Join The Community

Ganasnya nafsu teman lama - 3

eski terkurung dalam kerangkeng kecil ini, tapi aku dapat melihat sekitarnya di depanku. Tiba2 pintu2 terbuka, masuklah tiga orang wanita. Yang satu aku tahu bahwa itu Liza yang sudah berganti kostum.

Gemi muncul dengan gaun longdress tanktop dari bahan cotton hitam dengan membawa sesuatu ditangannya seperti collar. Ketiganya menghampiriku dan membukakan konci kerangkeng dan mengeluarkanku. Aku disuruh kneeldown menghadap mereka semua yang berjarak kira-kira 2 meter duduk disofa..

Gemi memperkenalkan teman2nya, yang bergaun hitam dari kulit bernama Valerie. Dialah wanita yang ia janjikan akan membantu mendominasi saya dan saya harus memberi pelayanan kepadanya. Seperti yang dikatakan Gemi, Valerie memang mempunyai tubuh yang indah meski baru 19 tahun dan mempunyai wajah yang sexy. Valerie memperkenalkan diri dengan tersenyum memberikan sebelah kakinya untuk dicium. Saya memegang kakinya dan mulai mencium. Setelah itu dia dengan menggunakan kakinya menginspeksi wajah saya sambil tersenyum manis.

"Wah Gem, boleh juga pilihan kamu, bodynya bagus dan ganteng lagi. Saya yakin bahwa dia pasti dapat memuaskan nafsu aneh saya. Sekali lagi trims ya di beritahu ada tangkapan seperti ini".

"Tenang saja Vel, jatah kamu pasti ada dan mau seperti apa, pasti dia akan lakukan demi memenuhi hasrat kamu yang aneh itu, ok?

"Ok deh"

Gemi memperkenal temannya yang satu lagi bernama Tiara, dengan busana sexynya bewarna merah, tapi gaun panjang tersebut mempunyai belahan sampai ke pinggul dan cantik pula. Kalau dia lain lagi cara memperkenalkan diri, dia menyuruh aku menghampirinya, kemudian dia mencambak rambutku dan menekan mukaku ke pussy sambil berkata:"Hallo, saya Tiara, kamu harus kenal saya dengan harumnya pussy saya, ok? Mukaku digosok gosokkan ke pussynya diikuti dengan gelak tawa Gemi dan Valerie. "Dan kita akan menjadi slave bersama, terikat bersama, tersiksa bersama, tentu kamu suka, kan?"

"Ya saya suka", jawabku sementara mukaku masih menempel di pussynya, dan tercium wangi parfum bercampur bau khas pussy. Hal ini membuat saya tegang kembali. Kemudian Tiara mendorong saya lagi agar kembali ke tempat.

Gemi berkata lagi: "Nah semua sudah berkenalan, jadi bagaimana kalau kita mulai saja slave game ini? Jangan buang waktu, sebaiknya banyak bekerja dari pada bicara, ok?

"Ok.. Ok.. Ok"

"Tiara.. tugas kamu sekarang cumbui dia seperti kamu sedang pacaran, cium dia dengan buas dan apapun yang terjadi jangan berhenti sampai ada perintah". Bawa dia ke sebelah sana tepat dibawah rantai yang tergantung".

"Ok Gem"

Tiara menarik tanganku untuk berdiri dan mengajakku sambil berpegangan pinggang menuju tempat yang dituju. Sementara sambil berjalan Tiara mulai menciumiku dengan buas. Mungkin pemandangan yang kontras sekali karena saya bugil dan dia lengkap dengan busana.

Sampai di tempat yang dituju, Tiara mulai memelukku dengan ketat dan menciumiku dengan buas dan aku membalas meciumnya dan memelukknya dengan ketat pula. Kami bermain lidah dibarengi suara2 desah sexy dari Tiara dan bukan dibuat buat, ini suara yang sebenarnya bahwa dia memang mulai terangsang. Saling bertukar ludah, berhimpitan, kadang dia memeras penisku yang sedang menegang. Terasa himpitan bdnya ke dadaku karena aku memeluknya dengan kencang.

Kejadian ini berjalan cukup lama dan tanpa terasa ada orang lain disekitar sini, dan tidak terasa bahwa kami sedang diperhatikan oleh Gemi dan Valerie yang sudah mendekat disebelah kami. Tapi saya tidak memperdulikannya karena sedang asik berciuman dengan Tiara yang belum pernah saya lakukan seperti ini buasanya terhadap wanita manapun.

Aku merasa ada tangan yang memegang kedua tanganku, ternyata itu adalah Gemi dan Valerie sementara Tiara makin mempererat pelukannya padaku dan terus berciuman. Kedua tanganku ditarik agar melepas pelukanku ke Tiara dan direntangkan. Terasa ada sesuatu yang membelengu kedua tanganku hingga tidak bisa lagi memeluk Tiara. Sementara Tiara terus memelukku dan aku terus berciuman karena tangan Tiara memegangi kepalaku. Ludah sudah membasahi semua mukaku tanpa terasa, begitu pula dia yang selalu dibarengi desahan Tiara tiada henti.

Terasa kedua tanganku mulai merentang, ternyata Valerie mulai memutar gulungan yang ada di tembok dan rantai mulai menarik kesamping samping atas kira-kira 120 derajat keatas, sementara aku tidak pernah dikasih kesempatan oleh Tiara untuk menengok dan terus berciuman.

Kemudian terasa ada tangan yang memegang kedua kakiku dan terasa ada belengu yang mulai menempel dikedua belah kakiku dengan ketat. Kemudian terdengar suara rantai berderit, ternyata Valerie mulai memutar stir yang ada di depanku dan kakiku mulai melebar tertarik hingga satu meter lebarnya tarikan tersebut berhenti. Akibat tarikan rantai di kakiku, tinggiku mulai menurun sampai mendekati bdnya Tiara. Dan Tiara mulai sedikit demi sedikit membuka penutup bdnya dan memaksa aku untuk menghisapnya. Aku mulai menghisap dengan kuat diiringi desahan Tiara yang tiada henti2nya. Tiara terus memegangi kepalaku agar aku tidak pernah berhenti melakukannya.

Tiba2 Tiarapun tingginya mulai menurun dan kami kembali bertemu muka, ternyata kaki tiarapun sudah dibelengu dan terentang sama denganku. Mereka mulai mengikat kakiku dan kedua kaki Tiara jadi satu sehingga aku dan Tiara tidak bisa lagi menggerakan kaki untuk menutup rentangan tersebut, tapi kami terus berciuman.

Mereka mulai melepaskan gaun Tiara satu persatu mulai dari tali dipundaknya dan gaun diturunkan ke bawah. Semua ikatan yang menahan gaun tersebut dilepas, maka terbuka semua membuat Tiara hanya memakai celana dalam saja dan sepertinya Tiara tidak perduli dengan semua itu, kami terus berciuman sampai ludah mulai menetes kebadan masing2.

Terasa ada yang melepas celana dalam Tiara hingga ia benar bugil seperti aku. Setelah itu mereka mulai memasangkan belengu dikedua tangan Tiara seperti dan disangkutkan dikedua pergelanganku maka sekarang lengkap lah bahwa aku terikat bersama Tiara dengan bentuk yang sama dengan badan yang menempel tapi sepertinya Tiara tidak perduli semua itu, kami terus berciuman.

Kemudian terasa tangan2 yang melumurkan minyak pelicin di dada, perut kami berdua, mungkin kalau bergesekkan agar tidak lecet.

Mereka mulai memasangkan collar di leher kami masing2 dan antara collar tersebut disangkutkan pengonci dengan rantai pendek, mungkin dengan maksud agar kami tidak bisa memundurkan kepala dan terus menempel mulut kami berdua agar terus berciuman.

Aku benar2 merasakan suasana ini dengan tegang dan nikmat, karena belum pernah mengalami hal seperti ini. Ternyata Gemi sudah lihai dengan cara2 seperti ini.

Akhirnya kami berhenti juga berciuman dan saling menikmati pemandangan atas perlakuan mereka terhadap kami berdua yang dilakukan oleh Valerie dan Gemini. Mereka mulai memasangkan belt kulit tipis agak lebar kira 2" yang dilingkarkan dengan ketat ke kedua sikut kami, pangkal lengan dekat pundak setelah itu dikonci dengan gesper yang membuat badan atas mulai tidak bisa bergerak.

Kemudiaan mereka melingkarkan pula dada kami sehingga terasa BDnya Tiara menempel ketat ke dadaku, terasa kenyalan daging yang menghimpit dadaku.

Selanjutnya kedua dengkul kami dengan ketat. Gemi memegang penisku diarahkan ke lubang vagina Tiara. Mereka berusaha memasukkan penisku kelubang Vagina Tiara. Setelah masuk yang diiringi desahan Tiara, mereka mulai mengikatkan belt lagi dikedua paha kami, kemudian pengikatan beralih ke kedua pinggang kami. Maka lengkaplah ikatan tersebut membuat kami tidak bisa bergerak, sedangkan penisku bergerak gerak dalam vaginanya Tiara. Aku memandang muka Tiara, dia memejamkan mata dan berdesas seperti kenikmatan karena juga terasa kontraksi vagina Tiara yang memeras meras penisku. Hal ini cukup membuat aku mendekati klimax karena aku juga mulai memejamkan mata.

Mungkin Gemi dan Valerie menyadari keadaan ini seraya berkata "

"Gem, lihat mereka berdua enak saja menuju klimax, cepat kita cambuk dia agar tidak jadi klimax"

"Ok Val, kamu sebelah sana ya, dan saya lebih senang memakai single tail ini, rasanya lebih perih"

Sambil mengeluarkan kata2 kotor mereka mulai mencabuk kami berdua dalam keadaan terikat seperti. Aku mengelinjang menerima cambukan keras itu, begitu pula Tiara karena terasa oleh gerakan gerakan tertahan oleh ikatan. Aku merasakan sakit atas cambukan2 tersebut sampai mengeluarkan suara begitu pula Tiara.

"Ouuch".. Akhh.. Ouw"

Tiara menangis menahan rasa sakit tapi mulutnya terus menempel di mulutku dan menciumi lagi dengan buas, tapi ketika cambukan mampir dibadannya dia teriak juga tapi mulutnya tetap menempel bahkan ludahnya meleleh kemulutku.

Aku benar2 merasakan sesuatu yang aneh dan nikmat, sementara cambukan berlangsung, terasa bdnya Tiara mengeras, kontraksi vagina semakin terasa, usaha2 gerak pantat Tiara juga terasa.

Tiba2 cambukan berhenti, kami berdua menoleh kearah mereka, terlihat mereka berjalan menjauhi kami, Valerie ketembok, Gemi ke strir. Mereka mulai memutar, kami teriak2 kesakitan karena tangan mengencang naik keatas, kaki semakin melebar. Tapi herannya Tiara terus saja menciumiku meskipun ia teriak di mulutku.

Mungkin setelah mereka pikir sudah sampai limit dan kami benar2 tidak bisa membuat gerakan lagi meski sedikit, barulah mereka berhenti.

Mereka menghampiri kami lagi, masing2 membawa strap dildo. Bentuknya aneh, ada tiga buah dildo yang menempel distrap on itu, seperti gambar ini:

..Mereka mulai membuka baju semua sampai keduanya benar2 bugil. Ternyata keduanya memang masih mempunyai tubuh yang indah. Kemudian mereka mengambil botol yang berisi minyak pelicin, setelah memakai sarung tangan kedua mulai memeletkan minyak di semua dildo tersebut sampai sedikit tumpah karena kebanyakan. Kami berdua memperhatikan keduanya dengan tegang, terkadang kami berpandangan dengan tersenyum melihat kelakuan mereka berdua.

Mereka mulai memakai strap on tersebut diiringi dengan desah2 mereka cukup keras tapi membuat suasana ruang ini menjadi ramai. Pertama mereka memasukkan dildo berbarengan ke lubang pantat dan lubang vagina, setelah itu mereka mengikatkan gesper di pinggang dan dikunci dengan gesper. Setelah selesai terlihat seperti tidak ada apa2nya atas hasil yang mereka kerjakan hanya terlihat mancung kedepan dildo yang bentuknya persis penis yang siap digunakan. Aku berpikir karena mereka memang bisex, mereka akan bercumbu. Ternyata TIDAK.

"Dod, Tiara.. kamu berdua siap klimax kan? Nah kita kita ini mau membantu agar klimax kamu terindah selama ini, terbuas, terenak dan selalu yang ter.. yaitu kami akan memfuck asshole kamu berdua"

Aku terperanjat: "HAH", jadi mereka akan memfuck kedua pantat kami?

Mereka mulai membasahi lubang pantat kami dengan minyak yang telah diolehkan di jari2 mereka dan mulai menusuk nusukkan jarinya. Terasa olehku kebelet mau buang air, tapi hanya perasaan.

Berbarengan mereka mulai melakukan blowjob di kedua asshole kami diiringi teriakan desahan dsb hingga ruang ini jadi ramai.

Aku merasa sesuatu yang sangat lain, akibat blow job yang dilakukan mereka, terasa berahi mulai memuncak dan aku mulai berdesah keras. Ada perasaan nikmat dibarengi rasa sakit dari duburku karena dildo tersebut cukup besar dan cukup membuat regangan dubur. Darah mengalir semakin cepat dan tubuhku mulai bergetar, demikian pula yang aku rasakan atas tubuh Tiara yang menempel denganku.

Ternyata Tiarapun demikian. Mereka berduapun mulai berteriak teriak keenakan. Ternyata disamping mereka melakukan blowjob, mereka juga merasakan gerakan di dalam vagina dan dubur mereka atas dildo yang mereka masukkan kedalamnya dan dildo yang masuk ke vagina mempunyai vibra setelah mereka menyalakan tombolnya.

Oleh karena itu, suasana teriakkan teriakkan sexy memenuhi ruangan ini. Empat orang sedang merasakan kenikmatan menuju klimax. Sampai saatnya aku tidak tahan lagi maka muncratlah air maniku di dalam vagina Tiara dengan klimax yang tiada tara, dan Tiara merasakan itu dan merasakan kekerasana penis di dalam Vaginanya yang membuat ia teriak pula karena klimax tiada tara. Begitu pula Valerie dan Gemi, mereka berdua juga menggunakan vibra pada dildo tersebut yang membuat mereka klimax karena ketika klimax mereka memeluk kami berdua dengan kencangnya dibarengi dengan teriakkan yang tidak ada arti tapi itu teriak kenikmatan.

Setelah semua mencapai klimax kami berdua terus berciuman sedangkan mereka berdua mulai mengendurkan tarikan rantai di kaki dan tangan hingga tangan kami mulai menurun dan kaki kami dapat agak merapat. Tapi Penisku masih tersimpan di dalam vaginanya Tiara dan mulai mengeras kembali karena nyut nyutan di dalam vagina Tiara tidak berhenti, terus bergerak.

Mereka tidak berhenti sampai disitu, dengan cepat mereka membukakan semua ikatan kami, setelah terbebas mereka mengambil borgol berantai kira-kira 25 senti dan dipakaikan pergelangan kaki kami sedangkan tangan kami diborgol kebelakang. Selanjutnya kami digiring ke kamar mandi.

Sampai di kamar mandi aku disuruh membersihkan vaginanya Tiara dengan menjilat air mani yang aku keluarkan di dalamnya. Aku kneel down dan Tiara berdiri di atasku memberikan vaginanya agar dijilat olehku.

"Ayo Dod, itu kan air mani kamu sendiri, kamu harus ambil lagi dengan kata lain ditelan kembali karena nanti kami akan meminta lagi dari kamu jadi sekarang jangan dibuang. Ayo lakukan, hisap semua yang ada di dalamnya, LAKUKAN!!"

Aku mulai menjilat jilat dan menghisap, semua keluar meleleh ke mulutku dan aku menelannya. Tiara memandangiku dengan senang sekali dan terlihat dia mulai memejamkan mata lagi. Setelah selesai Tiara disuruh kneel sepertiku di sampingku, mereka berdua mendekati dan berdiri di atasku dan Tiara.

"Sekarang giliran kami yang harus dibersihkan dan sekalian kami mau kencing di mulut kalian dan harus ditelan, ok? Ayo bersihkan, jilatin sampai bersih dan siap2 menerima kencing kami dan siap2 menelan, jangan ada yang tumpah"

Kami mulai melakukan penjilatan dan penghisapan. Terlihat Tiara melakukan dengan buas seperti sedang mencium bibirku tadi. Melihat itu aku melakukan seperti dia juga. Ternyata hal ini sangat disenangi oleh Valerie dan Gemi. Mereka mulai menekan nekan pantatnya kearahku mulut kami berdua. Aku mulai merasa ada sesuatu yang akan keluar dari pisshole, aku menghisap lubang tersebut, terasa air kencing mengalir deras kemulutku dan aku berusaha menelannya agar tidak ada yang tumpah. Demikian pula yang dilakukan Tiara. Terasa cairan panas mengalir di kerongkonganku dan terasa bau pesing. Tapi bau pesing tsb membuat penisku tegang lagi. ANEH.. Perutku terasa kenyang oleh air kencing mereka, Karena sebelumnya aku sudah menelan dari Gemi sekarang dari Valerie. Aku tidak tahu apa jadinya perutku yang penuh dengan air kencing wanita2 ini.

Setelah selesai kami mandi berempat, mereka menyabuni kami berdua karena kaki tangan kami masih terborgol, jadi tidak bisa mandi sendiri. Bahkan mereka yang mengeringkan badan kami dengan handuk. Setelah selesai kami keluar dari kamar mandi.

Rupanya mereka sudah ada rencana lain terhadap diriku yang tentunya sesuatu mengenai penyiksaan dalam sex untuk kepuasan mereka.

Tamat

Ganasnya nafsu teman lama - 2

Gemi menarik tangan saya, mengajak kesuatu ruang yang telah dia booking. Saya masuk bersamanya, setelah pintu dikonci kembali dia langsung duduk di sofa dan langsung memerintah saya:

"Sini Dod, jongkok di depan saya..?

Saya langsung jongkok dengan muka menghadap dengkulnya dekat sekali. Sambil senyum dia angkat kaki kanannya lalu dia taruh dimuka saya sambil menyuruh:

"Dod, buktikan bahwa kamu benar2 bersedia menyerahkan diri di bawah kekuasaan saya, coba jilatin telapak kaki saya, buatlah saya senang ok?"

Saya tanpa ragu2 menciumi telapak kakinya dan menjilat jilat seperti anjing diiringi senyum dari Gemi. Kaki yang satu lagi diletakan di atas kepala saya dan ditekan hingga kepala saya menuju keubin, tapi saya terus menciumi kakinya. Dia mainkan kakinya di atas kepala, sebenarnya saya merasa terhina diperlakukan demikian tapi saya sudah setuju menerima semua perlakuan yang hina darinya.

Sambil mengangkat muka saya dengan kakinya seraya berkata:

"Gimana Dod, senang kamu diperlakukan seperti ini?"

Saya hanya mengangguk.

"Sekarang lepas baju kamu semua, saya mau mulai mengikat kamu dalam keadaan telanjang bulat. Saya mau ganti baju dulu yang tentunya akan membuat kamu berdebar donk, mau kan? Tapi setelah baju kamu lepas semua, kamu tunggu saya kembali dengan kneel down"

Dia langsung meninggalkan saya sendiri sementara saya melepas baju semua dan kneel down menunggu dia kembali.

Ketika pintu terbuka kembali muncul Liza dengan busana yang sangat sexi, ia mengenakan bahan cotton tipis warna hitam yang melingkar di dadanya sekedar menutupi dan menahan bdnya yang mencuat besar dan rok ketat dari cottot hitam pula panjang sampai kekaki mulai pinggulnya. Terlihat seperti mudah merosot karena hampir kebawah melewati pinggul. Sedangkan bahan cotton tersebut mempunyai belahan samping sampai ke pinggul pula, sehingga kalau dia melangkah tercuatlah belahan pangkal paha yang putih itu. Kedua lenganya memakai sarung tangan kulit mengkilap sampai siku dan memegang long single whip kira-kira 2 meter panjangnya serta membawa sesuatu di tangan sebelahnya. Ia sambil tersenyum manis menghampiri saya dengan detak sepatu hak tingginya. Terlihat cantik, cruel dan harumnya semerbak, entah parfum apa yang digunakan sehingga tercium agak merangsang.

Ia duduk kembali sambil bertopang kaki di hadapan saya yang sedang kneel down dan berkata:

"Dod, sekarang sebelum terlambat saya mau tanya lagi sama kamu bahwa kamu benar2 akan menyerahkan diri sebagai slave saya malam ini?" Karena kalau hati kamu sudah bulat dan mengatakan "Ya", maka selanjutnya kamu tidak bisa mundur lagi, tidak bisa kabur dan selalu harus mengerjakan perintah saya, gimana.. ini pertanyaan terakhir kali sebelum saya memakaikan collar ini di leher kamu sebagai simbol bahwa kamu adalah slave saya sepanjang malam ini? Jawab yang jujur dari hati kamu, jangan menyesal nantinya..?

"Ya..saya bersedia menjadi slave kamu malam ini, dan selalu akan menerjakan apa yang diperintahkan. Apabila ada kesalahan saya yang membuat kamu tidak suka maka saya bersedia menerima hukuman yang apapun tapi safe dari kamu"

"Good boy".. "Nah, sini mendekat.. letakkan muka kamu dipangkuan saya saya akan memakaikan collar ini dan kamu boleh mengendus harumnya tubuh saya, ok?"

Sementara muka saya menempel pada gaun hitam yang ia gunakan dan berkhayal atas apa yang berada dibalik gaun tersebut menempel di muka saya, Liza memakaikan collar di leher saya dan ternyata collar tsb cukup lebar (4") dari bahan kulit keras warna hitam sehingga saya tidak bisa lagi menekuk kepala untuk melihat kebawah. Liza memakaikan collar ini cukup ketat, serasa agak sulit menggerakkan kepala saya. Setelah selesai dia menguncinya dengan gembok kecil dan seutas rantai disangkutkan yang berguna untuk mengendalikan dan menarik bila saya melawan arah yang ditentukan Liza.

Saya disuruh berdiri dan dia mengambil tangan kiriku, kemudian dia melekat restraint kulit hitam kepergelangan tangan dan di konci dengan kuat oleh gesper besi, begitu pula yang sebelah kanan. Kemudian dia bergerak ke belakangku, setelah menyangkutkan dua utas tali di kedua pergelangan yang telah di restraint, di tarik kebelakang dan ditekuk silang ke arah leher dan ujung2 talinya di masukkan kegelang kecil yang ada di collar kemudian ditarik sampai tanganku bertekuk kearah leher silang. Setelah itu itu ujungnya diikatkan ke tangan2ku kembali, sangat ketat sekali sehingga benar2 saya tidak dapat menggerakkan tangan lagi

Saya hanya melihat saja tanpa bicara di ikuti senyum manisnya Liza, tapi entah apa dibalik senyumnya yang manis itu, mungkin sudah terlintas di benaknya siksaan apa yang akan dilakukan setelah saya benar2 tidak berdaya di bawah kekuasaannya.

Setelah dia merasa yakin bahwa ikatannya tidak bisa terlepas lagi, kemudian dia melanjutkan ke pergelangan kaki saya dengan memasangkan belengu kulit hitam dan diantaranya ada rantai menghubungkan kedua restraint tersebut kira-kira 10" panjangnya. Saya tahu, dia menggunakan belengu kaki seperti itu agar saya tidak dapat lari menghindar darinya ketika dia berbuat sesuatu.

"Nah, Dod, sekarang kamu benar2 tidak berdaya kan? Kamu tidak akan bisa melawan dan menolak lagi atas apa yang akan saya perbuat terhadap kamu". Katanya sambil menghimpit saya dengan pelukannya yang sangat erat yang cukup menaikkan nafsu berahi saya dan membuat si dul berdiri tegang karena parfumnya yang merangsang, sentuhan buah dadanya yang menghimpit dan terutama kata2nya seolah dia benar2 wanita yang telah menguasai hidup saya malam ini tanpa ada peluang untuk melawan, karena itu saya diam saja tidak bicara, hanya memandangi wajahnya dan tubuhnya yang aduhai.

Macam2 peralatan penyiksaan lagi yang aku tidak tahu penggunaannya, pasti untuk menyakiti orang. Wah, Liza benar2 menyewa ruang yang lengkap sekali, kalau harus mencoba semua mungkin memang sampai pagi dengan penuh rasa sakit.

"Nah Dod, kita sudah sampai, saya akan membuka sumbatan mulut kamu karena sebelum mulai, kamu harus membuat saya klimax dulu karena sudah dari tadi berahi saya tinggi melihat kamu bugil dan terikat seperti itu". Dia membukakan sumbatan mulut saya dan menariknya ketempat tidur. Dia menyuruh saya jongkok sementara dia duduk di atas tempat tidur dan mulai membuka kakinya hingga lebar dan pahanya mulai mengangkang yang diiringi senyumnya. Dia mulai menyibakkan gaunnya yang cukup menutupi pussynya. Terlihat pussynya sudah dicukur dan masih bewarna merah muda tapi sudah agak lebar lobangnya. Mungkin Liza tidak di sunat karena terlihat jengernya cukup panjang tergantung.

"Dod, kamu harus menjilat pussy saya, dan menghisap kelentitnya, buat saya klimax, dan segala cairan yang keluar tidak boleh jatuh, kamu harus menelannya, mengerti?!!".. "Ya, saya akan mengerjakan semua perintah dan patuh"

Saya mulai menjilat jilat seperti anjing dan menghisap hisap kelentitnya dengan keras yang membuat Liza berdesah keras serta menggoyang goyangkan pantatnya. Saya terus menjilat dan menghisap sampai terasa ada cairan mengalir dari lobangnya terasa sedikit asin dan bau kencing. Saya terus menghisap dan menelan apa yang keluar dari lobang tersebut diiringi desahan dan goyangan keras dari Liza.

"Terus Dod, jangan berhenti.. jangan coba2 berhenti atau saya akan mencambuk dengan keras..!!" Saya terus melakukan perintahnya tanpa suara dan gerak badan karena tangan saya masih terikat kebelakang tanpa daya. Tiba2 dia mencambak rambut ku dan berkata:

"Dod, sekarang saya mau kamu menjilat lobang pantat saya, tusuk2 dengan lidah kamu sementara saya mau hidung kamu juga menusuk lobang pussy saya.. hayo kerjakan..!

Dia mulai mengangkat kedua kaki keatas, memberikan peluang kepada saya agar mudah menjilat lobang pantatnya. Dia menarik rantai leher saya dan menunjuk kearah pantatnya agar dijilat dengan mata melotot tapi penampilannya tetap cantik.

Saya melakukan semua perintahnya meskipun sedikit ada bau tai dan semerbak pussy tercium jelas membuat si dul benar2 tegang tapi tanpa ada yang memanfaatkan. Dia terus menggelinjang dan saya tidak boleh berhenti sampai ada perintah darinya. Terus.. dan terus.. menjilat lobang tsb..

Terlihat pula Rack yang berbentuk tempat duduk dimana orang akan duduk dengan kaki terbuka dan ditempat pahanya terdapat belengu2 serta di bawahnya terdapat pula belengu untuk pergelangan kaki. Diatasnya ada belengu untuk leher, kepala, badan dan tempat merentang tangan lengkap dengan belengunya. Terlihat ada putaran pula yang berbentuk henjotan sepeda. Mungkin kalau di putar akan merentang kaki hingga melebar, pasti akan sakit rasanya.. ngeri..!

Sampai suatu saat, dia menjambak rambut saya lagi dan berkata:

"Sekarang saya mau kamu memfuck saya dengan mulut, ok?"

Di memakaikan sumbat lagi yang berbentuk penis cukup panjang dan besar, yang membuat mulut saya kembung. Tapi di depannya tersambung sebuah penis karet yang cukup panjang kira-kira 7 Cm dan bagian bawah agak kecil tapi sama panjang. Ternyata alat ini akan dimasukkan kedalam vaginanya dan duburnya kemudian saya harus melakukan blowjob mulut.

Alhasil suasanya ini membuat Liza berteriak teriak kenikmatan dan mencambak rambuta saya dengan keras cukup membuat rasa sakit di kepala saya.

"Terus Dod, jangan berhenti sampai ada perintah, buat saya menjadi puas.. terus Dod.. aahh.. ahh.. aahh. Ternyata dia sampai klimax dan dia buru2 melepaskan sumbat tersebut dan saya diperintahkan membersihkan vaginanya dengan mulut, karena dia bilang bahwa mulut saya saat ini adalah tissunya.

Setelah bersih, semua lendir yang keluar sudah saya telan, tiba-tiba dia berkata lagi:

"Dod, saya mau kencing dulu, tapi karena kamu malam ini adalah toilet saya maka kamu harus ikut ke kamar mandi.. ayo". Dia menarik rantai leher saya lagi menuju ke kamar mandi.

Sampai di kamar mandi saya disuruh jongkok dengan kepala tengadah ke atas dan dia diri di atas saya sambil mengangkangkan vagina ke mulut saya. Kemudian terdengar suara desis air kencing yang keluar dari lobang vaginanya dan mengalir deras ke mulut saya tanpa tertahankan lagi. Dan saya tetap disuruh menelannya. Ketika air kencingnya mengalir mulai sedikit, dia menarik kepala saya dan saya disuruh membuka mulut lebar2, dia menekan mulut saya ke vaginanya. Saya disuruh menghisap sisa kencing tersebut sampai habis dan dijilatin hingga bersih karena dia tidak mau cebok lagi, cukup dengan jilatan saya saja. Setelah itu dia memandikan saya, kami mandi bersama tapi tangan dan kaki saya masih terikat sehingga dia dengan leluasa melakukan segala sesuatunya tanpa halangan. Dia juga membersikan lobang pantat saya karena itu akan diperlukan nanti dalam suasanaya selanjutnya.

Setelah selesai dia membawa saya keluar dan membukakan seluruh ikatan. Tapi dia membawa saya mendekati kerangkeng besi dan membukanya. Saya disuruh masuk. Dengan susah payah saya masuk dengan membungkuk, seperti sujut kemudiaan dia menekan pintunya dari atas untuk menutup. Memang agak sulit menutup pintunya karena kerangkeng tsb agak kecil, tapi dia memaksa menekan hingga benar2 bisa tertutup kemudian dia menggemboknya. Tinggal saya mengeluh ngeluh di dalam kerangkeng kecil tersebut yang terus dipandangi oleh Liza dengan baju basah kuyup hingga terlihat cetakan tubuhnya yang masih aduhai.

"Dod, kamu sudah cukup membuat saya puas tadi dan hadiahnya saya memasukkan kamu di kerangkeng kecil ini.. enak 'kan?" Dia tertawa sambil memberikan jari2 kakinya ke jeruji besi menyuruh saya mengisapnya. Saya melakukan yang dia perintahkan meski yang bisa bergerak hanya mulut dan lidah, sementara semua badan tidak bergerak.

"Dod, tunggu sebentarnya didalam kerangkeng ini karena sebentar lagi dua orang teman saya akan datang dan saya akan mengganti baju basah ini dengan penampilan yang lain dan akan membuat kamu terpana lagi kok, betul deh.. tunggu ya". Dia menghilang dibalik pintu, sementara saya terus meringkuk di dalam kerangkeng kecil ini menunggu, karena tanpa dibantu membukakan gembok, saya tidak lepas dari kerangkeng ini, sementara konci gembok dibawa oleh Liza.
"Sekarang saya mau mengajak kamu ke suatu ruang yang cukup jauh tempatnya dan kamu harus mengikuti saya, tidak boleh jatuh. Kalau jatuh tentunya kamu harus di hukum sampai kamu bangun kembali tanpa terdengan suara, ok?"

Dia mulai berjalan dengan menarik rantai yang menempel di collar saya dan saya mengikuti dengan susah payah dengan lari2 kecil karena langkah saya sangat pendek dan terhalang dengan restraint yang berantai sangat pendek. Dia melihat sambil tertawa dan terus berjalan serta menarik rantai tersebut. Sampai suatu saat saya terjatuh karena kalah langkah dengannya. Dia marah dan mulai mecambuk saya cukup keras yang membuat saya mengaduh dan berusaha berdiri.

"Saya sudah bilang tidak boleh jatuh dan bersuara, tapi kamu masih melawan", katanya. "Saya tidak bisa mengikuti langkah kamu dalam keadaan seperti ini dan cambukan itu sakit", kataku. "Wah, malah bicara.. berarti mulut kamu harus disumbat, ok?"

Tanpa bicara dia mengambil seutas tali lagi yang ada tergantung di tembok dekat situ dan dia membuka celana dalamnya kemudian menggulung gulung menjadi gumpalan.

"Buka mulut kamu yang lebar", katanya. Saya diam saja memandang wajahnya. Sambil menampar mukaku dia memerintah lagi: "Saya bilang buka mulut kamu yang lebar, mau melawanya? Kamu tahu kan kalau melawan hukumannya akan lebih berat. Sekarang mau buka atau tidak? Saya tunggu 3 detik".. Saya membuka mulut dan dia langsung memasukkan gumpalan celana dalamnya kemulut saya dan diikat dengan tali yang berlilit sampai tiga kali, kemudian diikatkan kebelakang kepala.

"Dod, sekarang biar kamu mau teriakpun tidak akan terdengar suara lagi. Kalau tidak percaya saya akan mengetesnya". Dia mula mencambuk lagi ke badan dan saya hanya menggelinjang melompat lompat dengan teriakan yang tersumbat. Satu lagi, dia mulai mengitik ketiak, perut yang membuat saya geli dan tertawa tapi hanya suara kecil yang keluar dari mulut saya serta tidak bisa menghindar terlalu jauh karena langkah terhalang dengan belengu rantai yang pendek.

Sambil menjambak rambut saya dia berkata: "Bagaimana? Sekarang kamu mulai berjalan lagi ya, ok?" Dia mulai menarik lagi tapi ketika saya jatuh lagi dia mulai mencambuk lagi dan saya berusaha cepat berdiri tanpa suara tapi selalu diikuti muka yang meringis. Dia terlihat senang melihat adegan ini dan selalu berusaha mempermainkan saya. Sambil berlari-lari kecil dalam keadaan terikat dan bugil mengikuti langkah Liza yang disengaja jalannya agak cepat agar saya sulit mengikuti langkahnya.

Sampailah di suatu ruang yang tidak begitu besar dan agak redup karena lampu yang ada di situ hanya warna biru dan merah yang membuat suasana menjadi romantis tapi tegang karena di tembok tergantung segala macam peralatan BDSM dan semua terbuat dari kulit atau besi, serta terdapat pula bermacam macam cambuk, dari yang kecil sampai besar bentuknya. Terdapat pula sebuah tempat tidur yang disetiap sudut ada rantai dengan belenggu dan dibagian depannya ada seperti pedal sepeda. Mungkin untuk memutar agar rantai dapat ditarik.

Terdapat pula Xrack dari kayu hitam lengkap dengan belengunya, serta sebuah pasungan yang cukup aneh bentuknya. Ada beberapa rantai tergantung di atap, mungkin untuk menggantung dan di tembok terdapat putaran yang berbentuk henjotan sepeda pula yang dapat diputar untuk menaikkan rantai yang tergantung.

Terlihat dibawah rantai yang tergantung ada rantai dengan belengunya dua buah yang muncul dari dalam lantai. Itu juga mungkin bisa ditarik untuk meregangkan kaki karena letaknya cukup jauh kira-kira tiga meter dari lobang keluar rantai tersebut. Dan tak jauh di depannya muncul besi terpancang dari lantai kira 1 meter tinggi dan ujung atasnya seperti stir mobil. Mungkin alat untuk memutar dan menarik rantai yang keluar dari dalam lantai.

Terlihat pula seperti kerangkeng kecil, kalau dilihat dari bentuknya tidak muat untuk manusia. Mungkin kalau dipaksa sih pasti bisa tapi badan akan terhimpit menjadi kecil tanpa bisa bergerak lagi. "Wah mengerikan juga nih peralatan yang akan digunakan Liza kepadaku", pikirku.

Bersambung . . . . .

Ganasnya nafsu teman lama - 1

Suasana department store yang demikian ramai, dipenuhi orang sedang berbelanja, tiba-tiba seorang wanita menyapa dari belakang. Ternyata temanku saat masih SMP bernama Gemini yang biasa dipanggil Gemi. Tapi sekarang penampilannya sangat aduhai, ia mempunyai tubuh yang indah meski umurnya sama denganku 35 tahun. Lain sekali dengan dulu, kurus, rambutnya pecah2 agak kemerah merahan, mungkin tidak pernah kena shampoo karena faktor keuangan yang minim. Payudaranya juga sangat ranum dan besar membusung, mungkin ukurannya 38DD, sehingga terlihat sangat menonjol karena ia menggunakan kaos ketat terusan sampai dengkul.

Kami minum di kafe sambil berbicara dari barat ke timur sehingga aku mengetahui bahwa ia sekarang menjadi wanita panggilan tingkat atas dengan tarif 2 juta/malam. Wow.. mahal juga.

Ia bercerita tentang masa lalu bahwa ia sebenarnya telah menaruh hati padaku saat SMP. Karena SMA-nya terpisah maka ia sulit untuk bertemu aku lagi. Tapi ia selalu mencariku sekedar untuk melihat dan sepulangnya ia selalu membayangkan diriku dalam khayalannya mencumbu diriku. Ia menceritakan ini tanpa terlihat canggung, mungkin karena kita sudah sama2 dewasa. Ia bilang bahwa aku pernah menolak cintanya ketika ia mengatakan terus terang bahwa ia suka padaku tapi katanya aku tidak suka cewe yang BD (buah dada) nya kecil kaya dia. Eh setelah 10 tahun lebih tidak bertemu, sekali bertemu ia sudah berubah total menjadi wanita idamanku.

Ia ingin mewujudkan impiannya bersamaku meski sebentar, maka ia menawarkan diri padaku untuk malam ini, karena ia tidak ada janji dengan orang karena sudah sebulan ini ia istirahat dan kebetulan aku baru mencairkan uang dalam jumlah besar atas project besar yang kupegang dan sudah selesai sehingga harga tersebut tidak membuatku terkejut, hanya sepermil dari pendapatan yang ku terima. Langsung aku menyetujui.

Ternyata ia bawa mobil sendiri dan kebetulan aku tidak bawa mobil saat ini, jadi bisa ikut mobilnya menuju suatu tempat yang ternyata rumah tersebut adalah miliknya sendiri di luar kota, di gunung.

Kami memasuki rumah yang berhalaman cukup luas, dengan gerbang yang dilengkapi dengan remote control sehingga tanpa disentuh dapat terbuka sendiri. Untuk menuju rumah tersebut harus melalui jalan setapak dari batu kira-kira 500 m dari jalan. Kalau orang yang baru datang tentu tidak mengira bahwa jalan tersebut menuju suatu villa cukup besar dan indah.

Kami duduk di ruang tamu, disuguhi minuman "black label". Sebenarnya minuman tsb cukup keras bagiku, tapi karena hawa dingin dan suasananya cukup romantis, sedikit demi sedikit aku minum juga. Dan ternyata enak juga.

"Dod, kamu mau cara seperti apa agar kita sama2 puas untuk pertemuan kita malam ini?"

"Wah saya tidak tahu, tapi sering membuka internet, disitu ada sesuatu yang agak aneh kalau kamu tidak keberatan. Saya mau mencoba secara real sesuatu yang aneh2 tersebut, yang tidak umum dilakukan orang"

"Maksud kamu?"

"Maksudnya.. tidak seperti biasanya"

Entah kenapa, ketika sampai di sini saya agak gugup menjawab semua pertanyaannya, dan otak tidak bisa berpikir dengan cepat untuk menjawab.

"Ok saya ngerti kok.. maksud kamu lain dari yang umum dilakukan orang.. gitu kan?"

"Kurang lebih begitulah" Jawabku dengan agak gugup, tapi mataku selalu memandangi tubuhnya yang aduhai dengan busana sexy yang ia kenakan.

"Dod, itu namanya fetish. Ternyata kamu suka dengan cara itu.. dan kamu tahu.. cara tersebut memang kesukaan saya", jawabnya dengan senyum yang mengundang dengan gerakan bahu yang sempat membuat goyang buah dadanya yang besar. Hal ini membuatku semakin gugup dan cukup menimbulkan berahi.

Ia sebuah buku tipis dan aku disuruh membacanya, setelah selesai buku tersebut diambil kembali dan ia membaca dengan suara yang merupakan suatu pertanyaan yang harus dijawab oleh ku dengan Ya atau Tidak, selanjutnya ia akan mencontreng sebagai tanda saya menyatakan Ya dalam arti saya sudah setuju dengan apa yang akan dilakukan nanti. Ternyata dia memang sudah biasa dengan cara ini, makanya dia punya buku panduan.

"Nah Dod, sekarang saya bacakan yang harus kamu jawab Ya atau tidak atau punya pilihan dengan keterangan lebih detil, jadi akan lebih jelas apa yang menjadi fantasi kamu dan saya akan tawarkan yang paling berat dulu, ok?

* "Mau di dominasi dan menjadi sex slave selamanya? - Ya

* "Bersedia bila saya menjadi seorang wanita yang sadist? - Ya

* "Bersedia bila diikat sampai kamu benar2 tak bergerak? - Ya

* "Bersedia bila disumbat mulutnya sampai benar2 tidak ada suara - Ya

* " pilih, 1.pump gag, 2.ball gag, 3.big penis gag, 4.cloth gag. 5.ring gag, 6.dentist gag, 7, tape gag, 8.my underpanties gag", semua dengan head harnes atau ada pilihan?

* "Dod, boleh lebih dari 1" - Ya, hanya 1, 3,8, sebaiknya semua dengan head harnes.

* "Wow, jadi kamu benar2 ingin tidak bisa bersuara sama sekali? .. Wah, kamu akan menjadi slave idola saya. Tentunya saya tidak perlu kuatir kamu akan teriak, dan saya bebas menghukum kamu, NICE..!

* "Blind fold? - Tidak

* "Nose gag? - Wah, ini berat juga, tapi kalau sampai batas2 tertentu sih tidak apa.

* "Iya donk, saya kan tidak akan membuat kamu mati.

* "Leather collar? - Ya.

* "Wide atau?" - Wide juga boleh

* "Body harnes? - Ya

* "Hood? - Ya, tapi tidak dengan blindfold biar saya dapat melihat dan menikmati apa yang kamu kerjakan terhadap diri saya.

* "Transgender? - Tidak

* "Maid? - Tidak

* "Golden shower or Urination? - Ya, pasti kamu akan memaksa saya untuk swallow.

* "Tentu donk, memang itulah tujuannya agar kamu bisa merasakan bagaimana menjadi seorang cowo yang dihina wanita dan kamu harus merasakan taste dari kencing saya. Dan pasti minta lagi kalau haus dan harus menurut, tidak boleh menolak meski terpaksa melakukannya, kalau melawan tentu hukuman menunggu berupa siksaan yang berat, ok? - Ok deh.

* "Cambuk? - Ya

* "Berat? - Ya.

* "Tampar? - Ya, tapi kalau di muka jangan terlalu keras

* "Gantung dengan Suspension, spreadeagle? - Ya

* "Terbalik? - Ya, tapi lebih suka biasa saja.

* "Hard stock? - Ya, tapi bagaimana sih bentuknya kalau hard? - Tunggu saja nanti, kamu akan terkejut deh, ok? - OK.

* "Hard Xrack? - Ya, nah ini apalagi? - Pokoknya kamu rasakan nanti deh, sekarang jangan banyak tanya tau..! - Ya, ya..

* "Stretching body table? - Ya

* "Electric shock? - Ya

* "CBT - Ya, tapi tidak press ball, ok? - Ok.

* "But plug? - Ya

* "enema? - Ya

* "Full nude body? -Ya, kalau itu yang kamu mau - Tentu donk, kan tidak ada penghalang untuk saya saat mengerjai kamu.

* "Lick, suck pussy, asshole? - Ya, tapi bersih kan? - Tentu donk, jangan kuatir, tapi kalau sudah bilang ya, tidak ada lagi kata tidak mau, atau hukuman akan datang, ok?

* "Face sitting? - Ya

* "Trampling? - Tidak, badan kamu kayanya berat, nanti ada tulang yang patah.

* "Hard Tickle? - Ya, tapi ringan2 saja

* "Clam? - Ya.

* "Straitjacket? - Tidak

* "Very wide bar? - Ya

* "Tied with other slavegirl? - Ya, Wah ini yang saya tunggu, tentunya saya bisa merasakan himpitan dan gelutan seorang wanita yang sedang disiksa? - Tentu, kamu akan merasakan itu, karena saya juga akan menyiksa slavegirl dan ia senang kalau merasakan sakit dan teriak2. Suasana tersebut dapat membuatnya puas, ia bisex umurnya lumayanlah tapi lebih muda dari saya, namanya Tiara. Saya baik kan menawari kamu terikat bersama slavegirl?" katanya sambil senyum.

* "Strap on dildo? - Ya, tapi jangan yang terlalu besar, nanti berdarah - Ok, jangan kuatir, saya pasti akan menyesuaikan kemampuan kamu.

* "Diperkosa untuk melayani nafsu sex saya dalam keadaan terikat? - Ya, tapi kok harus masih terikat? - Tentu donk karena kamu telah menjadi slave saya selamanya, dan seorang slave harus selalu terikat agar tidak dapat melawan tapi harus bisa memuaskan saya. Kamu tahu, suasana seperti ini tentu akan membuat saya sangat terangsang dan harus kamu penuhi hasrat saya, atau tidak jadi sama sekali. - Ok, saya mau melayani kamu, melakukan semua perintah kamu demi kepuasan kamu. - Nah gitu dong.

* "Semua humiliation yang sifatnya private? - Ya.

* "Mau engga bila saya panggil seorang cewe lagi untuk membantu mendominasi kamu?" - "Ya, tapi bagaimana penampilannya?" - "Dijamin deh cantik, tinggi, bdnya cukup besar, pantat ok, putih, rambutnya coklat sepundak suaranya merangsang, umurnya baru 19 tahun dan dia juga senang mendominasi cowo dengan sadis, ia haus kepuasan dan kamu harus melayaninya untuk membuatnya puas dengan cara apapun. Tapi dia juga suka menjadi submissive saya dan dia bisex namanya Valerie"- "Ok, saya mau tapi bagaimana dengan bayarannya? - Ya, tentu menjadi tanggung jawab saya.

"Dod, karena tempat ini tidak memadai maka kita akan pergi ke suatu tempat yang lengkap dengan peralatan tersebut, tapi kita harus sewa dan agak mahal, dan saya untuk teman lama tidak usah bayar hanya bayar tempat dan teman saya saja". Dia mengatakan ini di iringi dengan senyuman dan sepasang matanya tidak pernah luput memandangi saya.

Dalam hati, "Wah, pasti mahal.. aku harus ke ATM dulu untuk ambil uang".

"Gimana Dod?", tanyanya.

"Ya, ya..tapi berapa?", kataku.

"Hanya satu juta kok", sahutnya.

"Ok deh, ayo kita berangkat", kataku

"Ayo, come on slave" katanya

Aku berangkat dengan mobilnya menuju suatu tempat, tapi sebelum aku mampir sebentar untuk mengambil uang. Setelah itu kami meneruskan perjalanan. Namun sebelum mobil jalan dia menutup mata saya dengan plester dan dipakaikan kacamata hitam agar tidak terlihat orang. Sedangkan tangan saya di borgol kebelakang agar tidak bisa membuka tutup mataku. Dia melakukan ini untuk safety karena tempat tersebut tidak boleh diketahui orang lain kecuali orang yang telah mendapat izin. Dia menerangkan bahwa yang punya tempat tersebut adalah seorang gangster, kalau orang yang telah mendapat izin sampai memberitahu orang lain yang belum mendapat izin, maka mereka akan mencari orang yang memberi tahu dan yang diberitahu tersebut, kemungkinan akan dibunuhnya.

Setelah sampai ditempat tujuan, dia membukakan semuanya dan kami masuk ke suatu rumah dimana semuanya di cat hitam, kesannya seram dan sepertinya semua tembok ada peredam suaranya sehingga bila orang teriak tidak terdengar dari luar. Kami masuk lift, tapi anehnya bukan naik keatas tapi turun satu tingkat ke bawah tanah.

Pintu lift terbuka, seorang wanita cukup cantik hanya memakai bikini kulit hitam menyambut kami.

"Hai, Gemini.. kok tumben membawa seorang cowo, biasanya cewe?"

"Hallo Sally, pa kabar? Wah.. body makin oke saja nih, dan BD kamu semakin besar saja, ukurannya berapa?"

"Ah biasa aja kok, cuma 39DD banyak susunya karena saya keguguran tapi produksi susu masih terus dan harus dibuang. Trus, itu siapa lagi?"

Ini lho, teman lama saya udah lama engga ketemu, eh.. ketika ketemu dia juga suka fantasi BDSM, jadi saya bawa ke sini. Biasa.. siksaan, tapi yang ini lain.. dia akan melayani saya dan memenuhi hasrat sex saya yang selama ini selalu dengan wanita. Entah kenapa, dengan yang ini baru ketemu saja nafsu saya sudah naik".

"Wah asik juga nich, boleh nimbrung? Kalau boleh saya mau membuang susu di mulut dia agar diminum, sayang kan kalau dibuang percuma".

"Jangan sekarang, saya udah janji dengan dia akan seorang cewe yang cirinya2 seperti yang saya bilang tadi sama dia. Oh ya, tolong call Velerie donk, suruh datang ke sini, ada cowo yang dapat memuaskan dia dan Tiara. Bilang sama dia semua bulu harus dicukur dan mandi yang bersih, ada teman lama saya sebagai slave yang membutuhkan slave girl seperti dia, karena saya tahu, teman lama saya ini suka dengan cewe yang bdnya besar dan tinggi. Dan jangan lupa memakai parfum yang merangsang, ok?"

"Ok, tapi tipnya mana?"

"Beres, nih 50 ribu, cukup?

"Wow, thank Liz, banyak amat?"

"Engga mau dibagi rejeki?"

"Ya mau donk,.. kamu mulai saja dulu, paling lama 1 jam mereka sudah ada di sini.

"Ok, dan saya minta ruang yang lengkap peralatannya karena saya akan gunakan sampai pagi bersama dia"

"Wow, asik juga.. aku boleh nimbrung deh?

"Lihat saja nanti, kalau dibutuhkan, ok?

"Ok Liz, sekali lagi thanks ya, tapi jangan lupa ya.. IKUTAN".

Aku cukup terpana ketika dia bilang sampai pagi, jadi saya harus bergadang dan sekarang baru jam 10 malam. Ternyata dia seorang wanita bisex juga, mungkin karena itu ia belum kawin sampai sekarang.

Bersambung . . . .

Lika-liku kehidupanku - 1

Sudah 3 bulan Dewa bekerja sebagai guru piano. Sebuah keahlian yang dia dapat ketika SMA dulu saat ayahnya masih ada. Dengan keahlian itu dia berusaha menyambung hidup, dan kalau bisa menjadi pianis profesional.

Dalam dinginnya AC ruangan kantor, Dewa menghitung uang yang tersisa untuk bulan ini."Uhh, Tinggal 50 ribu, padahal gajian masih 1 minggu lagi," gumannya sambil memasukkan kembali dompetnya ke saku celana. Kini dia hanya mempunyai 3 murid SD sebagai anak didiknya. Sebuah jumlah yang sangat sedikit.

"Saya harus mendapat tambahan satu orang murid lagi," Dewa beringsut berdiri menuju pelataran kantor. Dia ingin menghabiskan sisa rokoknya yang disimpan tadi, ketika terdengar seseorang menyebut namanya.

"Maaf, Bu. Bisakah saya bertemu dengan Bapak Dewa..?" Dewa menoleh, dilihatnya seorang wanitamuda bertanya kepada sekretaris kantor.

"Ya, saya sendiri," Dewa berjalan mendekati wanita tersebut sambil memasukkan kembali rokoknya.Dilihatnya seorang wanita cantik berumur sama dengan dirinya sekitar 24 tahun. Tinggi 170 cm dan perut yang ramping.

"Saya Dewa, ada yang bisa saya bantu?" diulurkan tangannya.
"Wah kebetulan, saya Wedi, dan saya berniat untuk mengambil les piano pada Bapak."
"Panggil saja saya Dewa, mari ke ruang tamu. Kita akan membicarakan jadwal latihan dan jenis latihan yang ingin anda pelajari," Dewa sungguh bersyukur akan hari itu, kini dia tidak terlalu khawatir akan uang makan sampai akhir bulan. Jika sudah rejeki tidak akan kemana, begitu hatinya berkata. Tanpa disadarinya itulah awal dari perubahan seluruh hidupnya.

MINGGU, 23 MARET 1997

Dewa berada di depan rumah Wedi, hari itu jam 3 sore, ini hari pertama dia akan mengajari Wedi berpiano. Tiada lain niatnya selain memberikan semua ilmu pianonya dan semoga dari pembicaraan Wedi dengan teman-temannya, maka anak didiknya akan bertambah.

Diketuknya pintu rumah, sebuah rumah yang sangat besar dan mewah. "Rumah ini lebih bagus daripada rumahku yang dulu, tapi nggak beda jauh lah.." guman Dewa mengenang masa saat ayahnya masih ada. Tak berapa lama terdengar suara kunci diputar dan pintu dibuka.

"Selamat sore Dewa, mari silakan masuk..!" Wedi memberikan jalan bagi Dewa untuk lewat, lalu dia menutup pintunya kembali.
"Mau minum dulu, atau langsung berlatih..?" tanya Wedi sambil mengunci kembali pintu rumah.
"Langsung aja yuk.!" jawab Dewa yang merasa tidak haus.
Mereka lalu menuju meja piano yang ada di ruang tengah. Dewa membuka cover piano, lalu duduk di kursi piano sambil beringsut memberi tempat pada Wedi.

"Ayo kita mulai.!" kata Dewa, sambil menjelaskan nada-nada yang terdengar dari tuts yang dipijitnya. Setelah berapa lama lalu dia mempersilakan Wedi untuk mencobanya. Terlihat raut ragu di wajah Wedi, lalu dia mencobanya. Terdengar nada-nada yang sangat tak beraturan. Derai tawa segera mengalir dari bibir mereka.

"Tidak apa-apa..! Ini saya tunjukkan lagi..!" Dewa lalu menunjukkan kembali nada-nada yang tadidiperdengarkannya. Tapi bukannya mendengarkan, dia malah memperhatikan wajah Dewa. Sepertinya dia tidak dapat konsentrasi pada pelajaran dari Dewa.

"Kamu ingin saya memainkan sebuah lagu..?" itu jurus yang biasa Dewa lakukan jika anak didiknya tidak konsentrasi. Dewa akan memamerkan keahliannya agar anak didiknya jadi semangat berlatih. Bukannya menjawab Wedi malah menyenderkan kepalanya ke bahu Dewa. Tiba-tiba dia berkata, "Eh tunggu dulu ya..!"

Wedi masuk ke dalam kamar, tak lama dia keluar. Kali ini dia telah memakai gaun tidur yang sangat tipis. Gugup Dewa melihat pemandangan di depannya, lalu dia berkata, "Maaf Wedi, saya datang ke sini untuk mengajar, saya sangat butuh pekerjaan ini, jangan permainkan saya..! Saya tidak tahu apa yang anda mau.!" Dewa tidak tahu harus berpikir apa, ingin pergi dari situtapi dia sangat butuh uang saat ini. Jika tetap di situ berarti dia melanggar cita-citanya untuk menjadi pianis profesional.

"Saya tidak butuh les piano..!" tiba-tiba Wedi berteriak.
"Saya tahu kamu butuh uang, kupikir kamu tahu apa yang saya butuhkan. Jadi kalau kamu bisa beri apa yang saya butuhkan, maka saya akan beri yang kamu butuhkan.!" kata Wedi lebih lembut dari sebelumnya.
"Tapi kenapa aku?" tanya Dewa.

"Karena kamu butuh uaanngg..!" Wedi berteriak lagi karena sebal dengan penolakan Dewa. Mata Dewa mulai berkaca, merasa betapa harga dirinya begitu rendah. Wedi berkata benar, dia memang butuh uang itu, Dewa makin merasa harga dirinya hancur.

"Oke Wed, tapi aku ingin uang les satu bulan kamu bayar malam ini juga.." sambil berkata itu, menetes air mata Dewa. Bukannya iba melihat sedihnya Dewa, Wedi malah tersenyum.
"Oke.." jawab Wedi sambil berlari riang menuju Dewa dan menariknya menuju kamar tidur.
"Kamu tidur di situ ya..!" pinta Wedi menunjuk tempat tidur sambil memberi senyum termanis yang dia punya.
"Ugh, manisnya senyum itu andai saja dia tak bersuami dan kami sudah kenal lama." Dewa beringsut mengikuti permintaan Wedi.

Dewa kemudian naik ke atas ranjang, dan merebahkan kepalanya di sandaran ranjang. Wedi kemudian mengikuti naik ke ranjang, sambil tangannya mendorong perlahan tubuh Dewa untuk bergeser sedikit. Lalu Wedi berlutut tegak di samping Dewa, memandang mata Dewa lekat-lekat masih dengan senyum termanis. Kemudian secara perlahan-lahan dia mengambil ujung bawah baju tidurnya. Ops.. Wedi terlupa sesuatu.. buru-buru dia turun ranjang dulu, menuju ke buffet yang ada componya, dia pilih salah satu CD lalu diputarnya. Mengalun sebuah lagu romantis dari Lionel Richie.

Dia kembali lagi ke samping Dewa, berlutut di atas ranjang sambil melenggok menari mengikuti irama lagu. Tangannya balik lagi memegang ujung bawah gaun tidurnya dan mulai memilin sedikit-sedikit, lalu menarik perlahan ke atas. Gaun bawahnya mulai naik setinggi bawah selangkangannya. Dewa diam terpaku melihatnya, seumur hidup Dewa tidak pernah berpacaran, apalagi melihat bagian dalam tubuh wanita. Dewa merasa degup jantungnya berdetak kencang, dan dia mulai terangsang. Wedi lalu melanjutkan tariannya. Tak berapa lama muncul celana dalamnya yang transparan dan dan membungkus ketat kemaluannya. Warnanya hitam, ada merahnya sedikit persis di tengah dekat bawah pusarnya, ada satu bunga merah kecil.

Bulu kemaluannya terlihat. Belahan vaginanya tercetak dalam bungkusan CD halus itu yang mengikuti bentuk bibir vaginanya. Dewa merasakan kemaluannya mulai bergerak, terasa penisnya mulai menggemuk, dia sudah terangsang dengan semua yang dilihatnya. Tangannya terlihat mencoba menggapai belahan itu.

"Hmm, tunggu dulu," Wedi melarang Dewa melakukannya. Wedi lalu menarik gaun tidurnya makin ke atas. Menarik bajunya, semakin jelas tubuh putihnya terlihat. Payudaranya masih tertutup BH, tapi terlihat putih dan kencang dan saat bajunya telah melewati kepala, Wedi langsung membuangnya. Tangannya kembali turun lagi yang membuat payudaranya terlihat dan berbentuksemakin menonjol saja. Kemudian Wedi menggeser posisinya, kali ini dia mengangkangi Dewa. Belahan vaginanya makin jelas terpampang di mata Dewa. Saking dekatnya terkadang vagina Wedi menyentuh hidung Dewa. Tercium wangi harum vagina Wedi membuat Dewa tidak mampu lagi menahan sakit penisnya yang ereksinya tertahan oleh celana jeans-nya.

"Mari saya buka.!" Wedi sepertinya melihat hal itu, lalu sambil tetap menyuruh Dewa diam. Dia mulai membuka seluruh kain yang menempel di badan Dewa. Kini Dewa telanjang bulat. Penisnya sudah ereksi penuh dan tegak menunjuk pada Wedi. Wedi tersenyum melihatnya.

Wedi berdiri dan dengan perlahan-lahan melepaskan kaitan BH di punggungnya. Dijatuhkannya tali BH dari samping sehingga Dewa bisa melihat putih dan bulatnya buah dada Wedi. Dewa mengamati puting susu Wedi yang lingkarannya cukup besar dan berwarna coklat kemerahan, sangat kontras dengan tubuhnya yang putih mulus.

Kemudian Wedi membalikkan badan dan membungkuk. Perlahan-lahan dia menurunkan celana dalamnya sehingga Dewa dapat melihat vagina Wedi dari belakang. Vagina itu berwarna merah muda dengan bibir vaginanya agak kehitaman. Wedi membuka kemaluannya lebar-lebar, dan membuka bibir kemaluannya sehingga Dewa dapat melihat jelas bagian dalam vaginanya yang berwarna merah mudadan basah.

Wedi sudah sangat terangsang dan vaginanya sudah sangat basah. Dia masukkan satu jari ke dalamnya dan setelah itu mulai bermasturbasi di depan Dewa. Dalam posisi mengangkang dengan pahanya terbuka lebar, harum liang kewanitaannya langsung tercium. Wedi menyentuh belahan liang kewanitaan dengan ujung tangannya. Lalu tangan satunya lagi menyentuh klitoris. Lalu perlahan-lahan dia menggosok-gosok kedua bagian itu.

Dengan pantat sedikit terangkat, dia terus bermasturbasi dan membuka kakinya lebar-lebar. Setelah kurang dari tiga menit Wedi mendapati dirinya orgasme dan menyemprotkan cairan bening ke tubuh Dewa.

"Sepertinya sekarang giliran kamu ya Wa..?!" kata Wedi sambil berganti posisi dan sekarang berjongkok di atas pinggang Dewa. Demi melihat penis Dewa yang penuh, diusapnya penis itu. Lalu dia mendekat ke dada Dewa, diciumnya puting Dewa. Perlahan-lahan lidahnya mengusap permukaan puting Dewa. Dewa menggelinjang kegelian, tangannya memegang kepala Wedi. Wedi menurunkan kepalanya, menjilati perut dan semakin turun. Dewa makin kegelian ketika hembusan nafas Wedimenyentuh bulu-bulu kemaluannya. Bibir Wedi mulai menyentuh ujung penisnya, dan bergerak terus melingkar mengulum seluruh permukaan kepala penisnya. Sensasi luar biasa membuat pantat Dewa sedikit terangkat. Hangat terasa menutupi sekujur penis Dewa ketika lidah Wedi terus menjilati permukaan kulit penis.

Dan saat jepitan erat bibir Wedi ini semakin turun ke arah bulu-bulu kemaluannya. Penis Dewa semakin berdenyut. Ujung penisnya menyentuh daging halus dan lembut langit-langit tenggorokan Wedi. Lalu perlahan-lahan Wedi mulai menaik-turunkan kepalanya mengulum kemaluan Dewa, sambil sekali-sekali menggunakan giginya untuk menyentuh penis Dewa. Hal ini membuat Dewa meringis kenikmatan. Dia memegang kepala Wedi untuk membantu dan mempercepat gerakan kepala Wedi.

Lalu tak lama berselang, "Cret.. cret.. cret.. cret.. cret.." beberapa kali Dewa mengeluarkan maninya. Dewa melakukannya sambil memajukan pantatnya dan menekan kepala Wedi ke selangkangannya. Hal ini membuat Wedi harus menerima semua air mani yang dikeluarkan Dewa.Ditelan seluruh air mani Dewa tanpa disisakan setetes pun.

Wedi sambil tersenyum manis rebah telentang dengan posisi setengah mengangkang mempertontonkan seluruh anggota tubuhnya ke arah Dewa. Kedua buah dadanya yang ternyata memang sangat besar terlihat masih begitu kencang, sama sekali tidak kendor, membentuk bulatan indah bak buah semangka. Kedua puting payudaranya yang kecil berwarna coklat kemerahan mengacung ke atas seolah menantang. Begitu pula perutnya masih terlihat ramping dan seksi tanpa lipatan lemak.

"Uoogh.." tanpa terasa mulut Dewa mendesah takjub menyaksikan keindahan bukit kemaluannya yang besar. Seumur hidupnya baru kali ini dia menyaksikan alat kemaluan wanita. Belahan bibir kemaluannya yang sangat putih mulus walau sedikit kecoklatan terlihat sangat tebal membentuk sebuah bukit kecil. Bibir luarnya masih terbuka seakan memanggil-manggil Dewa untuk kembali menikmati.

Melihat hal itu, membuat penis Dewa tetap tegang. Dia ingin sekali memasukkan kemaluannya ke lubang vagina yang ada di depannya, merasakan jepitan dan pijitannya. Jelas sekali Dewa melihat vagina itu berdenyut-denyut. "Terbayang betapa nikmatnya jika penisku bisa masuk ke situ," guman Dewa dalam hatinya. Tapi dia tak tahu batas permainan Wedi. Apakah sebatas mencapai orgasme atau bisa sampai coitus total. Dewa tetap diam saja sambil menikmati pemandangan yang baru pertama kali dia lihat itu.

Keberanian Dewa mulai timbul ketika dilihatnya Wedi tersenyum padanya, dan membuka kakinya lebih lebar. Terlihat bagian dalam vagina yang merah dan basah. Dewa mendekat ke arah bukit itu pelan-pelan sekali sambil memperhatikan reaksi Wedi. Terlihat Wedi diam saja, bahkan tangannya terlihat menyambut kedatangan kepala Dewa. Seperti mendapat ijin, Dewa mencium lembut bibir kemaluan itu, dijilati ujungnya, dan diputar-putarkan lidahnya. Terkadang dimasukkan lidahnya ke dalam rongga vagina hingga membuat rongga itu semakin berdenyut-denyut. Hal ini membuat nafsu Dewa semakin memuncak untuk merasakan pijitannya. Dewa lalu menaikkan badannya. Wajahnya mendekati wajah Wedi, dilihatnya wanita itu tersenyum.

"Wed, bolehkan aku melakukannya?" tanya Dewa.
Wedi mengangguk sambil membelai lembut rambut Dewa dan menggigit bibirnya sendiri.

Mereka berdua secara bersamaan melenguh nikmat saat kulit tubuh mereka saling bersentuhan dan akhirnya merapat dalam kemesraan. Batang penis Dewa yang berdiri tegak seakan kena setrum saat menyentuh bukit kemaluan Wedi yang halus dan sangat empuk. Bukit kemaluan Wedi memang relatif montok dan besar.

Perlahan Dewa membuka kedua belah paha Wedi. Vaginanya terlihat membuka dan makin menggoda. Dengan lembut Dewa menyentuhkan dan menyelipkan penisnya ke dalam bibir kemaluan Wedi yang basah. Dewa berhenti sejenak ketika kepala penisnya masuk 1/4. Dia memejamkan matanya menahan nikmatnya perasaan saat itu. Perasaan luar biasa ketika kepala penisnya menggesek bibir minoravagina Wedi. Wedi mungkin mengira seluruh batang penis itu ingin memasuki liang vaginanya, karena begitu kepala penis menyelip di antara bibir kemaluannya terlihat ia membuka kedua pahanya lebar-lebar. Dewa merasa betapa begitu halus kulit kedua belah pahanya yang langsung mengapit pinggangnya lembut.

"Lagi Wa, masukin lagi..!" Wedi merengek ketika mengetahui Dewa menahan gerakannya.
Dewa yang masih baru dalam bercinta mengikuti permintaan itu, dia terus menekan penisnya lebih dalam perlahan-lahan sampai akhirnya semuanya masuk.

"Ouugghh..!" Dewa melenguh ketika pangkal penisnya menyentuh lubang kewanitaan Wedi. Terasa seluruh penisnya digenggam erat oleh vagina Wedi. Ujung penisnya seperti menyentuh kain-kain basah yang lembut di ujung sana. Dewa lalu memajumundurkan pantatnya. Dia menarik sampai sekitar 50 persen panjangnya, lalu menekan lagi hingga masuk semuanya. Dewa terus melakukan itu, sekarang dia mulai berani mengocok agak keras cepat.

Tiba-tiba, "Oougghh.. oh.. oh.. oh.. oh.." Wedi menjerit-jerit.
Dewa mengisi ruang baru yang tak tersentuh sebelumnya. Sangat terasa sumpalannya, kokoh, kuat, bertenaga. Fantastis! Hampir semua permukaan penis Dewa yang panjang itu bagai membelai seluruh permukaan dalam vaginanya.

"Ough.. terus Wa..!" Wedi menggelepar-gelepar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lubang vagina Wedi semakin basah, dan meremas-remas batang kemaluan Dewa. "Uhh.. hu.. hu.. huu.." terdengar suara Wedi seperti merintih, menahan nikmatnya sodokan penis Dewa. Wedi makin membuka kakinya. Ditariknya kakinya ke atas, sehingga lututnya menyentuh dadanya. Hal ini membuat Dewa makin leluasa memasukkan penisnya.

"Waa.. udah Waa.. aku udah dapat.!" teriak Wedi ketika merasakan orgasme, rongga kewanitaannya menjadi lebih berdenyut, seperti menggigit lembut penis Dewa. Wedi menaikkan pantatnya agar penis Dewa makin dalam mengisi vaginanya.

"Ouughh.. Wa.. hiks.. hiks.. hu.. hu.." Wedi kembali merintih kenikmatan. Kedua tangannyameremas-remas pundak Dewa. Pada saat Wedi mencapai orgasme. Dewa tiba-tiba merenggut pantat Wedi, mencengkeramnya. Dihentak-hentakkan pantatnya ke bawah. Hal ini membuat gesekan antara penis dan rongga vagina makin cepat. Dewa terus melakukannya hingga pada hentakan terakhirditekannya pantat lama sekali ke bawah.

Tiba-tiba Wedi merasakan senjata Dewa semakin besar, dan Dewa memdesis desis dan berteriak. Vagina Wedi terasa semakin penuh, Dewa mencapai orgasmenya. Dibarengi dengan semburan cairan kewanitaan Wedi tanda pengakuan akan kenikmatan yang diberikan Dewa. "Seerr.." Wedi merasakan ada tembakan hangat di dalam rahimnya. Lembut dan mesra. Semprotannya kencang sekali danberkali-kali. Kira-kira tujuh atau delapan tembakan, badan Dewa mengejang, dan lalu lemas, lunglai, jatuh ke depan, menindih Wedi. Dia mencium bibir Wedi dan mengucapkan terima kasih. Wedi mencium balik. Mereka berpagutan beberapa saat. Tubuh mereka berkeringat, basah sekali.

Bersambung ... . . .

Lika-liku kehidupanku - 2

Setelah agak lama baru dikeluarkan rudalnya, dan saking penuhnya isi kemaluan Dewa di vagina Wedi, terdengar bunyi, "Plop..!" saat kedua alat kenikmatan itu dipisahkan.

"Berapa sih panjangnya Wa?" tanya Wedi.
"Cuma 20 cm."
"Oh, pantas sampai sesak rasanya." Wedi lalu menyentuh kemaluan Dewa dan mengusapnya perlahan.

"Wa, saya selalu sendirian di rumah ini. Suami saya sudah tua dan sering di luar kota. Saya ingin hubungan kita tidak terhenti," Wedi menyenderkan kepalanya sambil terus mengusap penis Dewa.
"Wedi, saya rasa apa yang kita lakukan sudah cukup. Sekarang saya ingin pulang. Saya harap kamu memegang janji kamu untuk membayar saya penuh satu bulan." Dewa sangat tidak ingin melanjutkan kemesraan ini karena selain waktu telah menunjukkan jam 6 sore. Dia juga tidak ingin mengambil resiko tertangkap basah dengan istri orang lain.

Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari depan rumah.
"Siapa tuh Wed?" tanyaku setengah panik sambil bergegas mengambil baju untuk dipakai.
"Itu suamiku.!" jawab Wedi.
"Oh tuhan, apa yang saya lakukan. Apa jadinya kalau dia masuk." Dewa berpikir membayangkan nasibnya.
"Wed, jangan buka dulu pintunya, beresin dulu kamar ini..!" tentu saja Dewa mengusulkan hal itu. Karena di atas peraduan cipratan air sperma dan lendir kewanitaan Wedi ada di mana-mana.

"Percuma Wa. Suamiku pegang kunci juga," Wedi menjawab sambil merobek-robek baju yang dia pakai saat kami berlatih piano, dan juga pakaian dalamnya. Dewa sangat heran melihatnya. "Apa yang Wedi lakukan..?" Dewa bertanya dalam hati.

Belum sempat Dewa bertanya, terdengar pintu depan dibuka dan tiba-tiba masih bertelanjang bulat Wedi lari ke ruang tamu sambil berteriak dan menangis tersedu-sedu.
"Pi.. Papi.. saya diperkosa Pi..!" tangis Wedi dipelukan suaminya.

SABTU, 5 MEI 1997

Sudah sebulan lebih Dewa berada di kursi pesakitan. Kini dia sedang menunggu detik-detik putusan Hakim akan dirinya.
"Saudara Dewa Karta Purnama dinyatakan secara sah terbukti bersalah melakukan tindak pidana perkosaan dijatuhi hukuman 5 tahun penjara dipotong masa tahanan." terdengar suara Pak Hakim membacakan putusannya, lalu mengetokkan palunya ke meja. Dewa merasa kepalanya berputar, jika boleh, dia memilih lebih baik mati. Dilihat Ibunya meneteskan air mata di kursi pengunjung, dan ketika dia memasuki mobil tahanan. Tangis Ibunya menjadi meledak-ledak, histeris dia mengejar mobil tahanan yang terus melaju seperti mengacuhkannya.
"Maafkan aku Ibu, maafkan aku.." lirih Dewa berucap melihat ibunya yang terus berlari mengejar dirinya.

MINGGU, 6 MEI 1997

Ini hari kedua dia berada di LP Cipinang, hari pertama kemarin dia menghabiskan waktunya dengan menyesali nasibnya yang buruk. Kali ini dia lebih baikan. "Tak ada yang perlu disesali. Ini memang jalan hidupku." Dewa yakin segala cobaan ini akan berakhir.

"Korvey.. Korvey..!" Sipir penjara berteriak melewati semua blok sambil membuka semua pintu sel.
Dewa segera keluar ketika pintunya dibuka.
"Upffss..!" pekik Dewa. Ternyata dia menabrak seorang pria yang sedang jalan di depan selnya.
"Besar juga badannya, sampai badanku mental," guman Dewa. Dewa lalu minta maaf kepada pria yang ditabraknya. Tinggi hampir sama dengan dirinya sekitar 172 cm, hanya pria ini badannya lebih padat. Otot Trisep dan Bisepnya terlihat jelas, begitu juga otot dadanya yang menonjol ke depan. Tapi pria ini ramah juga, buktinya dia mejawab maaf Dewa dengan tersenyum. "Gak pa-pa, kok. Lain kali hati-hati aja..!" katanya tersenyum lalu melangkah meniggalkan Dewa.

Dewa memperhatikan pria itu, "Pria itu tidak pantas berada di sini, wajahnya sangat ramah dan simpatik. Selain itu sepertinya dia juga baik, mungkin nasibnya sama dengan diriku."
Diperhatikan lagi pria itu. Dia memakai kaos tanpa lengan, celana jeans pendek. Bentuktubuhnya yang V terlihat jelas. Rambutnya yang sepanjang bahu berwarna hitam gelap.
"Dia benar-benar tidak pantas berada di sini, dia harusnya berada di majalah-majalah dan iklan TV." dalam hati Dewa berucap sambil melangkah menuju tempat korvey.

Para napi mulai membersihkan pekarangan dalam LP. Kelihatan sekali Dewa tidak menikmati pekerjaannya. Sering kali dia ditegur oleh sipir penjara karena kedapatan melamun. Tiba-tiba dilihatnya seorang pria melambai-lambaikan tangannya mengajaknya mendekat. "Itu pria yang tadi, mungkin dia butuh bantuan," Dewa mendekati pria itu. Dilihatnya pria itu keberatan mendorong gerobaknya yang penuh berisi batu.

"Bantu aku dong..!" katanya sambil menyodorkan tangannya.
"Edward" katanya.
"Dewa.."
"Dorong ini sampai belakang LP," katanya sambil mulai mendorong. Dewa segera menarik gerobak itu dari depan dan Edward dari belakang. Setibanya di belakang mereka mengosongkan gerobak itu.
"Eh kamu mau rokok nggak," tanya Edward melangkah meninggalkan gerobak itu tergeletak begitu saja.
"Boleh.." Dewa bergegas menyusul langkah teman barunya itu.

Tiba-tiba begitu badan mereka terhalang oleh pepohonan, Edward segera berkelit masuk ke sebuah ruangan yang kemudian dijelaskan oleh Edward sebagai bekas tempat gunting rambut para napi. Tempat itu tak terpakai lagi karena para napi memilih mencukur rambutnya kepada sipir penjara yang harganya lebih murah. "Tentu saja lebih murah, karena uangnya masuk ke kantong sipirnyatidak ke kas Lp seperti tempat cukur ini."

Edward lalu mendokel satu ubin dan mengeluarkan satu Pak rokok dari luar negeri. Di bawah ubin itu masih banyak benda-benda lain yang tidak jelas terlihat oleh Dewa.

"Nih cobain.." Edward menyodorkan rokok itu.
Dewa menghisap rokok itu sambil memejamkan matanya penuh kenikmatan. Ketika dia membuka matanya dilihat Edward sedang membuka ubin lagi. Lalu dia mengeluarkan sebuah majalah dan sebotol lotion. "Ini majalah porno dan ini pelumas, aku harus melakukan ini kalau ingat pacarku." katanya, lalu mulai membaca majalah itu.

Seumur hidupnya Dewa tidak pernah membaca buku seperti itu, makanya dia tertarik untuk ikut melihatnya. Setelah sekian lama melihat dan membaca buku itu, Edward lalu berdiri, dia melorotkan celananya. Dewa terkejut melihat Edward secuek itu. Edward lalu melorotkan juga celana dalamnya. Dioleskanya lotion itu ke ke ujung penisnya, lalu diusapkan ke seluruHPermukaan penisnya.

"Ougghh.." matanya memejam menahan nikmatnya perasaan di penisnya. Lalu dimajumundurkan tangan kanannya pada penisnya, sedangkan tangan kirinya meremas-remas bola zakarnya. Matanya tetap memejam dan sekali-sekali terdengar leguhan dari mulutnya. Gerakan tangan kanannya kadang maju mundur kadang memutar, kadang cepat kadang lambat. Dewa hanya diam terpaku melihat kejadian di depannya. Setelah beberapa menit tubuh Edward mengejang dan condong ke depan.

"Ouugghh..!" lenguhnya sambil memuncratkan spermanya ke tembok.
Edward lalu terduduk sambil tangan kanannya meremas-remas penisnya. sepertinya dia inginmenghabiskan sisa sperma yang masih ada di dalam rongga kemaluannya.

"Sekarang giliran kamu," katanya pada Dewa.
"Gak ah..!" Dewa menggelengkan kepalanya sambil kagum pada kecuekan pria di depannya.
"Ayo jangan malu-malu."
"Kamu juga udah nafsu kan.?" katanya lagi.
"Iya sih, tapi kan malu ada kamu."
"Alah cuek aja, ini lotionnya.." Edward memberikan botol lotion pada Dewa.

Dewa mengambil botol itu, sambil memikirkan kenapa juga dia harus malu, ini kan hal yang lumrah untuk pria seusia mereka. Lalu Dewa berdiri dan menjatuhkan celananya ke lantai. Dibuka juga celana dalamnya. Terlihat penisnya yang sedikit lebih besar dari punya Edward sudah tegakberdiri mengacung ke arah tembok.

Ditumpahkannya lotion ke telapak tangan lalu dioleskan ke permukaan penisnya. Dikocok secara pelan kemaluannya sampai pangkal-pangkalnya. Mata Dewa terpejam dan sesekali badannya condong ke depan. Lalu dia mendiamkan tangannya dan memajumudurkan pantatnya, seolah-olah dia benar-benar sedang menyetubuhi seorang wanita. Tangannya yang dibuat berbentuk O dan licin oleh minyak lotion dirasakannya bagai rongga dalam vagina. Makin lama gerakannya makin cepat.

"Wa ngadep sini Wa.!" tiba-tiba Edward berteriak mengagetkannya.
"Ada apa?"tanya Dewa sambil berputar menghadapkan badannya ke Edward.
"Muntahin ke gua Wa.!" Kata Edward lagi.
"Wah gila lo," kata Dewa sambil terus mengocok.
"Iya Wa..!" katanya dengan mata berbinar.
Dewa yang sedang dalam puncak kenikmatan dan akan orgasme tidak berpikir panjang. Langsung sajamemuntahkan air spermanya dengan tetap menghadap Edward. Tentu saja sebagian spermanya menyiprat wajah Edward.

"Ougghh.." lenguh Dewa sambil memajukan pantatnya dan menggenggam penisnya sampai pangkalnya.
"Ouughh.. nikmat banget gila..!" kata Dewa berteriak kegirangan.
Edward tersenyum di sampingnya.
"Ayo kita ke pekarangan lagi. Kalau terlalu lama nanti sipirnya curiga," kata Edward sambil membereskan semua peralatan mereka dan melangkah keluar ruangan.

Sejak kejadian itu Dewa jadi sering melakukan onani bersama-sama Edward di ruangan rahasia mereka. Mereka makin lama menemukan permainan-permainan baru dalam onani mereka seperti, siapa yang muncratan spermanya paling jauh, siapa yang paling lama menahan ejakulasinya, siapa yang paling cepat ejakulasi. Tapi selama melakukan itu bersama Edward, Dewa merasakan bahwa teman dekatnya itu terlalu imajinatif. Dia sering mengatakan bahwa penisnya lebih kuat dari pedang. Dan sering mengajak Dewa beradu pedang. Jika Dewa lagi datang isengnya dia akan meladeni juga. Dan menurut Dewa, Edward itu terlalu baik. Edward kadang rela mengocokkan penisnya. Meremas-remaskan dan memutar-mutarkan penisnya dengan alasan Edward suka merasakan denyutan penis ketika akan mengeluarkan spermanya. Tidak terlintas di pikiran Dewa bahwa temannya itu homoseksual sampai di suatu hari..

JUMAT, 12 DESEMBER 1997

Saat itu kami terlalu asyik di ruang cukur sampai terlambat ikut apel pagi, sehingga kami dihukum membersihkan kamar mandi. Jadi saat para napi sudah kembali ke sel, kami berada di kamar mandi menjalankan hukuman. Ketika berada di ruang shower, tiba-tiba Edward berbicara, "Wa, kamu pernah nggak ngebayangin ciuman dengan aku?" tanyanya sambil melihat pada Dewa.
"Wah gila lo ya?" Dewa berusaha mengacuhkan pertanyaan temannya.
"Gua serius Wa! Apa yang kamu rasakan jika aku mencium bibir kamu.. lalu aku mencium dada kamu.. menjilati puting kamu dan mengulum penis kamu?" Edward bertanya dengan wajah serius.

Dewa jadi salah tingkah, dia merasa dirinya normal. Tetapi entah mengapa kemaluannya tiba-tiba menghangat dan mulai terisi oleh darah. Dewa berusaha menahan ereksinya, dia melanjutkan membersihkan dinding ruang shower.

"Wa, nggak usah malu Wa, nggak pa-pa kok, sekarang punyaku juga sudah bangun. Pegang aja, kalo nggak percaya," kata Edward sambil tangannya menuntun tangan Dewa memegang bagian depan celananya.
"Astaga!" Dewa merasa penisnya makin penuh oleh darah dan makin keras, terasa berdenyut-denyut begitu juga dengan penis temannya. Dewa tidak tahu harus berpikir apa.

Tiba-tiba Edward membuka bajunya dan berkata, "Mandi bareng yuk!" dengan cepat dia membuka kran shower. Lalu dia membuka seluruh pakaian yang ada di tubuhnya sehingga dia telanjang bulat. Penisnya terlihat tegak menunjuk ke depan.

"Ayo coba aja," kata Edward sambil menarik tangan Dewa.
"Sebentar.. sebentar, ntar baju gua basah," pekik Dewa.
Lalu dia mencopot baju dan celana beserta celana dalamnya dan bergabung bersama Edward.

Mereka berdua dalam keadaan telanjang bulat dan dalam keadaan kemaluan mereka keras menegang saling berdiri. Edward mendekatkan dirinya dan penis mereka saling bersentuhan, kemudian dia jongkok dan mengulum kemaluan Dewa beserta bijinya, Dewa mengerang keenakan. Tangan kiri Edward berada di pangkal kemaluan sementara mulutnya mengulum kemaluan Dewa, tangan kanan Edward berada di pantat Dewa yang bulat.

"Ahh.. ahh.. terus, Ward!" kata Dewa sambil pantatnya makin cepat maju mundur. Makin Edward hisap dengan kuat, penisnya makin terasa hangat dan berdenyut, terlihat tangan kanan Edward mulai mengocok kemaluannya sendiri. Edward menghisap penis Dewa dengan ganas, dijilatinya seluruh permukaan penis. Kemudian dengan cepat dia menggerakkan kepalanya maju mundur dengan cepat dan isapannya makin kuat. Dewa memegang kepalanya dan bersandar di dinding. Makin lama terasa denyutan di penis, sepertinya ada aliran sungai yang ingin keluar.

"Aahh.." Dewa mengerang dan cairan hangat menyembur ke dalam kerongkongan Edward. Lepas sudah air mani Dewa, ditelan oleh Edward seluruhnya dengan hausnya. Sementara tangan Edward makin cepat mengocok kemaluannya dan, "Aahh..!" Edward melepaskan air maninya di lantai. Lepas dan nikmat sekali.

Lalu mereka berpakaian, dan melanjutkan hukuman yang mereka terima. Selagi bekerja sesekali mereka saling melirik dan tersenyum. Setelah selesai, sekitar jam 9 pagi mereka mengembalikan alat-alat yang dipakai.

Ketika melewati kamar sipir untuk penjaga malam, Edward tiba-tiba menarik tangan Dewa masuk ke dalam. "Wa, sekarang sipirnya ada di pos jaga semua, tempat ini bakal kosong sampe ntar shift siang datang." Edward mulai membuka bajunya. "Tapi Ward aku capek.!"

Tetapi Edward sama sekali tidak memberinya kesempatan karena tangan Dewa langsung diseret. Tahu-tahu mereka sudah berhadapan, dekat sekali, tangan Edward memeluk dia dan dia juga begitu. Entah kapan mulainya, bibir Edward dan bibirnya sudah saling menyerang. Saling gigit, saling sedot, dan lidah kami sudah sama-sama bertempur.

Edward menggigit telinga Dewa, belakang telinganya dijilat-jilat mesra, dan tangan kanan Edward mulai bermain-main mencari puting Dewa. Sesudah didapatkan, dipelintir-pelintir putingnya, sampai Dewa terengah-engah, merintih-rintih, sambil mulut dan lidah Edward sibuk menggigit-gigit di leher dan telinga Dewa. Dewa mendesah-desah meminta Edward untuk tidak menghentikan permainan itu.

Dewa mengerang-erang lebih dahsyat lagi ketika Edward mulai menjilat-jilat putingnya. Edwardmenyedot-nyedot, menghisap-hisap, dan menggigit-gigit kecil yang kanan, yang kiri dan seterusnya berganti-ganti. Seperti ada denyut-denyut nikmat di penis Dewa setiap Edward mempermainkan puting Dewa dengan giginya. Karena tidak tahan, Dewa terduduk di tempat tidurnya, dan merebahkan diri. Edward pun langsung menindih dan memagut bibir Dewa. Sekali lagi bibir mereka saling berpagutan.

Edward lalu perlahan-lahan membuka baju dan celana Dewa sambil terus berpagutan, sehingga tak terasa oleh Dewa, dia sudah telanjang bulat. Edward lalu menggenggam kemaluan Dewa yang telah tegak berdiri berdenyut.

"Wa boleh nggak aku memasukkan penisku ke anusmu?" tanya Edward dengan wajah yang memelas menggemaskan.
"Nggak lah..! Kalau itu pasti nggak akan gua ijinin.!" cepat Dewa menjawab.
"Kalau kamu masukin penis kamu ke anusku mau nggak?" tanya Edward masih dengan wajah menggemaskan.
Setelah agak berpikir beberapa detik, Dewa menjawab, "Oke dehh.!"
"Tapi Wa, kamu gesek-gesekin dulu ya kepala penis kamu di lubang anusku."
Dewa lalu menjawab dengan anggukan.

Sambil berpagutan kini mereka berganti posisi, Edward jadi di bawah dan Dewa di atas. Tangan mereka saling menggenggam penis lawan mainnya. Bibir mereka saling mengulum. Lidah mereka saling menjilat dan tangan mereka yang satu lagi saling meremas rambut pasangannya.

"Wa, mulai ya..!" kata Edward sambil memutar tubuhnya sehingga membelakangi Dewa lalu mengangkat pantatnya tinggi ke atas. Kini dia dalam keadaan menungging. Dari belakang terlihat pantat Edward yang bulat sangat menggoda dan merangsang. Sedang lubang anus Edward sudah berdenyut-denyut siap untuk meremas-remas penis Dewa yang akan dimasukkan. Edward membuka lebar kedua kakinya, sehingga lubang anusnya merekah terbuka.

Bersambung . . . . . .

Lika-liku kehidupanku - 3

Dewa membasahi penisnya dengan air liur. Diusapkan juga air liur di atas lubang anus Edward. Dewa mulai menyodokkan penisnya. Ketika menyentuh lubang anus, Dewa berhenti sejenak dan menggesek-gesekkan ujung penisnya ke atas dan ke bawah, Edward merasakan nikmat geli yang luar biasa. Nikmat sekali. Tangan Edward yang bebas berusaha mengocok penisnya sendiri.

"Wa.. Ambilin biore yang ada di gayung itu.!" kata Edward ketika dirasanya kocokan di penisnya tidak nikmat. Dewa lalu memberikan biore itu pada Edward. Edward lalu mencampur biore dengan air liurnya dan dioleskan ke kepala penis milik dia dan Dewa.

Mereka lalu kembali ke posisi semula. Dewa tetap menggesek-gesekkan kepala penisnya di lubang anus. Dan Edward tetap mengocok penisnya perlahan-lahan. "Wa.. Mulai Wa masukin, udah nggak kuat.!" pinta Edward sambil memejamkan matanya.

Dewa lalu mulai menekan penisnya perlahan. Terasa pijitan yang kuat di seluruh penisnya. Penisnya terasa seperti disedot-sedot oleh rongga anus temannya. Pelan-pelan Dewa terus memasukkan penisnya hingga akhirnya seluruh penisnya masuk sampai ke pangkalnya. Dewa memejamkan matanya meresapi kenikmatan yang dialaminya. Penisnya terasa disedot dan dikenyot oleh lubang anus Edward.

Sebaliknya Edward ketika seluruh penis sudah masuk, lubangnya serasa penuh, hangat dan berdenyut-denyut. Edward merasakan senjata Dewa memenuhi lubangnya dari luar sampai dalam, hangat berkejat-kejat. Indah sekali. Langsung Dewa menariknya keluar dan menyentakkannya lagi masuk. Edward tercekat. Sodokannya nikmat sekali. Ditariknya lagi, dan dihentakkannya lagi senjatanya. Edward berteriak kalau batang kejantanannya menyentak ke dalam, dan sebaliknya, mendesah kalau batang kejantanannya ditariknya keluar. Edward merasakan nikmat di seluruhsyarafnya.

Gesekan kulit batang kelamin dengan lubang anus antara keduanya memberikan perasaan gatal-gatal nikmat. Sambil merasakan sodokan demi sodokan kejantanan Dewa, Edward menggoyang-goyang, dan mengejang-ngejangkan otot lubangnya supaya Dewa merasakan senjatanya diurut-urut. Edward ahli dalam hal ini.

Meskipun belum pengalaman. Reaksi Dewa ketika merasakan senjatanya digigit-gigit oleh lubang anus Edward jelas terlihat. Dia mendesis-desis, merem melek. Pasti nikmat sekali. Kerjasama yang indah. Batang kejantanannya memberi Edward rasa nikmat yang luar biasa, sementara Dewa pasti merasakan nikmat yang luar biasa pula.

Sodokan-sodokan Dewa kurang lebih selama sepuluh menit. Selama itu Edward mengocok-ngocok batang penisnya sendiri karena nikmatnya dahsyat sekali kalau ngocok sambil pantatnya ditusuk begitu. Tiba-tiba Edward merasakan senjata Dewa semakin besar, lubang Edward terasa semakin penuh, dan Dewa mencapai orgasmenya. Edward merasakan ada cairan hangat mengalir dalam perutnya. Badan Dewa mengejang, lalu lemas, lunglai, dan jatuh ke depan menindih Edward.Dia mencium bibir Edward, dan bilang terima kasih. Rupanya Dewa lebih berani sekarang. Edward mencium balik. Mereka berpagutan beberapa saat. Tubuh mereka berkeringat, basah sekali.

Edward belum keluar, jadi tangannya meraih penisnya sendiri yang masih tegang, dan mulai mengocoknya. Dewa tidak diam melihat Edward mengocok penisnya begitu. Kini dia sudah benar-benar berani. Dijilat-jilat dan dihisap-hisapnya puting susu Edward satu demi satu dandipelintir-pelintirnya dengan jarinya. Hanya dalam beberapa saat, Edward mengejang dan tiba-tiba Dewa menggeser tangan teman dekatnya itu. Tangan Edward diganti dengan tangannya. Dia mau berganti peran. Begitulah. Dia kulum senjata Edward dan disedot-sedotnya. Dewa benar-benar sudah berani. Sementara Edward melakukan perangsangan sendiri dengan memelintir-melintirkan putingnya.

Karena nikmat yang amat sangat dari atas dan di selakangannya, Edward pun menyeburkan maninya dengan keras. Rasanya nikmat sekali. Edward melenguh karena geli, lalu mencium bibir Dewa dan menciuminya di mana-mana.

Sejak kejadian itu mereka jadi lebih akrab, dan selalu menyisihkan waktu yang ada untuk melakukan hubungan seks.

JUMAT, 23 FEBRUARI 2001

Sudah 3 tahun 11 bulan Dewa menjalani hukuman, berarti satu bulan lagi dia dibebaskan, hal ini karena dia mendapat remisi selama 1 tahun setelah dianggap berkelakuan baik. Edward sendiri sudah keluar 6 bulan yang lalu. Dia bisa kembali ke pacarnya dan tidak harus melakukan seks dengan pria lagi jika dia mau. Kalau di LP pilihannya hanya pria. Memang ada fasilitas menginap semalam untuk istri setiap bulan. Tapi Dewa dan Edward belum menikah, jadi mau tidak maujika mereka ingin melampiaskan nafsunya, selain onani ya tentu saja dengan teman se-LP.

Sudah 6 bulan Dewa mengeluarkan spermanya dengan tangannya sendiri. Dia sudah tak tahan untukmengeluarkan spermanya dengan kuluman atau dekapan hangat rongga tubuh orang lain. Andai saja dia punya uang, dia akan menyuap sipir penjara untuk membawakannya pelacur sehingga dia bisa menyelipkan penisnya ke dalam vagina. Tapi apa daya dia tidak ada uang.

Mengingat uang, dia jadi ingat dengan Wedi. Wanita keparat yang menjebloskan dia ke dalam penjara ini. "Cuih..!" Dewa ingin sekali membunuh wanita itu. "Pasti dia sekarang setiap saat bertukar pasangan menikmati penis yang berbeda-beda dalam vaginanya. Dasar cewek matre nggak tau diri..! Duit suaminya dipake selingkuh..!" Dewa berujar dalam hati.

"Dewa.. ada tamu mencari kamu..!" terdengar dari speaker ruang tamu nada panggilan untuk Dewa."Tamu..?" dengan heran Dewa berjalan menuju ke ruang tamu. Selama ini tak ada saudaranya yang menjenguk. Paling juga ibunya, tapi itu juga 2 tahun yang dulu sebelum beliau terserang parkinson. Kini dia dibawa oleh paman Dewa yang di Surabaya. "Maafkan aku Ibu..!" lirih Dewa berguman. Dewa benar-benar menyesal atas perbuatannya setiap dia ingat akan ibunya.

Dewa melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang tamu. Diamati siapa tamu yang menjenguknya. Ternyata tamu yang sedang menunggunya adalah seorang wanita yang sangat dia benci, wanita yang menghancurkan hidupnya, Wedi. Amarah Dewa timbul, mereka bertatapan. Dia ingin sekali menerjang wanita itu dan merobek-robek tubuhnya. Tapi dia ingat, bahwa hukumannya selesai 1 bulan lagi. Dia tidak ingin menghancurkan kebebasannya, dia takut jika dia tetap di sini, dia akan benar-benar membunuh. Dasar wanita sialan. Selalu saja bikin masalah. Kebencian Dewa padanya semakinmemuncak. Dia membalikan badannya, segera melangkah keluar.

"Dewa..! Tunggu..!" teriak Wedi ketika dilihatnya Dewa tidak ingin menemuinya. Dewa tetap melangkah seakan tidak mendengarnya.

"Dewwaa.. suamiku meninggal.!" teriak Wedi untuk mencegah Dewa melangkah lagi.
"Dewa, apa kau pikir aku senang dengan apa yang kita alami. Aku tiap hari dibayangi perasaan berdosa karena menyebabkan kau di penjara..!" teriak Wedi lagi.
Dewa tidak mengerti arah pembicaraan Wedi, suami meninggal, lalu dibayangi rasa berdosa.
"Huh, apakah dia mau menunjukkan bahwa dia juga menderita seperti aku. Huh, penderitaanmu tidakapa-apanya dibanding aku," guman Dewa dalam hati sambil terus melangkah.
"Dewaa..! aku mencintai kamu..!" akhirnya keluar juga perasaan yang dipendam oleh Wedi sejak dia bercinta dengan Dewa. Perasaan itu berlipat oleh perasaan berdosa kepada Dewa. Cintanya makin besar. Walaupun Dewa seorang napi. Dia kini tidak takut untuk memilih sendiri calon suaminya. Dia kini wanita kaya. Harta suaminya jatuh kepadanya setelah suaminya meninggal.

Tapi ternyata Dewa memikirkan hal lain, Dewa memikirkan balas dendam. Jika dia menikahi Wedi dan Wedi mati, tentu saja dia akan menikmati seluruhnya harta Wedi.
"Ini pembalasan yang terbaik..!" guman Dewa. Dia lalu membalikkan badannya dan berjalan mendekati Wedi. Ditahan sekuat tenaga amarah yang ada.
"Apa maksud dari semua ucapanmu Wed..?" suara Dewa tetap bergetar walaupun dia berusaha tenang.
"Aku ingin kau menikahiku Wa, aku sangat mencintaimu.!" air mata menetes dari pelupuk mata Wedi ketika dia mengucapkan kata-kata itu.
"Air mata buaya," Dewa mengguman dalam hati.
"Kamu yakin akan ucapanmu?" Dewa tetap dengan susah payah menahan emosinya untuk tidak merobek mulut wanita itu.

"Aku ingin menikahimu Wa. Apa yang bisa lebih meyakinkan dari itu?"
"Ada.. kamu mati untukku," guman dewa dalam hati.
Tiba-tiba Dewa teringat akan nafsu seksnya yang tidak tersalurkan selama ini.
"Aku ingin kamu gimanapun caranya, menyuap atau apapun, menginap di LP ini untuk semalam. Jika kamu bisa aku percaya kamu mencintai aku.!" ujar Dewa sambil membalikkan badannya.
"Dewwaa..! aku akan memenuhi permintaanmu, malam ini juga. Dewa percayalah padaku.!" teriak Wedi sambil menyeka air matanya yang menetes. Sedangkan Dewa terus berjalan meninggalkan ruang tamu LP.

Ternyata benar perkataan Wedi, karena malam harinya ada panggilan untuk Dewa agar datang ke ruang bermalam. Panggilan ini di sampaikan diam-diam oleh sipir penjara.

Dewa masuk ke dalam kamar itu. Di dalam sudah ada Wedi yang duduk dengan menggunakan gaun tidur yang sama dengan yang dulu dia pakai 4 tahun yang lalu. Tubuhnya masih seksi seperti dulu, kulitnya yang putih, perutnya yang ramping serta bibirnya yang ranum membuat penis Dewa berdesir kecil. Dewa mendekati tubuh Wedi. Tangannya maju ke depan berusaha memegang payudara."Ets.. Tunggu dulu," tepis Wedi. "Hhmm.. ternyata dia pikir aku seperti dulu yang nurut saja sama dia, ini daerahku jadi aku yang berkuasa." guman Dewa. Dewa ingin melampiaskan kebenciannya malam ini pada wanita itu.

Dia mencengkram rambut Wedi dengan tangan kiri. Lalu digamparnya pipi Wedi dengan tangan kanan sekuat tenaga. Wedi terkejut diperlakukan begitu, tapi sebelum dia protes tubuhnya sudah didorong secara kasar oleh Dewa ke atas kasur. Sehingga kini Wedi berada dalam posisitelentang, dengan rambut masih tertarik oleh tangan Dewa.

"Waa..! kamu kenapa sih? Wa ampun Wa..!" teriak Wedi merasakan tarikan di rambutnya. Dewa seperti tidak mengacuhkannya, dia naik berlutut di atas kepala Wedi dengan badan menghadap ke kaki. Dikeluarkan penis dari celananya dan dimasukkan ke dalam mulut wanita itu. "Bleep.. Wa.. Bleepp.." Wedi sepertinya ingin mengucapkan sesuatu tapi gerakan bibirnya itu malah membuat pijatan-pijatan di penis Dewa. Dewa merasakan penisnya disedot-sedot. Nikmat sekali rasanya. Dewa menaikturunkan penisnya sambil tangan satunya tetap menjambak rambut, dan satunya lagi menampar-nampar payudara Wedi yang masih tertutup gaun sekuatnya. Wedi merintih-rintih kesakitan. Tapi tetap saja rintihannya itulah yang membuat Dewa semakin bersemangat.

Dari tempat Dewa berlutut dia bisa melihat gaun tidur Wedi tersingkap, celana dalamnya yang berwarna putih transparan tak mampu menyembunyikan bukit kemaluannya yang montok dan tebal. Tangan kanan Dewa yang menampar payudaranya lalu dialihkan untuk menampar gundukan vagina yang tebal itu. Ditamparnya sekuat tenaga lubang kemaluan itu yang membuat tubuh bagian atasWedi terangkat setiap Dewa menamparkan tangannya. Hal ini makin membuat penis Dewa makin tersedot ke dalam tenggorokan Wedi sampai ke pangkalnya. Dan tiap kepala Wedi turun, tiap saat itu pula Dewa merasakan sedotan di penisnya itu makin keras sampai ke pangkalnya. Nikmatnya luar biasa. Penis Dewa kini semakin besar dan penuh, setiap gerakan yang dibuat Wedi makin terasa remasan di urat-urat kemaluan Dewa.

Dewa merasa penisnya sudah ereksi penuh. Dicabutnya penisnya lalu pindah menuju ke bawah selangkangan Wedi. Sepertinya dia tidak sabar lagi ingin menyelipkan penisnya ke lubang vagina Wedi yang belum terangsang itu. Dewa membayangkan betapa nikmat merasakan penis di antara vagina yang masih sempit itu. Ditariknya dengan sekuat tenaga celana dalam putih yang menutupi daerah kenikmatan wanita itu. Wedi berusaha menahan celana dalamnya agar tidak melorot.

"Wa.. aku belum siap..!" hanya lirih Wedi berkata, karena dia tahu itu akan sia-sia.

Dengan sekali tarik celana dalam itu langsung melorot. Dewa jadi semakin sangat terangsang saat melihat gundukan kemaluan Wedi yang lebat ditumbuhi rambut-rambut hitam keriting. Gundukan itu masih mengatup. Bibir kemaluannya masih rapat. Sangat nikmat bila bisa meneroboskan penis ke dalam vagina seketat ini. Dewa berlutut di depan selangkangan Wedi dan menggesekkan kepala penis ke klitoris Wedi. Uuhh gelinya..

Wedi semakin meronta dan mencoba duduk, tapi cengkeraman tangan Dewa pada pinggulnya membuatusahanya sia-sia belaka. Dewa sudah tidak sabar ingin menusukkan penisnya. Kedua tangannya memegang pinggul Wedi, sedangkan penisnya yang sudah tegak berdiri diletakkan tepat di depan lubang vagina Wedi. Tiba-tiba Wedi berteriak keras sekali. Rupanya Dewa berhasil menembus lubang kemaluan Wedi dengan penisnya. Secara cepat Dewa menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur. Sempitnya lubang vagina Wedi membuat penis Dewa seperti di remas-remas dan disedot-sedot. Nikmat-nikmat geli rasanya. Tulang-tulang penis Dewa seperti mau copot. Dewa memejamkan matanya menikmati isapan lubang kemaluan Wedi.

Rontaan Wedi melemah setelah beberapa saat. Kini dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggigit bibirnya. Tak berapa lama Wedi mulai menggerak-gerakkan pinggulnya. Gerakan itu menambah sedotan yang dirasakan pada penis Dewa. Sepertinya Wedi sudah terangsang.

"Uhh.. sshh.." serunya sesak ketika batang kemaluan Dewa dihujamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat erangannya semakin ganas. Tentu saja Dewa semakin beringas. Dia sangat ingin melihat Wedi kesakitan.

"Dewaa.. bajiingann!" untuk pertama kalinya Wedi mengumpat. Entah apa maksudnya. Dewa kini tidak tahu apakah wanita yang vaginanya sedang diisi oleh penisnya ini sangat menikmati permainan atau kesakitan. Kepalanya terlempar ke sana ke mari dan nafasnya mendesah hebat.

"Wed.. aku akan merobek punyaahh.. kamuu..Oughh.." seru Dewa ketika denyutan liang kemaluannya terasa sekali memijat batang kemaluan Dewa.
"Waa.. aku.. akan.. bunuh.. kamuu.. buu.nu.uuhh.."
"Silakan.. saajahh.."
Mereka berdua berbicara tak karuan.
"Oughh.. aihh.. sshh.." teriaknya menggelinjang sambil meremas-remas sisi ranjang.
"Waa.. kamu.. kamu.." dia tidak melanjutkan kata-katanya.

Tiba-tiba, "Waa.. Waa.. bajingan.. ah.." serunya keras sekali, sambil menggoyang pantatnya naik turun dengan cepat dan menari-nari seperti kilat. Bunyi becek di bawah sana menandakan dia telah orgasme dan memuntahkan cairan beningnya. Tapi goyangannya tidak surut. Dewa mencabut batang kemaluannya dan menyuruh Wedi membelakanginya. Dibukanya kedua paha Wedi, terlihat dari belakang vagina Wedi memerah karena gesekan-gesekan yang tadi terjadi, dan lendir mengalirkeluar dari belahan vaginanya. Tapi sasaran Dewa bukanlah lubang kenikmatan itu, Dewa menginginkan lubang yang lebih sempit. Diarahkan batang kemaluannya dari belakang. Dewa benar-benar ingin melihat Wedi menderita. Dipegangnya pantat Wedi dengan tangan kiri, dan tangan kanannya mengarahkan penisnya agar bisa masuk ke lubang anus Wedi.

Wedi menjerit saat anusnya ditembus penis Dewa. Mendengar itu Dewa malah semakin kesetanan. Diamenjambak rambut Wedi ke belakang hingga wajah Wedi menengadah ke atas. Kini tangan satunya meremas-remas payudara Wedi dengan kasar. Dicubit-cubit seluruh permukaan payudara Wedi hingga kebiru-biruan.

"Aduhh.. sudah dong Waa.. ampun.. sakit Waa.." Tapi Dewa tidak menghiraukannya.
"Oughh.. sempit sekali," teriak Dewa mengomentari lubang dubur Wedi yang lebih sempit dari vaginanya. Setiap Dewa menarik penisnya terlihat dubur Wedi monyong. Sebaliknya saat Dewa menusukkan penisnya, dubur Wedi menjadi kempot.

Dewa memajumundurkan penisnya dengan semangat. Terasa pijitan yang kuat diseluruh penisnya. Penisnya terasa seperti disedot-sedot oleh rongga anus Wedi. Secara cepat Dewa terus memompa penisnya keluar masuk hingga ke pangkal. Dewa memejamkan matanya meresapi kenikmatan yang dialami. Penisnya terasa disedot dan dikenyot. Nikmat sekali rasanya.

Kulit penis Dewa yang bergesekan dengan lubang anus Wedi memberikan perasaan gatal-gatal nikmat. Sambil merasakan sodokan demi sodokan kejantanan Dewa, Wedi mulai menggoyang-goyang, dan mengejang-ngejangkan otot lubangnya supaya Dewa merasakan senjatanya diurut-urut. Wedi kini mulai menikmati perlakuan kasar Dewa.

Dewa masih memajumundurkan penisnya selama kurang lebih selama sepuluh menit. Wedi merasakan lubang anusmya semakin panas dan semakin penuh. Terasa penis Dewa makin membesar dan ada denyutan di dalamnya, seperti ada lonjakan-lonjakan yang ingin dikeluarkan. Dewa memdesis, melenguh dan berteriak, lubang anus Wedi terasa semakin penuh.

"Oughh..!" Dewa mencapai orgasmenya. Wedi merasakan ada tembakan hangat di dalam perutnya. Badan Dewa mengejang, pantatnya menekan ke depan, lalu lemas, lunglai dan jatuh ke depan, menindih Wedi. Tubuh mereka berkeringat, basah sekali.

Dewa mencium bibir Wedi dengan lembut, kini mereka mulai berpagutan. Mereka berpelukan, tubuh mereka menyatu, dada mereka saling menekan. Penis Dewa yang mulai mengendur masih bergesekan dengan bibir vagina Wedi.

Dewa lalu menarik bibir dan tubuhnya. Sambil memakai baju dia berkata, "Entah bagaimana cara kamu, aku ingin setiap minggu kamu datang ke sini."
"Wa.. kalau kamu ingin begitu, aku bakal ngelakuinnya.." sambil menatap Dewa dengan tatapancinta. Dia memang benar-benar mencintai Dewa. Apapun rela dia perbuat untuk Dewa.

Setelah berpakaian Dewa segera meninggalkan kamar itu. Di luar lalu dia berkata dalam hati,"Wanita keparat! Aku akan merobek vaginamu setiap minggu. Lalu setelah kita kawin, aku akan membunuhmu. Itu balasan yang setimpal buatmu," Dewa masuk ke selnya setelah digoda terlebih dahulu oleh sipir yang disuap Wedi. "Wa.. Asyik niyee..!"

TAMAT

Rintihan Mak Janda

Membesar dalam keluarga yang mewah memang saat yang mengembirakan, apa sahaja yang diimpikan pasti menjadi kenyataan. Wang ringgit mengalir seperti air di teresan. Barang-barang yang berharga dari luar dan dalam negeri menjadi mainan di badanku, dari segi pakaian, kasut dan sebagainya sudah tidak daya untuk aku senaraikan namanya.

Namun hanya satu yang sukar untuk aku rapati walaupun dibayar dengan ribuan ringgit di campakkan ke ribanya sekalipun terlalu sukar untuk aku mendapatkannya. Kasih sayang.. Satu ungkapan yang mudah namun terlalu sukar untuk aku merasai harga sebuah kasih sayang dari Papa dan Mama. Apa yang mereka tahu hanyalah, dengan lambakan wang ringgit, aku akan merasa bahagia. Setiap hari Papa dan Mama akan hilang pada awal pagi dan pulangnya sehingga lewat malam, kadang-kadang tidak pulang sampai seminggu lamanya. Selama ini aku hanya dibelai dan diberikan kasih sayang hanyalah dari orang gajiku.

Kak Esah merupakan orang ketiga yang menjaga aku, selepas orang gaji lamaku berhenti. Selepas kematian suaminya, Kak Esah terpaksa mencari nafkah sendiri bagi meneruskan hidupnya. Hasil perkahwinan dengan suaminya Kak Esah telah dikurniakan 2 orang cahaya mata, Hairul Amri 8 tahun dan Atikah 13 tahun. Melihatkan kesusahannya, Papaku telah mengizinkannya untuk tinggal di rumahku.

Kak Esah tidaklah terlalu tua, umurnya baru mencecah 37 tahun. Melihat pada bentuk badannya yang cantik dan mempunyai payudara yang agak besar pasti orang menjangka umurnya sekitar 30 tahun. Segala urusan makan dan minumku Kak Esah yang menguruskannya. Tugas Kak Esah agak mudah kerana di rumahku hanya tinggal adik bungsuku yang baru berumur 5 tahun. Apabila kami semua keluar bekerja, tinggallah Kak Esah dengan adikku sahaja di rumah sementara anak-anaknya telah keluar bersekolah.

Suatu pagi, bangun dari tidur terasa badanku begitu sakit urat sarafnya dan kepalaku terasa begitu berat bagaikan ada batu yang menghempapnya. Aku gagahkan badanku keluar dari bilik mencari Mamaku dengan alasan dapatlah ia menghantar aku ke klinik.

"Maa.. Maa.." jeritanku memecahkan kesunyian pagi.
"Ada apa Zack? Mamamu tiada kerana pagi-pagi lagi ia sudah keluar" celah Kak Esah.
"Papa mana kak, sunyi aje rumah ni?" tanyaku sambil melilau mataku mencari sesuatu.
"Papamu tak balik semalam kerana ada kerja luar, 2 hari lagi baru balik dan Haiqal mengikut Mamanya keluar pagi tadi, katanya mahu membeli barang." jelas Kak Esah.

Kepalaku terasa berdenyut-denyut dan daya imbanganku kian pudar, badanku terhoyong-hayang mencari kerusi. Namun tidak sempat sampai, aku terasa badanku rebah ke lantai. Mujurlah Kak Esah sempat menyambutku namun aku sudah tidak berdaya lagi untuk membuka mata.

Sedar-sedar terasa begitu sejuk seluruh badanku, hawa dingin dari alat penghawa dingin kurasakan terus meresap ke kulitku. Aku lihat diriku sudah berada di atas tilam di dalam bilikku kembali. Namun aku merasakan seperti ada benda merayap-rayap di kakiku. Aku cuba mengangkat kepala untuk melihat, tersentak dengan itu juga aku menyandar kembali. Aku mengeluh perlahan, mahu tidak tersentak bila melihat tubuhku tanpa seurat benang dan Kak Esah sedang asyik menjilat-jilat pehaku dan tangannya terus mengusap-ngusap batangku yang masih terkulai layu.

Aku lihat Kak Esah seperti seekor singa yang kehausan, habis seluruh batangku di kolumnya. Melihatkan tubuh Kak Esah yang dari tadinya telah menanggalkan seluruh pakaiannya, nafsuku mula teransang memandang dua buah betik yang tergantung pejal di dadanya. Begitu juga dengan bulu jembutnya yang menumbuh halus, menampakkan lubang cipapnya yang tembam.

"Ehemm.. Arghh.." tidak dapat aku menahan kesedapan.

Kak Esah masih memain-mainkan lidahnya ke lubang kencingku dan sesekali ia menjilat dan mengulum biji telurku. Terasa sesak nafasku menahan kenikmatan bila batangku di masukkan terus ke dalam mulutnya.

Cloopp.. Claapp batang berbunyi.

Daripada bawah Kak Esah terus menaikkan lidahnya menjilat pusatku dan terus ke puting tetekku yang semakin mengeras bila giginya menggigit manja putingku. Badanku terasa hangat bila payudaranya bergesel lembut di badanku. Pening di kepalaku semakin hilang bila di kerjakan Kak Esah. Aku sudah tidak tahan lagi bila dikerjakan sebegini namun niatku terbantut untuk bangun bila kurasakan tanganku diikat pada penjuru katilku. Aku lihat Kak Esah hanya tersenyum manja menampakkan barisan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Kak, tak bestlah macam ni" aku melepaskan keluhan.

Namun Kak Esah tidak menjawap sebaliknya ia terus merangkul bibirku bertaut rapat dengan bibirnya. Aku tidak mampu bersuara sebaliknya terus memain-mainkan lidahku di mulutnya.

"Hebat juga penangan janda sorang ni" kata aku di dalam hati, mungkn lepaskan geram kerana lama sudah tak dapat.

Kak Esah kemudiannya menjilat terus leherku dan terus memasukkan lidahnya ke lubang telingaku. Gerakannya membuatkan aku tidak tahan kegelian apabila ia terus memain-mainkan lidahnya di lubang telingaku. Kemudian ia jilat kembali batangku sebelum ia menekan masuk batangku ke lubang cipapnya. Terasa sendat lubang vaginanya, bila kepala takukku mula mengelinap masuk lubang cipapnya, mungkin kerana sudah agak lama tidak servis membuatkan lubangnya seperti anak dara rasanya. Teringat aku akan cipap Julia yang padat sama seperti cipap Kak Esah sewaktu aku menikmatinya sewaktu di pulau dahulu.

"Arghh sakitnya.. Sedapnya" rengekan Kak Esah bila batangku yang besar menusuki lubang cipapnya.
"Arggh.. Urghh" aku juga menahan kenikmatan.
"Wah.. Besar dan panjang batangmu.. Tak sama dengan batang arwah pakcikmu dulu" luahan Kak Esah antara jelas dan tak jelas.

Semakin lama semakin laju Kak Esah turun dan naik di atas badanku bila terasa minyak pelincirnya sudah mula beroperasi, terasa semakin longgar lubang vaginanya. Senak juga terasa perutku bila punggung Kak Esah mendarat terus memasukkan seluruh batangku. Kak Esah terus memainkan peranannya dan sesekali ia mencium rakus bibirku.

Aku turut membantu Kak Esah dengan mengangkat turun dan naik punggungku bagi merapatkan batangku ke dalam cipapnya. Aku sudah tidak tertahan lagi dikerjakan oleh janda seorang ni. Aku rasakan ada cairan hangat mengalir keluar di batangku dan satu hentakkan kuat menyenakkan perutku. Kak Esah mengejang kepuasan setelah sampai klimaknya. Namun batangku masih mencapai kepuasan yang sebenar, masih jauh lagi untukku sampai penamatnya.

Aku cuba menanggalkan ikatan tanganku dengan mulut dan akhirnya telerai jua ikatan yang menyeksakan batinku itu. Aku lihat Kak Esah masih lagi terlentang kepuasan dan aku tidak melepaskan peluang yang ada di depan mataku. Kini giliranku pula untuk memainkan peranan. Aku mencium kembali bibirnya yang masih kelembapan dan meramas-ramas lembut payudaranya.

"Ehemm.. Erghh" Kak Esah mengerang kegelian bila lidahku mula memain-mainkan cipapnya.

Aku lihat bibir mulut bawahnya masih penuh dengan lender-lendir pejal yang masih bertakung di lubang cipapnya. Aku terus merasai madu dari lubang vagina Kak Esah sehingga kian kering airnya aku menjilatnya. Lidahku terus menjilat dan memain-mainkan biji kelentitnya, terangkat-rangkat punggungnya menahan kelazatan dan kegelian. Melihatkan Kak Esah yang telah hilang kelesuan, aku tanpa menunggu lama terus melancarkan serangan terhadap cipapnya.

Aku tarik sedikit bahagian kaki terjuntai ke lantai dan ku kangkangkan pehanya agar memudahkan pelayaranku. Aku halakan kepala takukku ke lubangnya dan terasa kemutan Kak Esah masih lagi bertenaga menelan batangku. Tidak sukar untuk ku teluskan lubang vaginanya kerana salurannya masih licin terkena simbahan lava dari lubang keramatnya. Aku menekan habis batangku terus ke dalam lubangnya sehingga rapat telurku ke cipap Kak Esah.

"Arghh.. Ughh.. Sedapnya, lagi Zack.. Laju lagi.." Kak Esah mengangkat-ngangkat punggungnya mengikut rentakku.

Kini aku tonggengkan pula punggungnya dan Kak Esah hanya menurut sahaja kehendakku. Aku benamkan lagi batangku ke cipapnya, aku uli-uli punggungnya yang pejal itu. Aku sorong, aku tarik, aku goyang-goyangkan batangku di dalam lubangnya hingga terasa dinding-dinding mengena kepala takukku.

Cloopp.. Claapp berbunyi lubang cipapnya menahan asakanku.

"Zack, akak sudah nak sampai ni" aku terasa batangku berdenyut-denyut menahan kemutan Kak Esah.
"Sekajap lagi kak, saya pun sudah nak klimaks ni, kita sama-sama sampai ke perhentian".
"Cepat sikit, akak sudah tak tahan ni" rayu Kak Esah menahan asakkanku.
"Nak tembak kat mana ni kak?" aku meminta kepastian.
"Di dalam sahaja.. Akak sudah lama tak cuci dalam tu"
"Arghh.. Urghh.." Croott.. Croott.. beberapa das tembakkanku tepat pada sasaran.
"Kau memang hebat Zack, tidak pernah aku merasai kenikmatan yang begitu sedap" mulutnya terus menyatu dengan bibirku.

Terasa air hangat mengalir keluar di batangku dan aku masih membiarkan batang terus layu di dalam lubang dalam vaginanya. Aku terus lena dipangkuan Kak Esah. Namun Kak Esah segera bangun membersihkan dirinya sebelum Mama dan adikku pulang. Aku segera menelefon pejabatku bahawa aku tidak dapat hadir kerana kurang sihat. Segera aku bangun dari katil bila melihat Kak Esah masih berada di dalam bilik air.

Aku memeluk tubuh Kak Esah dari belakang dan meramas-ramas payudaranya, Kak Esah merenggek kesedapan. Aku mengambil sabun dan membantu mengabunkan seluruh tubuhnya. Bermula dari badan kemudian aku turun ke bawah, namun tanganku behenti di lubuk kenikmatannya dan memain-mainkan jariku ke dalam pusarnya. Kak Esah sudah tidak tahan terus menangkap batangku dan memasukkan ke dalam lubang cipapnya. Aku juga perlu segera menghabiskan pelayaranku dengan segera kerana takut Mama dan adikku akan segera pulang. Setelah hampir setengah jam bertukar-tukar posisi, akhirnya aku segera melepaskan segala lavaku ke dalam mulut Kak Esah.

Crott.. Croott.. Arghh.. tangan Kak Esah terus memain-mainkan batangku ke dalam mulutnya.

Habis licin dijilatnya batangku. Semenjak hari itu, aku kini menjadi suami kedua kepada Kak Esah dan kami akan melakukannya bila ada peluang yang terhidang. Rahsiaku bersama Kak Esah terus tersimpan rapi hingga Kak Esah berhenti dari rumahku kerana pulang ke kampung menjaga ibunya yang sedang sakit dan tempat Kak Esah kini telah diambil oleh orang gaji baruku yang berasal dari Indonesia. Ning Arti juga boleh tahan pukulan seksnya, mahu tercabut batangku bila ia menyepit dan mengedut batang di dalam cipapnya.

Tamat