepaskan semua pakaian juga ikut melepas semua pakaianku sambil duduk. Aku ingin menghampiri mereka yang kemudian dihalang-halangi oleh Bu Heydi.
"Biarkan aku menikmati tubuhnya sendirian." Kata Bu Heydi sambil berjalan ke belakang Evi.

Dari belakang diciumnya bibir Evi yang tangan kanannya memegang leher belakang Bu Heydi. Tangan kiri Bu Heydi dari belakang meremas payudara kiri Evi. Tangan kiri Evi menjepit tangan kiri Bu Heydi di bawah ketiaknya sambil memegang tangan kanan Bu Heydi yang membelai vaginanya.
Lalu Evi membalik badannya dan dengan membungkuk dihisapnya kedua payudara Bu Heydi bergantian.

"Uuughh.." Desah Bu Heydi.
Kedua tangannya memegang pinggang Bu Heydi. Ditariknya tubuh Evi ke atas sambil dia sendiri berjongkok di hadapan Evi. Langsung saja dibukanya vagina Evi dengan kedua tangannya. Evi meletakkan kaki kirinya ke atas kursi sofa untuk mempermudah terbukanya vaginanya. Bu Heydi lalu menjilat vagina Evi dan menghisapnya.
"Aaaghh..oohh.." Desah Evi.
Bu Heydi lalu membimbing Evi untuk duduk di kursi sofa. Gantian dia membungkuk dan menghisap kedua payudara Evi bergantian.
"Uuughh.." Desah Evi.
Mulutnya turun ke bawah dan dihisapnya kembali vagina Evi dengan lidahnya. Evi meremas rambut Bu Heydi yang semakin bernafsu dalam menghisap vagina Evi.
"Aaaghh..oohh.." Desah Evi.

Bu Heydi kemudian menghentikan permainannya. Dia lalu duduk di kursi sofa dengan kaki kanannya tetap dibawah. Dengan isyarat tangan dipanggilnya Evi yang masih duduk sambil tangannya memegang vaginanya yang sudah basah. Dihampirinya Bu Heydi. Jempolnya basah karena cairan yang keluar dari vaginanya. Diarahkannya ke mulut Bu Heydi yang kemudian menghisap jempol itu.

Lalu Evi duduk di antara kedua kaki Bu Heydi. Dari belakang Bu Heydi memeluk Evi sambil mencium bibir Evi. Tangan kanannya membelai vagina Evi dan jari tengah dan telunjuknya dimasukkan ke vagina Evi. Kepala Evi otomatis mendongak ke atas yang membuat Bu Heydi menjilati leher Evi. Tangan kirinya meremas kedua payudara Evi bergantian. Sedangkan tangan kanan Evi memegang tangan kanan Bu Heydi untuk mempercepat kocokan pada vaginanya.

"Ooohh..aahh..oouhh.." Desah Evi.
Aku tetap duduk melihat permainan Bu Heydi dengan Evi yang memanas. Aku hanya bisa meremas-remas penisku sendiri yang tegang. Kelihatannya Evi sudah mencapai orgasme. Bu Heydi mengeluarkan kedua jarinya dari vagina Evi dan memeluknya. Aku ingin menghampiri mereka lagi. Tapi.

"Aku ingin lagi, bu." Kata Evi pelan.
Aku urungkan menghampiri mereka yang telah memulai kembali permainannya yang semakin memanas. Kulihat Evi dalam posisi kayang sedang dihisap vaginanya oleh Bu Heydi. Evi tidak kuat dalam kayangnya sehingga dia terjatuh ke lantai. Tetapi Bu Heydi tetap saja menghisap vagina Evi dengan lidahnya sambil tangan kirinya membelai paha kiri Evi.
"Aaaghh..oohh..eehmm.." Desah Evi.
Setelah beberapa lama Evi mencapai orgasme. Tampak dia kelelahan. Tetapi oleh Bu Heydi dirangsang kembali. Dengan cara Bu Heydi membuka vaginanya dan menempelkan kelentitnya ke puting payudara kanan Evi.
"Aaahh.." Mereka berdua sama-sama mendesah.
Gairah Evi kembali lagi. Tangan kirinya meremas payudara kanannya sendiri sementara tangan kirinya membelai paha kanan Bu Heydi. Bu Heydi melanjutkan dengan berdiri dan meletakkan kaki kirinya ke kursi sofa. Evi yang berada tepat di bawahnya lalu memegang paha kanan Bu Heydi dan menjilatinya.
"Eeehmm.." Desah Bu Heydi.
Mulutnya naik ke atas dan dibukanya vagina Bu Heydi untuk menghisap dengan lidahnya.
"Aaaghh..oohh.." Desah Bu Heydi.

Akhirnya Bu Heydi mencapai orgasme dan dia terjatuh tertelungkup di sofa dengan kaki tetap di bawah. Tetapi Evi belum puas. Puting payudara kirinya di tempelkan di lubang pantat Bu Heydi. Kemudian dari belakang dihisapnya lagi vagina Bu Heydi dengan lidahnya.
"Aaahh..aaghh..oohh.." Desah Bu Heydi.
Sebagai puncak permainan mereka, Evi membalikkan tubuh Bu Heydi dan mengangkat kakinya ke atas kursi sofa. Mereka bermain dalam posisi 69 selama beberapa menit.
Aku semakin asyik saja dengan penisku. Tidak saja meremas-remas penisku. Juga kukocok penisku. Aku tidak tahu ketika mereka berdua telah mendatangi aku yang bersandar ke meja. Bu Heydi mengambil kursi kayu. Sambil duduk dia memegang penisku dan memasukkan ke mulutnya. Evi ingin menciumku. Tetapi kudaratkan bibirku ke payudara kanannya.

"Oooughh.."
Kulepaskan hisapan pada payudara kanannya. Dia merangkulkan tangan kirinya ke pundakku. Tangan kanannya ikut memegang penisku yang keluar masuk mulut Bu Heydi. Tangan kananku meremas pantat kirinya yang membuat kepalanya mendongak ke atas. Aku dapat dengan leluasa menjilati lehernya dan kedua payudaranya.
"Eeehmm..eehmm.." Desah Evi.
Kutambah dengan remasan tangan kiriku yang meremas pantat kanannya. Penisku sudah tidak lagi dikeluarmasukkan. Kulepaskan diriku dari rangkulan Evi. Evi kemudian duduk di kursi kayu. Bu Heydi mendekati Evi. Mereka berdua berciuman kembali. Setelah kukangkangkan kaki Bu Heydi, dari bawah kuhisap vagina Bu Heydi dengan lidahku sementara mereka tetap berciuman.
"Aaaghh..oohh.." Desah Bu Heydi disela-sela ciumannya.
Mereka berciuman sambil tangan kanan Bu Heydi memasukkan jari tengah dan telunjuknya ke vagina Evi.
Kuremas-remas juga pantat Bu Heydi. Bu Heydi melepaskan ciumannya dan berkata.
"Masukkan." Katanya sambil mencium Evi kembali.
Dari belakang kumasukkan pelan-pelan penisku ke vagina Bu Heydi.

Kulihat tangan kanan Evi memegang paha kiri Bu Heydi. Evi juga telah berdiri dari kursinya. Bu Heydi menjilati leher Evi sampai ke kedua payudara Evi. Tangan kirinya memegang erat tangan kanan Evi. Penisku keluarmasuk vagina Bu Heydi dari belakang sementara Bu Heydi dan Evi tetap berciuman sambil menempelkan kedua payudara mereka. Kedua tangan mereka saling meremas kedua paha. Kurasakan maniku mau keluar.
"Maaf, bu. Mau keluar." Kataku pelan.
"Keluarkan saja di dalam." Jawab Bu Heydi sambil mendesah disela-sela ciumannya.
Akhirnya kukeluarkan maniku di vagina Bu Heydi yang juga basah. Bu Heydi kemudian mendorong tubuhku. Kukeluarkan penisku dari vagina Bu Heydi dan aku langsung jatuh terduduk. Aku duduk bersandar ke tembok dengan kakiku kuluruskan. Bu Heydi juga melepaskan ciumannya pada Evi. Dia duduk di kursi sofa.

Evi menghampiriku. Aku berjalan dengan dua lututku juga maju mendekatinya. Kuhisap payudara kiri Evi. Sedangkan payudara kanan Evi kuremas.
"Oooughh..oohh.." Desah Evi.
Bu Heydi juga berdiri dan menggesekkan kedua payudaranya ke punggungku sambil kedua tangannya membelai bagian depan tubuhku.

Kubalikkan tubuhku sambil berdiri. Kubimbing Bu Heydi untuk duduk di kursi sofa. Ingin sekali kumasukkan penisku dari depan. Tapi Evi menarikku ke belakang. Dia langsung menghisap vagina Bu Heydi dengan lidahnya dengan bertumpu pada kedua tangannya dan lututnya. Dia juga berkata kepadaku.
"Masuki aku." Kata Evi yang menghentikan hisapan pada vagina Bu Heydi dengan lidahnya.
Dari belakang pelan-pelan kumasukkan penisku.
"Aaaghh.." Desah Evi.
Evi melanjutkan lagi menghisap vagina Bu Heydi dengan lidahnya. Tapi baru sebentar, Evi berkata lagi.
"Keluarkan. Nggak enak."
Terpaksa kukeluarkan lagi penisku. Evi membalikkan tubuhnya dan mendorongku untuk duduk di kursi kayu. Aku duduk di kursi kayu. Evi kemudian mencoba duduk di pangkuanku. Dia meraba-raba ke belakang mencari penisku. Aku tahu maksudnya. Pelan-pelan kumasukkan penisku ke vagina Evi. Kurasakan vagina Evi yang basah.
"Aaaghh.." Desah Evi.

Bu Heydi juga bangkit dari kursi sofa. Dari samping tangan kanannya membelai vagina Evi. Payudara kirinya menempel pada payudara kanan Evi. lalu dipegangnya payudara kiri Evi dan ditempelkan ke payudara kanannya. Kedua payudara mereka menempel dan bergesekan seiring dengan Evi yang menaikturunkan pantatnya supaya penisku keluar masuk. Kuangkat paha kanan Bu Heydi. Evi menyambutnya dengan belaian tangan kiri pada paha kanan Bu Heydi.
"Ooouhh..aahh..oouhh.." Desah Evi.
"Ooouhh.." Desah Bu Heydi.
Kemudian Bu Heydi turun ke bawah. Dihisapnya vagina Evi yang masih dimasuki penisku. Kuangkat pantat Evi dan akupun mencoba berdiri. Aku berhasil berdiri dan kulihat kaki kiri Evi diangkat ke atas meja kecil. Penisku dipegang oleh Bu Heydi sementara kepala penisku masih berada di vagina Evi. Dikeluarkannya penisku sambil Bu Heydi menjilati cairan yang keluar dari vagina Evi.
Aku masih berdiri sambil membersihkan penisku. Kulihat Bu Heydi terlentang di lantai dan tangannya menarik Evi untuk melakukan posisi 69. Ketika mereka melakukan posisi itu kukeluarmasukkan penisku ke vagina Evi.
"Aaahh..oouhh..Jangan. Jangan." Teriak Evi berulang-ulang.

Kukeluarkan penisku sambil berdiri. Evi juga berdiri. Evi menghampiriku dan dibimbingnya aku untuk telentang dilantai disamping Bu Heydi yang sudah duduk juga dilantai. Evi tengkurap di atas tubuhku sambil mencoba supaya penisku masuk vaginanya. Bu Heydi membantu dari belakang. Dimasukkannya penisku ke vagina Evi sambil lidahnya menjilati pantat Evi. Kuangkat kepalaku untuk menghisap kedua payudara Evi yang bergoyang seiring dengan pantatnya yang dinaikturunkan. Aku hisap payudara kanannya. Bu Heydi dari belakang menempelkan kedua payudaranya ke punggung Evi. Tubuhnya ikut membantu mendorong tubuh Evi yang dinaikturunkan supaya penisku keluarmasuk vagina Evi. Tangan kirinya meremas payudara kiri Evi.

"Aaahh..oouhh..oohh..aahh..oouhh.." Desah Evi.
"Aku mau keluar." Kataku sambil berteriak kenikmatan.
"Jangan keluarkan di dalam." Kata Evi sambil memundurkan tubuhnya ke belakang.
Bu Heydi yang tahu hal itu langsung berdiri. Evi langsung melentangkan tubuhnya di lantai sambil berkata kepadaku.
"Keluarkan di sini." Kata Evi sambil memegang kedua payudaranya.
Kukangkangkan kakiku yang setengah berdiri bertumpu dengan kedua lututku tepat di atas kepala Evi. Kutumpahkan maniku di kedua payudara Evi yang langsung dijilati Bu Heydi.
"Eeehmm.." Desah Evi.

Bu Heydi juga menjilati kepala penisku. Sedangkan buah pelirku dijilati oleh Evi. Aku lalu pindah ke samping kanan Evi. Kugesek-gesekkan penisku yang masih keluar mani ke kedua payudara Evi bergantian. Juga ke belahan kedua payudara Evi. Akhirnya kujatuhkan tubuhku di samping kanan Evi. Bu Heydi masih menjilati kedua payudara Evi bergantian sambil sesekali membagi maniku dengan lidahnya ke bibir Evi. Akhirnya Bu Heydi juga menjatuhkan tubuhnya di samping kiri Evi.

Setelah beristirahat sebentar dan membersihkan tubuh di kamar mandi yang ada di dalam ruang BP, kami bertiga pulang ke rumah masing-masing.

Tamat